22

181 11 0
                                    

Celin baru saja pulang kerja setelah pekerjaannya selesai, ia menunggu taksi yang tak kunjung terlihat. Mobilnya sedang di bengkel dan jalanan sudah mulai sepi. Entah siapa yang harus ia hubungi. Gadis itu mulai melangkahkan kakinya, namun ia merasa jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Celin mempercepat langkahnya dan dua orang pria berpenampilan preman tertawa lalu mengejarnya.

"Tuhan, tolong bantu aku." Celin merasa sangat takut hingga ia berlari secepat mungkin agar kedua pria itu tidak bisa menangkapnya. Celin ingin mencari bantuan, namun tidak ada satu orang pun yang terlihat oleh matanya.

Ia memilih bersembunyi di balik mobil putih, napasnya mulai tidak beraturan. Ia memejamkan matanya berharap penjahat itu tidak bisa menemukan dirinya.

"Disini kau rupanya."

"Apa mau kalian? jangan dekati aku."

"Kita butuh pelukan dan ciuman darimu"

"Tidak, Tolong! Tolong!."

Kedua pria itu tertawa lalu semakin mendekati Celin. Namun tiba-tiba seseorang menghalangi mereka.

"Apa masalahmu? menyingkir sebelum kita melukaimu."

Celin memejamkan matanya tubuhnya berkeringat karena ketakutan, ia sangat takut.

"Apa yang akan kalian lakukan jika aku masih tetap disini."

Para preman itu mulai menyerang Reynan, Reynan membalas serangan mereka lalu menendang perut kedua pria itu dengan keras hingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Tidak lupa Reynan langsung menelpon polisi untuk menangkap mereka.

Reynan mendekati Celin yang masih sangat ketakutan bahkan gadis itu tidak menyadari kehadirannya.

"Celin." panggil Reynan dengan lembut.

Celin membuka matanya lalu memeluk Reynan sambil menangis. "Rey, aku sangat takut. Jangan tinggalkan aku."

Reynan tidak membalas pelukan Celin ia tidak mengerti situasi sekarang. Tadi ia sedang membeli sesuatu dan mendengar ada seseorang minta tolong di dekat mobilnya dan ternyata itu Celin.

"Bangunlah, aku akan mengantarmu pulang."

Celin berdiri dibantu oleh Reynan. Entah Celin harus bersyukur atas kejadian hari ini atau tidak, berkat kejadian ini ia bisa memeluk Reynan dan juga bisa menciumi aroma tubuh Reynan yang sangat ia sukai.

Selama di perjalanan suasana menjadi sangat canggung, Celin yang sudah mulai tenang tidak tahu harus mengatakan apa pada pria yang saat ini tengah fokus mengemudikan mobilnya. Akhirnya mereka sampai di apartemen Celin. Celin ingin membuka pintu mobil, namun Reynan lebih dulu membukakan pintu untuknya. Saat pria itu akan masuk kembali ke dalam mobil Celin menahan tangannya.

"Terima kasih."

"Semua orang akan melakukan hal yang sama." Jawab Reynan lalu menarik tangannya dan segera meninggalkan tempat itu dengan mobilnya.

***

Reynan menguyur tubuhnya di bawah shower, ia mengingat saat Celin memeluknya begitu erat. Ia bahkan masih bisa mencium parfum gadis itu. Reynan keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Anna berada di dalam kamarnya.

"Bagaimana bisa kamu masuk ke dalam kamarku?."

"Lewat pintu." jawab Anna santai sambil memperhatikan Reynan dari atas sampai bawah. Pria itu hanya melilitkan handuk di pinggangnya

"Apa kamu tidak punya sopan santun? keluar dari kamarku!"

"Tubuhmu sangat menggoda, Rey." Anna mendekati Reynan dengan tidak tahu malu.

Sebelum Anna semakin mendekat Reynan menarik tangannya dan membawa Anna keluar. "Mila." panggilnya dengan keras.

"Kenapa kau biarkan dia masuk ke dalam kamarku."

"Maaf tuan, tadi saya sedang di dapur untuk menyiapkan makan malam. Saya sudah meminta Nona Anna untuk menunggu tuan di bawah. Sekali lagi saya minta maaf tuan."

Reynan mengacak rambutnya lalu menganggukan kepalanya. "Baiklah, kau boleh kembali ke dapur."

"Jika kamu ingin bicara padaku tunggu disini, aku akan memakai pakaianku dulu."

Anna menganguk dengan wajah malas tetapi Reynan tidak memperdulikannya. Setelah menunggu kurang lebih 2 menit Reynan akhirnya turun ke bawah dengan pakaian rumahannya.

"Kamu kemari ingin bicara apa?." tanya Reynan tanpa basa basi.

"Rey, aku sudah menunggumu selama bertahun-tahun. Apa kamu belum bisa membalas perasaanku."

"Jadi kamu kemari hanya ingin membicarakan itu." sahut Reynan jengah pasalnya Anna selalu mengatakan itu hampir setiap hari.

"Itu karena aku mencintaimu."

"Tapi aku juga sudah mengatakan berulang kali kalau aku tidak bisa membalas perasaanmu. Tolong mengertilah."

"Tapi Rey aku sangat mencintaimu dari dulu hingga sekarang."

"Anna, cinta tidak bisa dipaksakan. Apa kamu mau berpacaran dengan orang yang tidak mencintaimu." ucap Reynan dengan pelan agar Anna bisa memahami dirinya.

"Aku tidak masalah, bukankah cinta tumbuh karena terbiasa." Anna tetap tidak mau menyerah.

"Tapi aku tidak bisa seperti itu, aku yakin kamu bisa mendapatkan pria lebih baik daripada aku di luar sana."

"Aku hanya ingin kamu, Rey."

Reynan menarik napasnya dalam-dalam lalu mendekati Anna. "Anna, Cobalah untuk menghapus perasaanmu padaku. Sampai kapanpun aku hanya menganggapmu sebagai temanku. Tolong mengertilah, aku tidak ingin menyakitimu." Reynan berbicara sambil menatap mata Anna yang terlihat berkaca-kaca.

"Apa kamu mencintai seseorang?."

Reynan terdiam cukup lama. "Aku tidak tahu, tapi jika aku memang mencintai seseorang aku juga tidak akan memberitahu kamu."

"Baiklah, tapi aku akan tetap mencintaimu. Aku sudah menunggu selama bertahun-tahun dan aku tidak akan menyerah begitu saja." ucap Anna lalu meninggalkan rumah itu.

"Kenapa dia keras kepala sekali, percuma aku berbicara panjang lebar seperti tadi."



Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang