Celin menatap kagum bangunan mewah dan megah di depannya, ia sedang berdiri di depan pintu rumah Reynan. gadis itu mulai membunyikan bel rumah Reynan dan pintu pun terbuka.
"Apa Reynan ada di dalam, Paman?." tanya Celin yang sudah tahu jika yang membukakan pintu adalah Ayah Reynan.
Pantas Reynan tampan, dia punya Ayah setampan ini. Celin berbicara dalam hati.
"Silakan masuk nak, Reynan ada di dalam." balas Paramartha sambil tersenyum.
"Siapa Pa?." tanya Reynan yang baru muncul bersama dengan Ibunya.
Vienna tersenyum ke arah Celin lalu duduk di sebelahnya. "Siapa namamu nak?." tanya Vienna.
"Celin, Bibi." balas Celin lalu tersenyum.
"Kita akan belajar bersama, Ma." ucap Reynan tiba-tiba.
"Benarkah? tidak biasanya kamu mengajak teman perempuan belajar bersama."
Reynan hanya mengendikkan bahunya.
Paramartha mendekati istrinya lalu menarik tangannya agar meningalkan Reynan dan Celin berdua.
"Ada apa? kenapa menarikku kesini. Aku masih ingin mengetahui hubungan keduanya, Pram." ucap Vienna menatap suaminya.
"Sayang, kamu bisa menanyakannya nanti pada Reynan. Tapi sekarang biarkan saja mereka." jelas Paramartha lalu memeluk Vienna.
Vienna membalas pelukan suaminya lalu mencium bahu Paramartha. "Mereka mengingatkan aku pada kita, hubungan kita berawal dari belajar bersama. Aku harap mereka juga seperti itu."
"Aku juga berharap seperti itu." balas Paramartha lalu mengecup kening Vienna.
***
Disisi lain Reynan menjelaskan hal yang belum Celin mengerti dari tugas yang dosen berikan. Sesekali Reynan merasa sedikit kesal karena Celin belum juga mengerti hal yang ia ajarkan, padahal menurut Reynan ia sudah menjelaskan dengan sangat hati-hati.
"Bagaimana, kamu sudah mengerti sekarang?." tanya Reynan lagi.
"Iya sedikit."
Reynan menghembuskan napas lelah, walaupun hanya sedikit tapi setidaknya ia sudah berusaha membuat Celin yang tadinya tidak mengerti sama sekali sekarang sudah mengerti. Iya walaupun hanya sedikit.
"Sekarang kerjakan saja, jika nanti jawabanmu ada salah biar aku yang memperbaikinya." ujar Reynan yang diangguki oleh Celin.
Sekarang Reynan menyadari bahwa menjadi guru atau pun dosen tidaklah semudah yang ia pikirkan. Setidaknya mereka harus memiliki sifat penyabar.
Celin mulai mengerjakannya soal-soal sesuai yang diajarkan Reynan padanya. Tapi saat ia melihat ke arah Reynan, ternyata Reynan sedang menatapnya dengan intens.
"Ada apa?." tanya Celin penasaran.
"Jangan tegang seperti itu, santai saja."
"Apakah aku terlalu tegang? aku hanya mencoba fokus agar tidak salah." sahut Celin lalu kembali mengerjakan tugasnya.
Reynan tersenyum lalu memutuskan memainkan ponselnya sambil menunggu Celin mengerjakan soal-soal itu.
***
"Sayang, apakah Celin sudah berhasil menaklukan target kali ini?." ucap pria yang sedang tertidur di atas paha Karin.
"Belum, tapi aku yakin itu akan terjadi sebentar lagi." sahut Karin sambil memainkan rambut kekasihnya yang bernama David.
"Dia sangat pintar membuat laki-laki begitu memujanya." ucap David lalu mengecup tangan Karin.
"Iya, tapi untuk pria yang satu ini terkadang aku merasa kasihan padanya. Dia bahkan harus belajar hal yang dia tidak sukai, dia juga harus mengikuti mata kuliah yang menurutnya sangat membosankan."
"Benarkah?." tanya David lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Iya, dan sekarang dia sedang berada di rumah pria itu untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, sekaligus mendekati Reynan."
David tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada Karin. "Hari ini kamu terlihat sangat cantik."
Karin tersenyum mendengar itu lalu mengalungkan tangannya pada leher David. " Bawa aku ke kamar sayang."
David mencium bibir Karin lalu keduanya berjalan menuju kamar dengan bibir yang saling bertautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Heart ✔
General FictionSequel Fall in Love Celin tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada pria yang akan ia tipu, cinta itu membuat keraguan di hatinya. Namun bagaimana jadinya jika Reynan mengetahui semuanya, bahwa ternyata gadis yang ia cintai dan percayai...