Anggi dibuat terkejut atas penampakan taman toko buku disini.
"Aa-apa..." ujar Anggi tak percaya.
Taman toko buku sudah disulap seperti pesta. Banyak lampu-lampu yang bergelantung di tiang-tiang. Rak buku yang dihias juga dengan tumbrl lamp yang warnanya kadang berubah-ubah. Tak lupa juga beberapa meja bundar beserta kursinya yang ditata rapi di tengah taman toko buku ini.
Yang membuat Anggi terkejut selain itu adalah, sosok yang selama 1 minggu ini tak ada kabar. Arfian, cowok itu tengah berdiri dekat dengan meja bundar.
"Arfian.." gumam Anggi. Masih mematung di tempat yang sama.
Arfi tersenyum dan segera mendekat ke arah Anggi dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana bahannya.
"Kamu cantik pakai gaun itu. Eh tidak, bukan cantik. Lebih tepatnya manis dan tambah menggemaskan," ujar Arfi dengan senyumannya.
Anggi hanya diam menatap dalam bola mata Arfi.
"Kenapa kamu lihatin aku gitu? Oh aku ganteng banget ya," Arfi memuji dirinya sendiri.
"Ka-kamu kemana aja, Fi? Kamu ngilang kemana selama 1 minggu ini? Kamu nggak ngabarin aku sama sekali. Aku khawatir Fi, aku khawatir, kamu kenapa-kenapa," ujar Anggi yang mulai meneteskan bulir air matanya.
Arfi menangkup pipi Anggi dan menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.
"Ssttss..kok malah nangis sih. Mau tahu aku nggak ngabarin kamu 1 minggu ini? Kamu lihat sendiri kan taman di sini. Aku nyiapin ini semua buat kamu,"
"Buat apa Fi? Kamu juga, ngapain sok nyiapin gaun ini buat aku hah? Kamu kurang kerjaan banget sih," kata Anggi menggeplak lengan Arfi.
"Kok kurang kerjaan sih. Aku kan nyiapin ini buat kamu. Lihat deh, warna jas aku sama gaun kamu udah samaan. Udah cocok dong kita jadi suami istri," goda Arfi sembari menaik turunkan alisnya.
Anggi mendengus sebal. "Alay kamu."
Arfi tertawa terbahak. Sampai memegangi perutnya. Anggi hanya memandang Arfi sebal dan mencibir Arfi dengan sebutan aneh.
Menit berikutnya, keduanya diam memandang ribuan bintang di langit gelap sana. Keheningan tercipta cukup lama.
"Mau tau kenapa dulu aku nggak ngajak kamu buat pacaran?" tanya Arfi memecah keheningan. Matanya masih menatap bintang.
Anggi menurunkan pandangannya dari atas langit untuk melihat Arfi dari samping. Menunggu jawaban cowok itu.
"Karena prinsip aku, saat aku udah mulai menyukai seorang gadis bahkan sudah tahap cinta, aku nggak mau mengajak gadis yang aku cinta untuk menjalani hubungan main-main yaitu dengan pacaran contohnya," jeda Arfi sejenak. Matanya ia alihkan untuk menatap Anggi dalam-dalam.
"Sebab kalau aku mengajak gadis yang aku cintai berpacaran, sama aja aku mengikrarkan sebuah janji palsu aku untuk gadis itu. Karena aku hanya ingin mengikrarkan janji suci aku untuk gadis yang aku cintai. Lewat ijab qobul nantinya,"
"Dan gadis itu adalah kamu, Anggi." kata Arfi serius.
Anggi diam tanpa kata. Membalas tatapan Arfi sama dalamnya. Membiarkan Arfi menyampaikan pernyataan yang akan kembali keluar dari mulut cowok itu.
"Dan keputusan aku adalah untuk mengajak kamu berkomitmen. Karena aku tahu, komitmen di dalam hubungan adalah pondasi dasar yang akan menguatkan. Kunci utama dalam komitmen ini adalah menjaga. Sebesar apapun masalah dalam hubungan yang di jalani, dan teringat bahwa mereka sudah saling berkomitmen, pasti semua akan baik-baik saja," jelas Arfi masih menatap Anggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
Fiksi UmumMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...