11

153 16 0
                                    

Vienna masuk ke dalam kamar Reynan untuk memberitahu kalau makan malam sudah siap, Reynan yang sibuk dengan ponselnya tidak menyadari kehadiran Ibunya.

"Rey, makan malam sudah siap." ucap Vienna.

"Iya, Ma. Sebentar lagi Reynan turun." balas Reynan namun masih fokus pada ponselnya. Sesekali pria itu tersenyum saat membaca pesan yang tentu saja dari Celin.

"Siapa Rey? dia pacarmu?."

"Bagaimana Mama bisa tahu." sahut Reynan lalu mendekati Ibunya.

"Tentu saja Mama tahu, Mama sudah lebih dulu merasakannya. Apa dia gadis yang bernama Celin itu?."

Reynan mengangguk lalu tersenyum malu.

"Dasar anak ini, tidak usah malu seperti itu. Cepatlah turun." ucap Vienna sambil menepuk pipi Reynan.

"Apa Mama suka jika aku berpacaran dengan Celin?." tanya Reynan sambil menuruni tangga bersama dengan Vienna.

"Kenapa bertanya seperti itu? Jika kamu menyukainya kenapa Mama tidak. Tentu saja Mama suka."

Reynan tersenyum lalu memeluk Vienna dari samping. "Terima kasih karena sudah melahirkan aku, Ma."

"Terima kasih juga karena sudah terlahir menjadi anak Mama."

Paramartha yang sudah menunggu di meja makan menggelengkan kepalanya saat melihat Reynan dan Vienna yang saling tersenyum satu sama lain tanpa merasa bersalah karena sudah membuatnya menunggu.

"Kalian lama sekali." ujarnya sedikit kesal.

Reynan seketika menghentikan senyumannya saat melihat wajah Ayahnya yang sedang kesal lalu menatap Ibunya yang tampak terlihat santai.

***

"Bagaimana kalian bisa berpacaran? ceritakan padaku. Aku sangat penasaran Celin." ucap Flona pada Celin yang masih menyantap makanannya dengan lahap.

"Biarkan aku makan dulu, Flo." sahut Celin.

"Aku tidak menyangka bahwa kau juga akan menyukai Reynan seperti gadis lainnya, sekarang aku percaya bahwa Reynan memang sangat tampan."

"Jadi selama ini kau menganggap Reynan tidak tampan?." tanya Celin yang sudah menghabiskan makanannya.

Flona mengendikkan bahunya. "Iya dia tampan tapi aku pikir gadis cantik sepertimu tidak akan terpesona padanya."

"Aku juga manusia, Flo. Aku bisa terpesona pada siapapun yang menarik perhatianku." jawab Celin sambil terkekeh pelan.

"Iya dan kalian terlihat keren saat bersama."

"Terima kasih, Flo. Dan aku harap kau juga segera berkencan dengan Kenzie karena kalian terlihat cocok."

"Aku dan Kenzie hanya bersahabat mana mungkin kita berkencan."

"Tidak ada yang tahu nanti."

"Dasar kau ini, ayo kita pulang tapi sebelum itu kau harus membayarkan makanan ku juga."

"Iya, Baiklah."

Flona tersenyum mendengar itu lalu memutuskan menunggu Celin di luar restaurant.

***

Setelah mengantar Flona pulang, Celin akhirnya sampai di rumah dengan selamat. Ia melihat mobil David ada di depan rumahnya. Gadis itu pun masuk ke dalam lalu tersenyum ke arah Karin dan David yang sedang menatapnya.

"Duduklah dulu, Cel. Ada yang ingin kita bicarakan denganmu." ucap Karin.

Celin menganguk lalu segera duduk di sofa.

"Bagaimana dengan Reynan?." tanya David.

Pertanyaan David membuat Celin bingung harus menjawab apa, ia juga tidak mengerti dengan dirinya yang tidak ingin mengatakan soal hubungannya dengan Reynan kepada Karin dan David.

"Aku masih berusaha membuat dia menyukai aku, dan aku yakin sebentar lagi itu pasti akan terjadi." sahut Celin dengan sedikit gugup, ia tidak pernah berbohong seperti ini sebelumnya.

"Apakah sudah ada peningkatan dari sebelumnya?."

"Iya, dia sudah sering membalas pesanku."

"Bagus kalau begitu." ucap Karin tampak senang.

"Kita percaya padamu, Cel. Kau pasti bisa menaklukan dia." ucap David yang dibalas senyuman oleh Celin.

"Apa ada yang ingin kalian bicarakan lagi?." tanya Celin yang ingin cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya.

"Tidak ada, Cel. Hanya itu saja." sahut Karin.

Celin bangkit dari sofa lalu menuju kamarnya  ia juga mengunci pintunya. Gadis itu berdiri di depan cermin, menatap dirinya disana.

"Ada apa denganku? Aku berbohong pada Karin dan juga David. Kenapa aku tidak ingin jika mereka mengetahui hubunganku dengan Reynan? Bukankah semua ini hanya sandiwara untuk menipu Reynan, lalu kenapa aku merasa seperti ini? Aku merasa jika aku tidak ingin kehilangan Reynan." ucap Celin pada dirinya sendiri, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Disaat seperti ini ia sangat merindukan Ibunya, jika Ibunya masih hidup ia pasti akan menceritakan kegelisahan yang ia rasakan pada Ibunya. Dan itu akan membuat perasaannya membaik. Sejak kecelakan yang menimpa kedua orang tuanya 10 tahun silam Celin selalu merasa kesepian hingga ia bertemu dengan Karin dan juga David yang merupakan seorang penipu dan memutuskan bergabung dengan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sebatang kara.

















Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang