07

149 13 0
                                    

Jam kuliah sudah berakhir semua mahasiswa dan mahasiswi segera memasukkan semua buku dan peralatan tulis mereka lalu bergegas keluar kelas.

Celin melihat Reynan begitu tergesa-gesa pria itu tampak sangat buru-buru.

"Ada apa Rey? kamu terlihat sangat buru-buru?." tanya Celin penasaran.

"Aku akan menjemput sepupu ku di Bandara hari ini dan dia sangat cerewet, jika aku sampai telat dia akan mengoceh dan aku tidak ingin mendengar ocehannya."

"Boleh aku ikut denganmu."

Reynan tampak berpikir sebentar lalu menganggukan kepalanya.

Sesampainya mereka di Bandara, Reynan merasa kecewa karena ternyata Alice sudah menunggunya dengan malas. Saat Alice melihat mobil Reynan ia pun menurunkan sedikit kaca mata hitamnya lalu tersenyum.

"Maaf, membuatmu menunggu." ucap Reynan dengan wajah merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah menjemputku." balas Alice lalu melihat ke arah Celin yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Aku pikir kau akan marah."

Alice tidak menjawab ucapan Reynan ia justru mendekati Celin lalu menatapnya dengan intens.

"Pacarmu cantik sekali, Rey." ucap Alice lalu melepaskan kaca matanya.

Alice adalah perempuan yang sangat menyukai fashion, ia baru datang dari Amerika karena sedang melakukan kerja sama dengan beberapa brand fashion yang terkenal di Amerika. Saat melihat Celin, ia tahu bahwa Celin mempunyai selera fashion yang bagus.

"Maaf kak, tapi aku dan Reynan tidak berpacaran." balas Celin sopan.

Alice seketika menoleh ke arah Reynan lalu menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya adik sepupunya itu hanya menjadikan gadis secantik Celin sebagai teman.

"Ada apa dengannya? aneh sekali." ucap Reynan lalu menaikkan koper milik Alice ke dalam bagasi mobil.

Dalam perjalanan menuju rumah Alice, Alice banyak berbincang dengan Celin. Saat Alice membicarakan tentang fashion Celin pun membalasnya dengan baik walaupun ia tidak begitu tahu banyak tentang fashion.

Reynan yang hanya fokus menyetir pun seperti tidak ada disana, tapi ia tidak begitu memusingkannya. Mobil Reynan akhirnya berhenti di sebuah rumah mewah dan itu artinya mereka sudah sampai.

Alice turun dari mobil lalu segera memeluk kedua orang tuanya yang sudah menunggunya di luar.

"Mom, Dad. Aku sangat merindukan kalian." ucap Alice.

"Kami juga merindukanmu sayang." balas Laura lalu melihat ke arah Reynan dam Celin.

"Terima kasih sudah menjemput Alice, Rey. Masuklah dulu." ucap Vinno lalu menepuk bahu Reynan.

"Sama-sama Paman, tapi sepertinya lain kali saja. Reynan sedang bersama teman sekarang."

Mendengar itu Celin tersenyum ke arah Vinno dan juga Laura.

Laura mendekati Reynan lalu mengelus kepalanya dengan sayang. "Kamu semakin tampan saja, Rey."

"Terima kasih Bibi, kalau begitu Reynan pamit dulu." ucap Reynan lalu tersenyum.

"Sekali lagi terima kasih dan hati-hati Rey." ucap Vinno lalu melihat mobil Reynan yang sudah menjauh.

***

"Kamu ingin ke suatu tempat?." tanya Reynan yang masih fokus menyetir.

"Memangnya kenapa?."

"Masih ada waktu, aku belum ingin pulang." balas Reynan.

Celin tersenyum ini kesempatan yang bagus pikirnya.

"Bagaimana kalau kita makan es krim."

"Hanya makan es krim?." ulang Reynan.

"Iya, hanya makan es krim." jawab Celin bingung.

"Baiklah." ucap Reynan pada akhirnya.

Celin merasa senang ternyata Reynan mengajaknya pergi ke pantai dan tidak lupa pria itu juga membelikanya es krim.

"Kamu suka? kita bisa makan es krim sambil melihat indahnya pantai dan sebentar lagi kita akan melihat sunset disini."

"Iya aku suka, sudah lama aku tidak pergi ke pantai." sahut Celin sambil tersenyum.

Mereka makan es krim dengan tenang, angin pantai yang sangat menyejukkan membuat suasananya semakin menyenangkan. Celin menatap Reynan, rambut pria itu terlihat berantakan karena tertiup angin. Tapi anehnya itu justru membuatnya terlihat semakin tampan.

Celin terkadang ingin melupakan niatnya untuk menipu Reynan, melihat bagaimana baiknya pria itu padanya membuat ia tidak tega menipu pria sebaik Reynan. Tapi dengan segera ia membuang jauh-jauh pikiran itu.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?." tanya Reynan yang membuat Celin sadar dari lamunannya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?."

Reynan mengagukan kepalanya lalu kembali memakan es krimnya.

"Apa kamu mempercayai ku?."

Reynan mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Celin yang menurutnya aneh.

"Tentu saja, tidak ada alasan untuk aku tidak mempercayaimu." balas Reynan santai.

"Kita belum mengenal begitu lama? bagaimana jika aku bukan orang yang baik."

Reynan terkekeh pelan, ia meletakkan es krimnya lalu berdiri di depan Celin. Ia menatap Celin sambil tersenyum.

"Aku mempercayaimu Celin, walaupun kita belum mengenal satu sama lain dengan baik. Tapi aku yakin bahwa kamu adalah orang yang baik."

Untuk pertama kalinya Celin merasa takut dengan kepercayaan Reynan padanya. Bagaimana jika Reynan sampai tahu jika ia mendekati pria itu karena menginginkan sesuatu.

Celin bangkit dari duduknya ia mendongak untuk menatap Reynan yang lebih tinggi darinya.

"Apakah kamu akan percaya kalau aku bilang bahwa aku menyukaimu Rey?."

Reynan tidak mengatakan apapun, ia hanya diam karena tidak tahu harus mengatakan apa.

"Rey." Celin memegang tangan Reynan.

"Benarkah kamu menyukaiku? coba tanyakan sekali lagi pada hatimu?." Reynan tidak tahu kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutnya dan itu sukses membuat Celin terdiam.

Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang