EPILOG

580 15 0
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Setelah momen di mana gue melamar Anggi di toko buku, di depan orang tua kita masing-masing dan sahabat kita, hari ini adalah hari di mana gue akan mengikrarkan janji suci gue sama Anggi di depan semua orang.

"Bro..kabar gimana?" tanya Bagas menepuk pundak gue.

"Gue baik-baik aja. Kalian gimana kabarnya?" tanya gue balik kepada Bagas, Deka, dan Melda.

"Kita baik Fi. Hahaha..lo pasti sekarang lagi deg-degan kan. Gue masih nggak nyangka, dari sahabat jadi istri eakkk." ledek Deka yang sudah terkekeh.

Bagas menggeplak kepala Deka. "Bilang aja cemburu lo,"

"Arfi, selamat ya. Nggak nyangka kalian bakal sampai ke jenjang yang lebih serius gini." ujar Melda dengan senyumnya.

Gue hanya terkekeh menanggapi ucapan Melda. Gue juga nggak nyangka, kalau Anggi akan jadi jodoh gue.

"Lo kapan nyusul sama Bagas, masa pacaran mulu. Dikasih janji palsu terus dong sama Bagas," ucap gue melirik ke arah Bagas.

"Katanya dia belum ada modal buat nikah. Gue aja sampai bosen denger alasan klasik seperti itu dari dia," sahut Melda memandang Bagas.

Ya memang benar, Melda dan Bagas masih berpacaran. Sedangkan Deka sudah mempunyai calon tunangan. Tahun depan katanya keduanya akan melangsungkan pertunangan. Mungkin Deka sudah move on dari Anggi. Maybe.

"Taun depan beb, Deka ngerayain pertunangan dan kita menikah," sahut Bagas santai seolah tak ada beban.

"Halah, paling cuma hoax Mel. Dia itu kan cowok plin plan," sambung Deka.

"Berisik lo, Badak!!" balas Bagas kesal.

Gue hanya tertawa menyaksikan percekcokan Bagas dan Deka. Mereka tidak berubah, sering adu mulut karena masalah sepele.

"Arfi, acaranya mau dimulai. Ayo, Nak." ajak Mama gue.

"Oh iya ma. Bismillah, doain Arfi ya agar semua lancar," ujar gue kepada mama.

"Aamiin. Yang penting kamu tenang dan yakin, kamu harus mantepin hati kamu. Mama jamin, semua pasti berjalan dengan lancar," kata Mama gue menenangkan.

Gue menghela nafas dalam. Jujur gue grogi, sangat malah. Tapi gue mantepin hati gue buat semua ini. "Iya, makasih ma."

"Guys, doain gue agar semuanya lancar ya," ujar gue kepada sahabat gue.

"Pasti Fi. Kita bakal do'ain lo dari sini." jawab Deka dan diangguki oleh Bagas dan Melda.

Setelah mengucapkan itu, gue langsung berlalu dari hadapan mereka.

Gue sudah duduk di depan penghulu yang dibatasi meja. Ikrar Janji suci gue untuk Anggi akan disaksikan oleh banyak orang.

Acara dimulai, sang penghulu mengambil tangan kanan gue untuk berjabat tangan dan mulai mengucapkan kata ijab qobul.

Dengan keyakinan dan kemantapan hati, disertai bacaan basmalah didalam batin dan dengan satu tarikan nafas gue sudah mengucapkan kalimat ijab qobul itu dengan lancar.

"Bagaimana para saksi?" tanya penghulu.

"SAH.."

"Alhamdulillah."

****

Gue mendengarkan Arfi mengucapkan ijab qobul itu dengan lancar dalam satu tarikan nafas. Gue sangat senang dan bersyukur. Saat ini gue sudah menjadi istri sah dari Arfian Dylan Putra.

"Alhamdulillah Nggi, lo udah jadi istri sah arfi," ucap Melda yang tengah menemani gue di kamar, sebelum gue dipertemukan dengan Arfi di kursi pelaminan.

