Tinggal 5 menit lagi jam kuliah akan di mulai namun, Reynan dan Kenzie belum juga datang. Celin terus merasa gelisah, semalam ia tidak bisa tidur karena memikirkan pria itu. Gadis itu terus melihat ke arah luar dan ia melihat Kenzie berlari memasuki kelas.
"Hampir saja aku telat." ucap pria itu lalu tersenyum ke arah Celin.
"Kau hanya sendiri?." tanya Celin.
"Iya, aku sendiri. Kenapa?." balas Kenzie yang tidak mengerti maksud Celin.
"Maksudku apa Reynan tidak bersamamu?."
"Kau tidak tahu, dia tidak ke kampus hari ini. dia sedang sakit."
"Apa?! sakit apa?." Celin merasa sangat khawatir, Reynan sakit pasti gara-gara dirinya.
"Dia demam, kemarin dia sehat-sehat saja tapi sekarang tiba-tiba demam. Sungguh dia tidak memberitahumu?."
"Ken, tolong katakan pada dosen bahwa hari ini aku izin." ucap Celin lalu keluar kelas.
"Dia pasti sangat mengkhawatirkan Reynan, bisa-bisanya pria itu tidak memberitahu pacarnya. Dasar sinting."
***
"Bagaimana keadaanya, Pram?. Badannya panas sekali." ucap Vienna pada suaminya yang sedang memeriksa Reynan.
"Dia hanya demam, sayang. Tidak perlu khawatir seperti itu."
"Aku tidak apa-apa, Ma." ucap Reynan dengan lemah.
"Tidak apa-apa apanya, badanmu panas seperti ini." balas Vienna saat meletakkan punggung tangannya pada dahi Reynan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi padamu kemarin, Rey?." tanya Paramartha.
Reynan hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Paramartha.
"Kamu stress, dan juga tidak bisa tidur semalam. Apa Papa benar?."
Vienna menatap putranya yang masih tidak mau menceritakan tentang apa yang sudah terjadi kemarin.
"Maaf mengganggu, Tuan. Nona Celin sedang menunggu di bawah ia datang untuk menjenguk Tuan muda." ucap Mila yang bekerja sebagai pembantu di rumah itu.
"Suruh dia masuk!." sahut Reynan dengan cepat.
"Apa semua baik-baik saja?." tanya Vienna yang merasa aneh dengan perubahan wajah Reynan saat mendengar nama Celin.
"Sudah pasti tidak baik-baik saja, aku yakin ini yang membuatnya demam." ujar Paramartha lalu menarik tangan Vienna untuk meninggalkan kamar putranya itu.
Celin melangkah dengan pelan menuju kamar Reynan, sejujurnya ia tidak punya keberanian untuk menemui pria itu setelah kejadian kemarin. Tapi ia juga khawatir dengan keadaan Reynan jadi ia memutuskan untuk tetap menjenguknya. Pintu kamar Reynan sedikit terbuka jadi ia langsung begitu saja.
"Rey." panggil Celin dengan takut.
Reynan tidak melihat ke arahnya, ia bisa mengerti jika pria tu pasti sangat kecewa padanya.
"Bagaimana keadaanmu, Rey?."
Kali ini Reynan menatap Celin, ia tersenyum meremehkan mendengar apa yang baru saja Celin tanyakan padanya.
"Apa kamu pikir aku akan baik-baik saja setelah mengetahui kebohonganmu selama ini!"
"Maafkan aku." Celin menundukan kepalanya, ia tidak berani menatap Reynan.
"Apa dengan meminta maaf bisa menyembuhkan luka di hatiku! Apa kamu tahu bagaimana rasanya dibohongi oleh orang yang kamu cintai!." Reynan sedikit berteriak kepada Celin dan itu membuat Celin meneteskan air matanya.
"Rey, aku mencintaimu."
Reynan bangkit dari ranjangnya dengan lemah lalu bertepuk tangan tepat di depan wajah Celin. "Jadi sekarang kamu mencintai aku. Berhentilah berbohong. Atau apa ini rencana baru yang kamu rencanakan dengan teman penipumu itu."
"Aku tidak berbohong, Rey. Aku sungguh mencintaimu." Celin menatap wajah pucat Reynan, ia sangat ingin memeluk pria itu.
"Saat kita mencintai seseorang hal yang paling penting adalah kepercayaan. Aku memberikan itu padamu dan kamu hanya memberikan kebohongan padaku. Jadi berhenti berkata bahwa kamu mencintai aku karena itu hanya omong kosong!!."
Celin tidak bisa berkata-kata ia tidak bisa memaksa Reynan untuk memaafkan dirinya, ia sadar jika apa yang sudah ia lakukan sangat melukai perasaan pria itu.
Reynan mendekati Celin lalu menatap mata yang penuh dengan air mata itu. "Aku mohon padamu, jika sekali saja kamu pernah merasa kasihan padaku. Tolong jangan pernah menemui aku lagi, akhiri ini sampai disini. Dan tolong berhentilah mempermainkan perasaan seorang pria yang mencintaimu dengan tulus."
"Rey..Hiks...hiks." Celin menangis sambil sesekali menepuk dadanya yang sesak.
"Aku mohon." Reynan memohon sambil menyatukan kedua tangannya membuat Celin sangat terluka melihatnya.
"Baiklah, aku tidak akan menemuimu lagi. Terima kasih untuk semua cinta yang pernah kamu berikan padaku dan sekali lagi aku minta maaf karena telah melukai hatimu." ucap Celin dengan berat, namun ia tidak boleh egois. Ia tidak ingin menyakiti Reynan lagi, mungkin ini yang terbaik untuk mereka.
Celin berusaha menguatkan dirinya sendiri dengan air mata yang terus membasahi pipinya, ia menatap wajah Reynan lekat-lekat. Setelah ini ia tidak akan melihat wajah tampan itu lagi. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu lalu menutup pintunya.
Setelah mendegar suara pintu yang ditutup, Reynan meneteskan air matanya lalu terduduk di lantai sambil menangis histeris. Vienna ingin menghampiri putranya, namun Paramartha menahannya.
"Mungkin setelah menangis dia akan merasa lebih baik, biarkan saja." ucap Paramartha yang diangguki Vienna.
Mereka sudah mendengar semua pembicaraan antara Reynan dan juga Celin. Itu membuat mereka sedih karena hubungan putranya dan Celin berakhir sampai disini, namun sebagai orang tua mereka hanya bisa menerima apapun keputusan Reynan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Heart ✔
General FictionSequel Fall in Love Celin tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada pria yang akan ia tipu, cinta itu membuat keraguan di hatinya. Namun bagaimana jadinya jika Reynan mengetahui semuanya, bahwa ternyata gadis yang ia cintai dan percayai...