"Kau dari mana saja?." Karin langsung bertanya pada Celin saat gadis itu sudah sampai di rumah.
"Aku dari rumah Reynan." jawab Celin jujur.
Karin sebenarnya tidak pernah meragukan Celin, namun apa yang David katakan terus berputar di kepalanya dan ia ingin mencari tahu kebenaranya.
"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Reynan?."
"Maksudmu apa?." Celin terus memainkan jari-jari tangannya dan itu tidak luput dari perhatian Karin.
"Boleh aku meminjam ponselmu, Celin."
Celin ragu untuk memberikan ponselnya pada Karin, namun ia tidak punya pilihan lain selain memberikannya.
Celin tidak tahu apa yang akan Karin cari di ponselnya, ia hanya bisa berharap jika ia tidak ketahuan hari ini. Namun, ia tahu itu hanya harapan karena saat ini Karin tengah menatapnya dengan sangat tajam.
"Apa yang sudah kau lakukan hari ini?!." Karin berbicara dengan sangat tegas, terlihat ia sedang menahan amarahnya.
"Maafkan aku." Hanya itu kalimat yang mampu Celin ucapkan.
"Apa kau sudah gila!, kau menelpon polisi untuk datang kesana!. Kenapa kau melakukan semua itu?!." Karin membentak Celin, ia merasa sangat kecewa terhadap gadis itu.
"Aku tidak bisa menipu Reynan, maafkan aku."
"Ada apa denganmu?! kenapa kau tidak bisa menipunya?!. Aku sangat mempercayaimu dan kau mencoba menghianati ku demi dia." ucap Karin sambil memukul meja yang berada di depannya.
"Karena aku mencintainya. Iya aku mencintainya. Aku tidak bisa menipunya." ucap Celin lalu ingin beranjak darisana, namun Karin menahannya.
PLAK
"Bagaimana bisa kau mencintai dia? aku sudah bilang padamu untuk tidak melibatkan perasaan dalam hal ini!."
Celin memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Karin. Mata gadis itu berkaca-kaca.
"Aku juga tidak tahu, semua terjadi begitu saja. Aku tidak bisa mengendalikan perasaan ku saat bersamanya. Dia memperlakukan aku dengan sangat istimewa, dia membuat aku merasa aman saat berada di dekatnya. Aku tidak bisa menipunya, aku tidak bisa." ucap Celin dengan air mata yang sudah menetes mengenai pipinya.
"Buang jauh-jauh perasaan itu. Kau tidak boleh mencintai dia."
"Karin, tolong mengertilah. Aku tidak bisa melakukannya. Kita akhiri saja semua ini. Kita bisa mencari uang dengan cara baik-baik tanpa harus menipu orang seperti ini."
"Tidak! Kau dan aku sudah sampai sejauh dan kau ingin berhenti karena pria itu. Sadarlah Celin, kau hanya pura-pura menyukai Reynan untuk menipunya. Kita akan meyusun rencana baru untuk menipunya lagi." ucap Karin sambil meletakkan tangannya pada lengan Celin.
"APA!."
Celin menegang mendengar suara itu, ia menoleh dan melihat Reynan yang berdiri di dekat pintu rumahnya. Pria itu terlihat sangat syok dengan apa yang baru saja ia dengar. Gadis itu menghampiri Reynan, ia merasa sangat takut hingga sangat sulit menggerakan tubuhnya.
"Tidak Rey, ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
"Tetap disana! jangan mendekati aku!." Reynan memundurkan tubuhnya lalu keluar dari rumah itu.
Celin mengejar Reynan lalu menarik tangan pria itu.
"Jangan menyentuh ku!." Bentak pria itu hingga membuat Celin cukup terkejut. Ini pertama kalinya Celin melihat Reynan marah seperti ini dan itu karena dirinya.
"Dengarkan penjelasanku, Rey. Kamu tidak mendengar semuanya tadi."
"Jadi kamu ingin aku mendengar semua kebohonganmu di dalam sana!."
Wajah Reynan sangat merah, pria itu benar-benar tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia meremas rambutnya dengan kedua tangan sambil berteriak. Celin sangat ingin memeluk Reynan saat ini, namun ia tidak bisa.
"Rey."
"Tidak! jangan menyebut namaku. Aku sekarang mengerti kenapa kamu meminta pengampunan dariku. Selama ini semua yang kamu katakan hanya kebohongan. Kamu tidak pernah mencintai aku, hanya aku disini yang mencintaimu. Kamu mendekati aku karena menginginkan sesuatu dariku."
Celin menggelengkan kepalanya sambil menangis. "Tidak seperti itu, Rey."
"Lalu seperti apa?! kenapa kamu mempermaikan perasaanku seperti ini. Kenapa harus aku?. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi!" ucap Reynan lalu masuk ke dalam mobilnya, ia tidak sanggup lagi melihat wajah Celin. Ini terlalu menyakitkan untuknya.
"Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu, Rey...hiks..hiks."
***
Kau hanya pura-pura menyukai Reynan untuk menipunya.
Reynan terus mengingat kalimat yang diucapkan Karin tadi. Ia mencengkram stir kemudinya dengan erat. Pria itu juga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai akhirnya ia sampai di rumah.
Pria itu masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di sisi ranjang, ia kembali mengingat hal yang pernah ia lakukan bersama Celin.
"Semua palsu, dia pembohong."
Reynan melempar semua buku yang berada di atas mejanya, pria itu tidak bisa mengontrol emosinya ia bahkan memukul tembok untuk melampiaskan sakit hatinya dan itu membuat tangannya sedikit membengkak.
Vienna yang berada di ruang kerjanya mendengar suara benda terjatuh dari kamar Reynan dan langsung menuju kesana. Ia membelakkan mata melihat kamar Reynan yang sangat berantakan.
"Rey, hentikan. Ada apa denganmu?." Vienna menangkup wajah putranya lalu memeluknya erat.
"Tenanglah." ucap Vienna sambil mengelus punggung Reynan.
Mendapat pelukan dari Ibunya membuat kemarahan Reynan sedikit mereda dan ia pun membalas pelukan Vienna.
Merasa jika Reynan sudah mulai tenang, Vienna mulai berbicara untuk mengetahui apa yang sudah terjadi hingga membuat Reynan seperti ini.
"Ada apa?."
"Aku tidak ingin membicarakannya, Ma. Tolong jangan paksa aku untuk bercerita."
"Astaga tanganmu."
"Tidak apa-apa, Mom. Nanti juga akan sembuh."
"Apa kamu benar-benar tidak ingin memberitahu Mama?."
Reynan tidak menjawab ia malah meletakkan kepalanya di paha Ibunya . "Aku ingin tidur, Ma."
"Tidurlah dan lupakan semua masalahmu itu." ucap Vienna lalu mengelus kepala Reynan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Heart ✔
General FictionSequel Fall in Love Celin tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada pria yang akan ia tipu, cinta itu membuat keraguan di hatinya. Namun bagaimana jadinya jika Reynan mengetahui semuanya, bahwa ternyata gadis yang ia cintai dan percayai...