"Hai, selamat pagi," sapa Arfi. Yang sudah menunjukkan senyum cerahnya di pagi hari ini.
Arfi pagi hari ini sudah nangkring ganteng di teras rumah Anggi. Seperti biasa ia akan menjemput Anggi untuk pergi ke kampus sekalian dirinya berangkat kerja.
"Eh Arfi, bikin kaget aja deh!" sahut Anggi sembari memukul pelan lengan Arfi.
Arfi hanya cengengesan dan mengusap-usap lengannya. "Iya maaf,"
"Kenapa nggak masuk aja sih, malah nunggu di sini," ujar Anggi.
"Ya emang pengin nunggu di sini," balas Arfi santai.
"Dasar! Oh iya hampir lupa, ini makanan buat bekal kamu kerja." ucap Anggi menyodorkan rantang makanan berwarna pink ke arah Arfi. Cowok itu pun langsung menerimanya.
"Waduh calon istri. Baik bener dah, jadi makin suka deh," kata Arfi mengedipkan sebelah matanya ke arah Anggi.
"Dih gombal receh." cibir Anggi.
"Ngapain aku ngumbar kalimat gombal sama kamu, buang-buang tenaga sama energi aja tahu," jawab Arfi.
"Aku serius, makanya aku minta kamu do'ain aku biar kelak jadi calon imam kamu." sambungnya.
Anggi memutar bola matanya. "Iyain deh biar cepet,"
Arfi terkekeh geli. "Ini kamu masak sendiri atau bi Minah yang masak?"
"Aku dong yang masak. Kan spesial buat calon imam," balas Anggi bangga dan menekankan kata 'calon imam'.
"Udah siap jadi istri nih?" tanya Arfi. Anggi tak menjawab, ia memilih menghampiri motor Arfi.
"Ayo berangkat, nanti telat loh." kata Anggi.
"Enggak dijawab nih pertanyaan aku? Ya udah deh, kita berangkat." Arfi lantas naik ke jok motornya
Diikuti Anggi, yang tanpa aba-aba, kedua tangannya langsung melingkar manis di pinggang Arfi.
"Biasanya disuruh dulu baru kek gini," ucap Arfi yang mengulum senyumnya.
"Biarin aja, mau nyenengin calon imam biar dapet pahala." sahut Anggi.
Arfi tergelak senang, mendengar jawaban seperti itu dari mulut Anggi. Kemudian segera menstater dan melajukan motornya melesat pergi.
****
Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya kedua remaja itu telah sampai di depan gerbang kampus Anggi. Anggi melepas helmnya dan meyerahkannya kepada Arfi. Dan diterima oleh cowok itu.
Arfi terus menatap Anggi tanpa kedip. Baginya Anggi makin hari makin manis saja. Bagaikan manisnya itu tak pernah luntur dari wajahnya. Bulu mata lentik, pipinya yang selalu merona, dan bibir pinknya yang lembap diolesi lip balm.
"Kamu kenapa sih lihatin aku kaya gitu banget. Mau aku colok mata kamu hah?!" tanya Anggi sok garang.
"Dih galak banget sih. Lagian siapa suruh kamu itu manis, jadi ya aku lihatin terus lah." jawab Arfi enteng.
Anggi tersipu dan menundukkan kepalanya. Arfi kejam! Membuat pipinya merona seperti kepiting rebus.
"Udah deh, sana kamu berangkat kerja. Telat baru tau rasa," usir Anggi.
Arfi melirik jam ditangannya. "Ya udah deh aku berangkat. Kamu belajar yang bener, semangat!"
"Iya kamu juga semangat kerjanya,"
Arfi mengelus lembut surai rambut Anggi. "Iya, makasih."
"Bekalnya jangan lupa dimakan. Spesial buat kamu, calon imamku." Anggi langsung berlari kedalam kampus setelah mengucapkan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
General FictionMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...