"Melda.." Gue terisak dipelukan Melda.

"Kok lo nangis sih, harusnya lo bahagia dong. Tadi lo denger sendiri kan saat arfi ngucapin ijab qobul tanpa keraguan sedikitpun. Semuanya lancar," kata Melda.

"Gue nangis karena bahagia Mel, bukan sedih." sahut gue masih terisak.

Melda mengangguk sembari tangannya mengelus punggung milik gue dengan lembut.

Pintu kamar gue terbuka. Menampakkan wanita paruh baya yang selama ini merawat gue dengan penuh kasih sayang.

"Anggi..ayo sekarang kamu temui arfi di depan ya," kata Mama gue yang tiba-tiba membuka pintu kamar.

"Mama.." Gue langsung berhambur kepelukannya.

"Jangan nangis dong, kamu tenang ya sayang. Nggak papa," balas Rasti. "Ayo, sekarang kita ke depan. Melda kamu bantu Tante ya."

"Siap Tante. Ayo Anggi," sahut Melda menuntun gue keluar kamar.

Gue menuju tempat di mana semua orang berada. Dengan sisi kanan ada Mama gue, dan sisi kiri ada Melda sahabat gue.

Sekarang gue sudah duduk di samping Arfi. Gue hanya menunduk tak mampu untuk melihatnya.

"Waktunya tukar cincin bagi pengantin baru," perintah sang penghulu.

Gue akhirnya mendongakkan kepala gue yang sedari tadi menunduk. Dan menatap Arfi yang juga tengah menatap gue.

"Mana tangan kamu, Nggi?" tanya Arfi dengan suara sangat lembut.

Gue menunjukkan tangan kiri gue untuk disematkan cincin oleh Arfi.

"Ini adalah cincin sah, bukti dari janji suci yang aku ikrarkan dengan ijab qobul tadi di depan semua orang, disaksikan oleh orang tua kita masing-masing. Kamu sudah jadi istri sah aku Nggi," ucap Arfi masih dengan suara lembut. Menatap dalam mata gue.

Gue hampir tak bisa menampung air mata ini. Sekuat tenaga gue tahan agar tak jatuh. Dan giliran gue yang akan menyematkan cincin di jari Arfi.

"Aku hanya mohon sama kamu, tetap setia dampingin aku dalam suka maupun duka. Menjaga aku dengan kemampuanmu. Aku berjanji, akan menjadi istri yang baik untuk kamu Fi, In Syaa Alloh" ucap gue lirih. Satu bulir air mata itu akhirnya jatuh. Segera mungkin dihapus oleh Arfi.

Setelah gue selesai menyematkan cincin di jari Arfi, detik berikutnya Arfi mencium kening gue cukup lama dan dalam dengan penuh perasaan. Refleks, gue memejamkan mata menikmati sentuhan lembut dari bibir Arfi di kening gue.

"Terima kasih Anggi.." ujar Arfi lirih dan kemudian tersenyum hangat.

Gue pun membalas senyuman itu tak kalah hangat.

Acara selanjutnya adalah sungkeman kepada orang tua masing-masing. Disinilah, air mata benar-benar terkuras habis.

-The End-

****


Laki-laki itu bukan janjinya yang harus dipegang, tetapi komitmennya.
Bukan kata-kata manis yang kadang lain di hati lain di mulut, tetapi kepastiannya.
Bukan dari banyaknya harta, tetapi dari tanggung jawabnya terhadap orang yang disayangi.
Bukan usianya bertambah, tapi lihat sebagaimana kedewasaannya dalam bertindak dan berpikir.


****

Be say Alhamdulillah. Aku akhirnya bisa namatin cerita ini dengan suka cita hheeh :D Part terpendek! Mungkin😄

Semoga syuka sama akhirnya. Jangan lupa VOTE setelah selesai baca!

Selamat Membaca ;)

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang