10

164 14 1
                                    

Karin yang baru saja pulang dari apartemen kekasihnya memperhatikan Celin yang akan berangkat ke kampus, ia merasa ada yang berbeda dengan Celin hari ini dan ia pun penasaran tentang hal yang membuat Celin terlihat begitu senang.

"Apa terjadi sesuatu yang baik sampai membuat mu tidak berhenti tersenyum?." tanya Karin.

"Tidak ada." Jawab Celin yang belum ingin memberitahu Karin soal hubungannya dengan Reynan.

"Benarkah?."

Celin menganggukan kepalanya. "Aku harus ke kampus sekarang, sampai jumpa nanti." ucap Celin lalu keluar rumah dan memasuki mobilnya.

Karin merasa jika Celin menyembunyikan sesuatu darinya, namun ia tidak terlalu memusingkan itu. Mungkin itu hal yang tidak perlu ia ketahui.

***

Reynan menyandarkan tubuhnya pada mobil miliknya, ia sedang menunggu Celin di parkiran. Sebenarnya ia ingin menjemput Celin. Namun gadis itu menolaknya dan membuatnya harus menunggu disini.

Senyum terukir di bibirnya saat melihat mobil Celin datang sedangkan Celin mengeryitkan dahinya saat melihat Reynan berada di area parkir.

"Apa yang kamu lakukan disini?."

"Tentu saja menunggumu." sahut Reynan.

"Menungguku di parkiran, tapi kenapa?."

"Aku hanya ingin, tidak ada larangan jika aku tidak boleh menunggu pacarku di parkiran." ucap Reynan sambil menarik tangan Celin untuk menuju kelas.

"Tunggu dulu Rey, sejak kapan aku menjadi pacarmu? kamu bahkan tidak pernah mengatakan menyukai aku."

Reynan menghentikan langkahnya lalu menatap Celin lekat. "Apa kamu pikir ciuman ku kemarin hanya sekedar ciuman, aku tidak mencium sembarang gadis. Aku mengatakan perasaanku padamu lewat ciuman ku. Apa kamu tidak bisa merasakannya?."

Celin tersenyum lalu mengelus pipi Reynan. "Tentu saja aku merasakannya, Rey. Tapi aku juga ingin mendengar langsung dari mulutmu bahwa kamu juga menyukai aku."

Reynan menggenggam tangan Celin lalu berbisik di telinganya. "Aku menyukai mu Celin, jadilah pacarku." ucapnya dengan lembut lalu mengecup pipi Celin.

Flona yang melihat kejadian itu mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

"Reynan mencium pipi Celin, mereka berpacaran?." tanya Flona pada diri sendiri lalu berjalan mengahampiri mereka tapi sebelum itu Kenzie menarik tangannya.

"Kenapa kau menarik tanganku? aku akan menghampiri mereka kak."

"Jangan mengganggu mereka, aku akan mengantarmu ke kelas." ucap Kenzie sambil meletakkan tangannya di bahu Flona.

"Apa kau sudah tahu tentang mereka?."

"Iya."

"Dan tidak menceritakannya padaku kalau mereka berpacaran?."

"Aku tidak tahu jika mereka berpacaran, aku hanya tahu jika Celin menyukai Reynan dan Reynan pun merasakan hal yang sama."

Flona menekuk wajahnya, hanya dirinya yang tidak mengetahui soal Reynan dan Celin dan itu membuatnya sedikit kesal karena merasa tidak dianggap.

"Ayolah Flo, jangan menekuk wajahmu seperti itu atau aku akan menciumu."

Flona menjauhkan tangan Kenzie yang berada di bahunya. "Maka aku akan mengadukanmu pada Papa ku."

"Baiklah aku tidak akan mencium mu tapi tolong berhenti menekuk wajahmu."

Flona tidak memperdulikan ucapan Kenzie, gadis itu malah berjalan menjauh meninggalkan Kenzie.

***

Kenzie merasa seperti orang ketiga diantara Celin dan Reynan, dua orang yang sedang kasmaran itu terlihat begitu manis. Reynan yang biasanya selalu fokus saat dosen menjelaskan materi kini fokusnya terbagi untuk Celin.

"Kau bisa menatapnya lagi nanti Rey, sekarang kita sedang di kelas." ucap Kenzie  sedikit berbisik.

"Aku sedang mencoba untuk tidak menatapnya tapi aku tidak bisa Ken."

Kenzie menghela napas lelah. "Kau pacar yang sangat manis."

"Aku tahu itu kau tidak perlu mengatakannya."

"Astaga aku ingin memukul kepalamu." kesal Kenzie.

"Ada apa Rey?." tanya Celin saat melihat wajah kesal Kenzie.

"Tidak ada, teruskan saja mencatatnya sayang."

"Kamu juga harus mencatat."

"Aku sudah mengerti apa yang di katakan oleh dosen jadi aku tidak perlu mencatatnya." sahut Reynan lalu mengecup tangan Celin.

Celin memukul lengan Reynan yang tiba-tiba mengecup tangannya, untung saja tidak ada yang melihat mereka.

"Kenapa kamu memukul ku?." tanya Reynan sambil mengusap lenganya yang tadi di pukul oleh Celin.

"Jangan lakukan itu lagi saat kita di dalam kelas."

"Apa masalahnya?."

"Rey." ucap Celin sambil menatap Reynan tajam.

"Baiklah." balas Reynan dengan pasrah lalu kembali memperhatikan dosen yang berada di depan.

Celin tersenyum melihat itu, jika disini hanya ada ia dan Reynan. Ia pasti sudah mencubit pipi Reynan karena pria itu terlihat sangat menggemaskan sekarang.

Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang