23

168 12 0
                                    

Reynan terlihat sibuk menandatangani dokumen-dokumen penting. Ia bahkan menon-aktifkan ponselnya agar tidak ada yang menggagunya. Suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk."

Reynan melihat ke arah pintu lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Raka sudah memberitahu jika kamu akan kemari, letakkan saja dokumennya disana." ucap Reynan ketus tanpa melihat ke arah Celin.

Tiba-tiba seorang wanita masuk ke dalam ruangan Reynan dengan wajah panik.

"Maaf mengganggu, pak. sepertinya Salsa tidak bisa ikut dengan bapak untuk meeting kali ini. Entah apa yang terjadi padanya tadi saya menemukannya pingan di lobby."

"Apa?! bagaimana keadaanya sekarang?."

"Dia masih di periksa oleh dokter, tapi sebentar lagi meeting akan di mulai."

"Kita batalkan saja meetingnya, aku tidak mungkin meeting tanpa sekretarisku."

"Tapi klien kali ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan kita, pak. Jika kita membatalkan meeting maka mereka akan mengangap kita tidak profesional dan tidak mau bekerja sama dengan perusahaan kita lagi." jelas wanita tersebut.

"Aku bisa menggatikannya." ucap Celin yang membuat Reynan menoleh ke arahnya.

"Tidak!." sahut Reynan dengan tegas.

"Rey, biarkan aku menggantikan sekretaris mu. Anggaplah ini balasan karena kamu sudah menolongku kemarin."

Reynan memijit pelipisnya lalu memberikan dokumen pada Celin. "Bacalah dokumen itu dan hafalkan isinya."

Celin mengangguk sambil tersenyum ke arah Reynan. Ia senang ternyata pria itu menerima tawarannya.

***

"Kalian partner kerja yang sangat baik." Puji seorang klien saat meeting sudah selesai.

"Terima kasih." balas Reynan sambil tersenyum tulus.

Reynan memasuki lift diikuti oleh Celin, Celin menatap pria itu diam-diam.

Dia selalu tampan. Ucap Celin dalam hati.

"Terima kasih." Reynan berbicara tanpa ekspresi.

"Sama-sama, aku senang bisa membantumu."

Ting

Pintu lift terbuka mereka keluar lalu masuk ke dalam ruangan Reynan. "Ini dokumen yang kamu bawa aku sudah menandatanganinya."

"Terima kasih, kalau begitu aku permisi dulu." Celin berjalan meninggalkan ruangan Reynan. Namun saat akan keluar ia berpapasan dengan Flona. Flona menatapnya sebentar lalu masuk ke dalam ruangan Reynan.

"Bukankah itu Celin? apa yang dilakukannya disini. Apa kalian sudah berbaikan?."

"Ada apa kau tiba-tiba datang?." Reynan mangalihkan pembicaraan. Ia terlalu malas membicarakan temtang itu.

"Kau tidak menjawabnya dasar menyebalkan. Aku kemari ingin membawakan bunga ini untukmu. Ini dari temenku dia bilang kalau dia menyukaimu. Zaman sudah berubah sekarang malah si perempuan yang memberi bunga bukannya laki-laki."

"Letakkan saja bunganya disana, aku masih banyak pekerjaan."

"Jadi kau menerima temanku?."

"Aku hanya menghargai pemberiannya, itu bukan berarti aku menerima temanmu. Kau mengerti?."

"Astaga kau kaku sekali. Apa kau masih mencintai Celin sampai sekarang?."

Reynan menggebrak meja kerjanya dengan keras. "Aku sedang sibuk, jika kau ingin membahas hal tidak penting. Tolong keluar sekarang juga!."

"Kenapa kau memukul meja seperti itu, aku kan hanya bertanya. Dasar gila!." Flona menekuk wajahnya lalu pergi darisana.

***

Flona menghampiri Kenzie yang sudah menunggunya di parkiran "Sudah kamu berikan bunganya?."

"Sudah."

"Kenapa menekuk wajahmu seperti itu." Kenzie mengelus pipi Flona.

"Dia benar-benar menyebalkan, dia menjadi seperti monster saat aku bertanya apakah dia masih mencintai Celin. Si gila itu, aku heran kenapa banyak sekali yang menyukainya."

"Jangan pedulikan dia, aku akan mengantarmu pulang dan tolong jangan tekuk wajahmu seperti itu. Aku tidak ingin jika Papa mu melihatnya dan membatalkan aku menjadi calon menantunya."

Flona memeluk Kenzie yang sekarang berstatus sebagai pacarnya. Kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Gadis itu tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada sahabatnya sendiri.

"Kamu tahu, Ken. Aku yakin jika si gila itu masih mencintai Celin."

"Mungkin iya, mungkin juga tidak dan tolong jangan panggil dia si gila. Dia terlalu waras untuk kamu panggil seperti itu."

"Biarkan saja aku sedang kesal dengannya."

"Ya sudah terserah padamu kalau begitu." balas Kenzie.






Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang