Celin sedang membaca novel kesukaannya sambil mendengar musik. Ia mengerluarkan semua camilan yang berada di dalam kulkas untuk dihabiskan. Gadis itu juga sengaja tidak membaca pesan yang Reynan kirimkan atau pun menjawab panggilannya.
Ini sudah hampir sebulan sejak ia mendekati Reynan dan menurutnya tidak ada perubahan apapun. Celin mulai lelah, ia bahkan tidak peduli lagi jika Reynan menyukainya atau tidak. Apalagi mendengar ucapan Reynan kemarin yang seakan menolak dirinya.
"Untuk apa dia terus mengirimi aku pesan, mengganggu saja." ucap Celin kesal.
Ting Tong
Terdengar suara bel berbunyi, namun Celin mengabaikannya begitu saja karena ia tahu jika itu bukan Karin.
Ting Tong
"Siapa yang datang dasar menyebalkan!." ucap gadis itu lalu bangkit dari ranjang untuk membukakan pintu.
Saat ia sudah membuka pintu ia melihat Reynan tersenyum ke arahnya. Celin berniat menutup pintunya lagi, namun Reynan segera menahannya.
"Aku ingin bicara denganmu, tolong biarkan aku masuk." ucap Reynan hati-hati, apa yang ia khawatirkan ternyata benar. Celin pasti merasa kesal dengan ucapannya kemarin.
"Maaf, tapi aku sedang sibuk." balas Celin dengan ketus.
Reynan menatap Celin dengan tatapan memelas, Celin yang melihat itu merasa tidak tega lalu membiarkan Reynan masuk.
"Ingin bicara apa? cepat katakan lalu setelah itu pergi."
Sepertinya ucapan Reynan kemarin benar-benar membuat Celin merasa terluka bahkan gadis terus berbicara dengan ketus kepada Reynan.
Reynan duduk di sebelah Celin sambil menatapnya, tapi tidak dengan Celin. Gadis itu enggan membalas tatapan Reynan.
"Tatap aku, Celin." pinta Reynan lembut.
Celin masih tidak mau menatapnya, akhirnya Reynan berjongkok di depan gadis itu agar ia bisa berbicara sambil melihat mata Celin.
"Maaf jika ucapanku kemarin menyakitimu atau membuatmu menjadi kesal seperti sekarang. Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Aku sudah memaafkanmu, sekarang kamu boleh pergi."
Reynan menghela napas lelah ia berbaring di sofa milik Celin lalu tersenyum. "Aku masih mau disini."
"Aku menyuruhmu untuk pergi bukan berbaring disini." kesal Celin sambil menarik tangan Reynan agar mau meninggalkan kediamannya. Tapi tiba-tiba saja perutnya berbunyi.
Celin memejamkan matanya sambil memegang perutnya, ia baru ingat jika ia belum makan dari pagi dan hanya memakan camilan.
Reynan mendekatkan telinganya pada perut Celin lalu menarik tangan Celin menuju dapur, Celin pun hanya mampu menuruti Reynan karena sudah tidak punya tenaga lagi.
"Apa kamu punya bahan makanan untuk di masak?."
Celin menganggukan kepalanya lalu mengambilkan Reynan semua bahan-bahan yang sering Karin masakan untuknya.
Reynan sudah memakai celemeknya dan menyiapkan bahan-bahan yang diberikan Celin.
"Kenapa kamu bisa melakukan semua hal? apa ada hal yang tidak bisa kamu lakukan." tanya Celin yang lebih terdengar seperti sebuah pernyataan.
Reynan terkekeh pelan mendengar itu. "Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku?."
Hal yang membuat Celin semakin kesal adalah Reynan yang tetap sabar menanggapi setiap ucapan ketusnya, pria itu bahkan selalu tersenyum saat Celin menatapnya dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Heart ✔
General FictionSequel Fall in Love Celin tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada pria yang akan ia tipu, cinta itu membuat keraguan di hatinya. Namun bagaimana jadinya jika Reynan mengetahui semuanya, bahwa ternyata gadis yang ia cintai dan percayai...