-Bagas Dan Melda Jadian-

307 10 0
                                    

Arfi sedang ketar-ketir dari semalam sampai sekarang. Karena telepon ataupun pesan yang ia kirim kepada Anggi tak ada balasan sama sekali. Nomor Anggi pun tidak aktif.

Di tempat kerjanya, Arfi pun beberapa kali mendapat teguran dari atasannya ataupun rekan kerja yang lain. Karena saat bekerja, Arfi banyak melamun dan tak fokus.

"Lo kenapa sih, dari tadi gue lihat kayak gelisah banget gitu deh. Ada apa bro?" tanya Adit.

Arfi hanya menggeleng dan diam membisu.

"Ada masalah di rumah? Atau ada masalah sama calon bini lo? Atau lo lagi banyak utang? Atau Lo--" imbuh Adit dengan pertanyaan tak ada henti.

"Berisik lo!" sergah Arfi. Lantas meninggalkan Adit begitu saja.

Adit ini tak tahu kondisi sekali sih. Menyebalkan! Peduli sih iya, tapi tolong jangan diselingi candaan juga kali. Arfi kan jadi sensi sama Adit.

"Yeee, kutu kupret main pergi aja lo."

****

Sedari kemarin Anggi terus berada di kamarnya. Ia pun hari ini tak pergi ke kampus. Pertengkaran antara mama dan papanya masih terngiang di benaknya. Membuat segala aktivitas yang ia lakukan jadi terhambat karena moodnya sangat buruk. Apalagi saat mamanya pergi dengan membawa kopernya malam hari itu.

"Mama sekarang di mana?" isak Anggi lirih.

Ponsel di samping tubuhnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Ia menyeka air matanya sebentar dan mengangkat panggilan itu.

"Anggi! Kok lo nggak ngampus sih. Kenapa?"

Itu suara Melda dari seberang sana. Ya, tadi Melda yang menelpon nya.

"Gue males aja, hehehe"

"Ngawur lo. Eh gue mau ngajak lo nongkrong nih di cafe baru,"

"Cafe baru?"

"Iya Cafe Bintang. Gimana lo mau kan? Sama sekalian gue mau ngomong sesuatu"

Anggi menimang ajakan Melda. Anggi rasa itu ide bagus, agar dirinya tak terlalu larut dalam masalah ini. Anggap saja sebagai ajang penyegaran otaknya.

"Oke. Gue siap-siap dulu. Nanti sharelok ya"

"Siap. Yaudah, gue tutup, bye"

"Bye"

Anggi bersiap-siap. Dengan cardigan panjang dan celana jeansnya. Bibirnya ia polesi dengan lip balm. Oke beres!

Kemudian ia keluar kamar. Ponselnya bergetar ada pesan masuk dari Melda yang menunjukkan tempat Cafe Bintang. Anggi pergi dengan memesan ojek online.

Tak sampai berjam-jam, Anggi sudah sampai di tempat tujuan. Langsung saja ia memasuki Cafe dan mencari sosok Melda.

"Melda!" panggil Anggi.

"Anggi, duduk sini," Melda melambaikan tangannya menyuruh Anggi mendekat.

"Nggi, gue to the point aja ya," imbuh Melda ketika Anggi telah duduk di depannya.

"Emang kenapa sih?" tanya Anggi penasaran.

"Gue baru aja ditembak Nggi. Dan lo tau siapa cowok yang nembak gue," ucap Melda menggebu.

Anggi mengernyitkan alisnya. "Ya nggak tau lah. Gue bukan dukun yang tahu siapa cowok yang lagi PDKT sama lo,"

"Bagas Nggi. Bagas sahabat kita," sahut Melda dengan penuh ekspresi.

Anggi melongo tak percaya. "DEMI APA!! bagas nembak lo. Lo terima nggak?"

Bahu Melda melorot sembari mengembuskan napasnya. "Nah itu masalahnya. Gue itu bingung mau jawab apa,"

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang