05

184 16 0
                                    

"Jadi dia akan menjemput mu kesini?." tanya Karin saat Celin sudah menceritakan rencananya.

"Iya, benar sekali." sahut Celin sambil memakaikan riasan yang tipis di wajahnya yang cantik

"kau memang paling pintar menggait pria." kagum Karin sambil tersenyum.

Setelah selesai memakai riasan Celin membuka lemari pakaiannya, ia sedikit bingung harus mengenakan pakaian apa ke kampus hari ini. Ia harus selalu terlihat cantik jika ingin membuat Reynan jatuh cinta padanya.

"Pakai ini." ucap Karin yang juga ikut memilihkan pakaian untuknya.

Karin memilihkan celana panjang denim serta kemeja kotak-kotak untuk Celin.

"Pilihanmu selalu yang terbaik." ujar Celin.

"Kalau begitu aku akan keluar dulu sekarang sebelum target tampan dan kaya itu datang."

Celin pun menganggukan kepala lalu segera memakai pakaiannya.

"Selesai." ucapnya saat melihat penampilannya.

Hari ini Celin mengcurly rambutnya dan itu membuatnya terlihat sangat cantik. Saat merasa penampilannya sudah rapi ia mendengar bel rumahnya berbunyi.

"Siapa yang datang?." ucapnya pada diri sendiri lalu segera membuka pintu.

Ia terkejut saat melihat Reynan sudah berada di rumahnya, bagaimana bisa pria itu mengetahui rumahnya bahkan ia belum menghubungi Celin tadi.

"Reynan, kamu sudah disini."

"Iya." balas Reynan santai.

"Masuklah." Celin masih terus berpikir bagaimana bisa Reynan mengetahui dimana rumahnya.

"Kamu berpikir sangat keras, aku mengetahui dimana rumahmu dari Flona."

"Apa kamu bisa membaca pikiran? bagaimana bisa kamu mengetahui itu."

"Boleh aku duduk, aku sangat lelah terus berdiri."

Celin baru menyadari jika ia belum menyuruh Reynan untuk duduk saking sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Maafkan aku, duduklah."

Reynan pun duduk di sofa milik Celin, lalu melihat Celin juga ikut duduk di depannya.

"Aku tidak bisa membaca pikiran Celin, aku mengetahuinya dari wajahmu yang kebingungan." jelas Reynan.

"kenapa tidak menghubungi aku saja? kenapa bertanya dengan Flona."

"Aku hanya ingin." balas Reynan menirukan kalimat yang sering di ucapkan Celin.

Mendengar itu Celin tidak mengatakan apapun ia memakai sneakersnya lalu mengambil tas miliknya di dalam kamar. Saat ia keluar kamar ia melihat Reynan melihat fotonya bersama Karin.

"Dia siapa?, wajah kalian tidak mirip jadi aku yakin dia bukan saudaramu."

"Dia temanku." sahut Celin.

Reynan memperhatiakan rumah Celin dan ia baru sadar jika tidak ada siapapun disini selain mereka.

"Orang tuamu dimana?."

Celin terdiam sesaat lalu menatap Reynan. "Mereka sudah tiada, mereka meninggal karena kecelakaan mobil." Celin kembali duduk dan Reynan merasa bersalah karena telah membuat Celin merasa sedih.

"Maaf."

"Tidak apa-apa. Ayo kita berangkat." ujar Celin lalu tersenyum.

Mereka memasuki mobil dan tidak ada yang berbicara sampai akhirnya Reynan pun mulai bersuara.

"Boleh aku bertanya sesuatu?." tanya Reynan hati-hati.

Celin menoleh untuk melihat Reynan lalu menganggukan kepalanya.

Reynan ragu untuk menanyakannya, tapi disisi lain ia juga merasa sangat penasaran. Jika orang tua Celin telah meninggal dunia lalu siapa yang membayar biaya kuliah Celin. Setahu Reynan, Celin tidak mendapatkan beasiswa apapun di kampus.

Saat lampu lalu lintas berwarna merah Reynan pun menghentikan mobilnya lalu menatap Celin.

"Sepertinya pertanyaanku tidak penting jadi aku tidak jadi bertanya padamu." Reynan memutuskan untuk tidak mengatakannya, mereka belum sedekat itu, akan sangat tidak sopan jika Reynan bertanya masalah pribadi.

"Kamu yakin?." tanya Celin yang merasa aneh.

"Iya." jawan Reynan seadanya.

Celin masih merasa aneh dengan Reynan tapi ia tidak mau terlalu memusingkannya. Mereka turun dari mobil saat sudah sampai di kampus.

"Terima kasih Rey." ucap Celin.

Reynan membalasnya dengan senyuman. "Aku akan menemui temanku sebentar kamu bisa ke kelas duluan."

"Baiklah." sahut Celin.

***

Celin mendengarkan penjelasan dosen dengan sangat malas, apa yang dijelaskan dosen hanya angin lalu baginya. Ia terus melihat jam tangannya, berharap agar waktu berlalu dengan cepat sehingga ia bisa segera pulang.

Gadis itu melihat ke arah Reynan yang tampak sangat serius mendengarkan apa yang dijelaskan oleh dosen.

Pantas saja dia pintar, dia bahkan hampir tidak berkedip saat dosen menjelaskan materi. Batin Celin.

Kenzie pun merasakan hal yang sama seperti Celin, di saat dosen menjelaskan materi ia malah meletakkan ponsel di bukunya sehingga ia akan terlihat sedang membaca buku padahal pria itu sedang memainkan ponselnya.

"Untuk tugas kalian di rumah, kerjakan halaman 100!. Besok pagi tugas kalian harus sudah ada di meja saya!." ucap dosen pria yang memiliki kumis tebal tersebut.

Celin melihat tugas yang diberikan, dan matanya melotot melihat banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen itu apalagi tugas itu harus dikumpul besok pagi.

Mati aku. ucap Celin dalam hati.

Ia menyesal karena tidak memperhatikan penjelasan dari dosen tersebut, akibatnya ia tidak mengerti satu pun tentang tugas yang diberikan. Lalu bagaimana ia akan mengerjakannya.

"Rey, aku pulang dulu." ucap Kenzie sambil menepuk pundak Reynan.

"Hati-hati." sahut Reynan lalu melihat Celin yang belum memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Kamu tidak akan pulang?."

Celin tidak membalas ucapan Reynan ia langsung memasukkan semua bukunya ke dalam tas.

"Ada apa? wajahmu terlihat sangat khawatir."

"Aku tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen tadi." ucap Celin dengan jujur sontak hal itu membuat Reynan tertawa.

Celin menatap kesal ke arah Reynan yang terus menertawainya. "Iya aku memang tidak sepintar dirimu, tapi kamu tidak perlu tertawa sampai seperti itu."

"Maaf, tapi bukan itu yang aku tertawai." ucap Reynan yang sudah bisa menghentikan tawanya.

"Ekspresi wajahmu saat mengatakannya tadi yang membuat aku tertawa, itu sangat lucu Cel."

Celin tetap menatap Reynan dengan kesal, Reynan yang melihat itu meletakkan tanganya di atas kepala Celin.

"Kamu tidak perlu khawatir, kita bisa mengerjakannya bersama-sama. Aku akan mengajarimu."

Mendengar itu senyum Celin kembali muncul, ia mengambil tangan Reynan yang berada di atas kepalanya lalu menggenggamnya.

Reynan ikut tersenyum ia merasa begitu bodoh karena baru menyadari jika Celin sangat cantik saat sedang tersenyum seperti sekarang.






Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang