-Perlahan Dekat-

508 17 0
                                    

Arfi masih menunggu ucapan selanjutnya dari mulut Deka. Tapi cowok itu masih enggan melanjutkan dan kali ini malah diam membisu.

"Anggi Fi," celetuk Melda akhirnya.

"Anggi kenapa?" tanya Arfi bingung.

"Di kampus, anggi diklaim sebagai pacar sama cowok gila yang mendadak jadi possesif banget. Sebab itu, anggi udah jarang bareng sama kita bertiga di kampus." jelas Melda mendadak lesu.

Arfi dibuat makin bingung. "Kenapa bisa?"

"Ceritanya panjang Fi, intinya waktu itu di kampus kita ada perkelahian gegara cewek," tukas Deka.

Arfi diam. Mencerna apa yang kedua sahabatnya katakan. Ia menyimpulkan dan menduga-duga kalau cowok yang ia lihat di kedai es krim bersama Anggi tadi sore itu adalah cowok yang mereka maksud.

"Jadi kenapa kita bawa lo kesini, kita mau ngomongin ini Fi. Lo harus mulai deketin anggi. Jaga dia dengan perasaan dan hati lo. Gue tau lo perlahan juga ada rasa sama anggi. Jadi sebelum terlambat dan menyesal lo harus perjuangkan rasa itu Fi," papar Bagas yang kali ini bersuara.

"Lo tau gue suka sama anggi?" tanya Arfi mengernyitkan dahinya menatap Bagas.

"Dari cara lo natap anggi itu beda Fi. Perlakuan dan perhatian lo sama anggi udah menjawab semuanya," timpal Deka menjawab pertanyaan Arfi.

"Mulai sekarang lo harus perjuangin rasa itu sama anggi. Gue setuju kok kalo lo sama anggi, daripada anggi sama cowok gila itu." cetus Melda menimpali.

"Jadi misi lo adalah deketin anggi dengan perasaan yang perlahan mulai tumbuh di hati lo," ujar Deka.

"Kalau misal lo bingung karena urusan kerjaan, sisanya lo serahin sama kita bertiga. Gimana?" Bagas menatap Arfi menunggu jawaban.

"Jangan sampai anggi jatuh ke pelukan orang yang salah," sahut Melda.

Arfi memantapkan hatinya. Ia harus perjuangkan Anggi mulai saat ini. Jangan sampai dirinya menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Gue setuju. Gue akan jaga anggi dengan perasaan gue, hati gue." ucap Arfi mantap.

Ketiga sahabatnya tersenyum senang.

****
Pagi harinya Arfi sudah siap di halaman rumah Anggi. Bersama motor maticnya Arfi akan mengantar Anggi ke kampus.

Arfi berkali-kali menolehkan kepalanya ke arah gerbang. Sebab kata para sahabatnya, cowok yang mengklaim Anggi sebagai pacarnya sering menjemput Anggi untuk pergi ke kampus bersama.

Anggi membuka pintu utama rumahnya, dan sedetik kemudian terkejut melihat Arfi yang saat ini tengah tersenyum.

"Arfi?" Anggi bingung.

"Hai Anggi, kamu mau berangkat kuliah 'kan? Ayo aku antar," ucap Arfi sembari menyerahkan helm kepada Anggi.

Apa tadi? Kamu? Aku?

"Kamu?" Anggi makin mengernyit bingung. Gaya bicara Arfi mendadak berubah. Kenapa begitu?

"Iya. Sekarang kalau kamu ngobrol sama aku, harus pakai aku-kamu bukan lo-gue."

"Arfi, lo kesambet apaan deh?" tanya Anggi terkekeh.

"Aku-kamu Anggi, bukan lo-gue." ralat Arfi.

"Yaudah deh terserah lo eh kamu. Mana helmnya tadi, kita berangkat sekarang. Ini nggak disuruh bayar, kan?" tanya Anggi memastikan.

"Kamu perlu bayar pakai cinta aja,"

"Etdah pagi-pagi juga, udah gombal." Anggi terkekeh.

"Ayo naik," perintah Arfi.

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang