32

240 12 0
                                    

"Aku pikir kita akan ke kantor tapi kamu malah mengajak aku ke pantai. Sepertinya kamu sangat menyukai pantai."

Reynan menganguk pelan. "Aku memang sangat menyukai pantai."

"Kenapa?." Celin berdiri di hadapan Reynan lalu melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu.

"Apa saat menyukai sesuatu harus ada alasannya." Reynan menyelipkan helai rambut yang menutupi wajah cantik Celin ke belakang telinganya.

"Tidak juga, tapi yang aku tahu lebih banyak seperti itu."

"Apa yang membuatmu mencintai aku?."

Celin tampak berpikir. "Aku hanya mencintaimu begitu saja."

"Benarkah? Bukan karena aku tampan?."

"Tampan dan cantik itu bonus, aku tidak menilai seseorang dari penampilan luarnya saja."

Reynan mengacak rambut Celin lalu tersenyum. "Aku bangga padamu."

"Aku ingin berenang, Rey."

"Tapi,.."

Reynan membulatkan matanya saat melihat Celin melepaskan kancing kemejanya satu-persatu. "Sayang, kamu.."

"Ayo, Rey lepaskan pakaianmu. Semua orang yang berada disini sedang berenang."

Reynan memperhatikan tubuh Celin yang hanya menyisakan bra dan celana dalam. Ia bisa melihat bekas luka tembakan pada perut gadis itu.

"Jangan mengagumi tubuh ku seperti itu, aku tahu aku seksi." Celin mulai berlari ke tengah pantai lalu melambaikan tangannya pada Reynan sambil tersenyum manis.

"Apa aku menikah besok saja, aku sangat ingin melepas bra dan celana dalam itu." ucap Reynan lalu menghampiri Celin setelah melepas pakaiannya.

Reynan memeluk tubuh Celin dari belakang dengan mesra lalu mengecup pipi gadis itu. Celin memutar tubuhnya dan pandangan matanya langsung fokus pada otot-otot perut pria itu. "Jangan mengagumi tubuh ku seperti itu, aku tahu aku seksi.

"Itukan kalimat ku, dasar peniru." ujar Celin lalu mengecup bibir Reynan, pria itu segera menarik tengkuk Celin saat Celin menyudahi kecupannya. Reynan memegang pinggang Celin dengan erat, gadis itu bisa merasakan ciuman Reynan sedikit menuntut. Jantung Celin berdetak sangat cepat dan desiran aneh mengalir di seluruh pembuluh darahnya. Ia bahkan tidak peduli dengan orang-orang di sekitar yang akan melihatnya berciuman seintim ini.

"Rey.." ucap Celin di sela-sela ciumannya sambil meremas rambut Reynan.

"Kita harus ber..henti, Rey. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kamu tidak berhenti sekarang."

Reynan menyudahi ciuman lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia sangat bergairah tadi, untung saja Celin menyadarkan dirinya.

"Maafkan aku." ucap Reynan sambil melihat orang-orang yang sedang memperhatikan ia dan Celin.

Celin tertawa melihat wajah Reynan yang memerah karena gairah dan juga malu. "Tidak perlu minta maaf sayang, aku juga menikmatinya tapi sayang suasananya tidak mendukung dan kita juga belum menikah."

"Gadis nakal." ujar Reynan sambil mencubit hidung Celin.

"Dan kamu mencintai gadis nakal ini."

Reynan membalas ucapan Celin dengan senyuman manisnya, walaupun sudah sering melihat senyuman manis pria itu namun, Celin selalu kagum saat melihatnya.

"Astaga calon suamiku tampan sekali."

Reynan menggendong Celin lalu berjalan semakin ke tengah pantai, Celin melingkarkan kedua kakinya di pinggang pria itu. "Mereka sepertinya sangat terpesona padamu. Menyebalkan sekali!." ucap Celin saat melihat beberapa wanita terang-terangan menatap Reynan dengan sangat intens.

Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang