31

193 13 0
                                    

Celin mencari keberadaan Reynan di sekeliling pantai, dari kejauhan ia bisa melihat sebuah meja makan yang sudah di hias dengan begitu indah lalu berlari kesana.

"Rey, kamu dimana?." Mata Celin berkaca-kaca, Reynan menyiapkan semua ini untuknya dan ia dengan bodohnya melupakan janjinya pada pria itu.

"Kamu mencariku?." Reynan berjalan menghampiri Celin sambil membawa botol wine dan juga gelas di tangannya.

Celin memeluk Reynan, namun wajah pria itu datar tanpa ekspresi. "Maafkan aku, Rey. Kamu boleh menghukum ku tapi tolong maafkan aku. Aku benar-benar membuat kesalahan."

Reynan mendorong sedikit tubuh Celin lalu menuangkan wine ke dalam gelas dan meneguknya.

Celin kembali memeluk pria itu dari belakang lalu menyandarkan kepalanya disana. "Katakan sesuatu, Rey. Kamu membuat aku takut."

"Apa aku penting bagimu?."

"Kamu adalah segalanya untukku."

Reynan melepaskan tangan Celin yang melingkar di perutnya lalu memutar tubuhnya untuk menatap Celin. "Aku adalah segalanya? Lalu kenapa kamu bisa lupa kalau kamu memiliki janji untuk bertemu denganku disini. Aku menunggumu selama berjam-jam, aku menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif."

Celin bisa merasakan kekecewaan yang Reynan rasakan, pria itu berbicara dengan lembut, namun setiap kalimat yang di ucapkannya bagaikan pisau yang menusuk hati gatis itu begitu dalam.

Celin berlutut di hadapan Reynan, namun Reynan segera meminta gadis itu untuk berdiri. "Setelah semua yang terjadi aku tidak ingin melakukan kesalahan apapun, tapi hari ini aku melakukannya lagi. Maafkan aku, Rey. Aku memang bodoh karena melupakan janjiku padamu." ucap Celin dengan tulus.

"Kamu tidak perlu berlutut seperti tadi." Reynan memegang kedua lengan gadis itu lalu memeluknya.

"Jangan marah lagi."

Reynan mengecup kening Celin lalu kembali memeluknya. "Kamu bahkan masih menggunakan pakaian kerja, kamu dari mana saja sayang?. Jangan berbohong padaku."

"Jika aku memberitahu mu, berjanjilah kamu tidak akan marah."

Reynan melepaskan pelukannya lalu menyuruh Celin duduk. "Aku akan berusaha untuk tidak marah." ucap pria itu sambil menuangkan wine untuk Celin.

"Ak..aku menemani Kevin yang di rawat di rumah sakit." ucap Celin lalu menatap wajah Reynan yang memerah.

"Apa Raka yang memintamu untuk menemaninya?"

Celin menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Apa aku boleh meminta sesuatu darimu sayang?."

"Tentu saja." ucap Celin lalu meminum winenya, ia tahu Reynan sedang menahan amarahnya sekarang dan itu membuat Celin sedikit takut.

"Berhentilah menjadi sekretaris Raka, berhenti bekerja disana dan jadilah sekretarisku!."

"Tapi, Rey. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaanku. Kenapa aku harus berhenti bekerja disana?."

"Jadi kamu tidak mau menjadi sekretarisku?" tanya Reynan dengan menuntut.

"Bukan seperti itu, akan sangat tidak profesional jika aku berhenti tiba-tiba. Raka sangat baik padaku."

"Itu karena dia mencintaimu!." Reynan meninggikan volume suaranya.

Celin mengernyitkan dahinya, bagaimana Reynan bisa berpikir seperti itu.

"Aku seorang pria dan aku mampu mengenali perasaan pria lain hanya dengan membaca tatapannya. Dia mencintaimu, aku tidak ingin memberitahu mu tentang hal ini, tapi aku sungguh tidak tahan melihat gadis yang aku cintai berada di dekat pria yang juga mencintainya. Apalagi kamu sangat menyayangi putranya, aku tidak bisa membiarkan itu."

Celin terkejut mendengar itu, Raka mencintainya. Apa itu benar?.

"Aku tahu aku egois. Ini pasti tidak mudah untukmu, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu berada di dekatnya terlalu lama."

"Tapi aku mencintaimu, Rey. Aku tidak mencintai dia."

"Tapi kamu sangat menyayangi putranya, kamu bahkan melupakan janji untuk bertemu denganku karena putranya itu, Aku tidak ingin mengambil resiko jika itu bisa membuat kamu menyanyangi Ayahnya juga."

"Kamu masih tidak mempercayaiku?."

"Aku mempercayaimu, tapi perasaan bisa berubah kapanpun. Kedekatan mu dengan Kevin membuat aku takut. Tolong mengertilah sayang."

"Tolong biarkan aku memikirkan semua ini." ucap Celin lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

***

Celin memasuki ruangan Raka dan Raka tersenyum senang saat melihatnya.

"Silakan duduk, Celin."

"Terima kasih, pak." balas Celin.

"Celin, kemarin aku belum sempat mengucapkan terima kasih. Kenapa kamu pergi tanpa memberitahu aku?."

Celin tersenyum. "Maaf, pak. Kemarin saya buru-buru. Bagaimana keadaan Kevin?."

"Sekarang dia sudah lebih baik dan sudah boleh pulang."

"Saya senang mendengarnya. Pak, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."

"Iya silakan, Celin."

Celin mengeluarkan surat pengunduran dirinya dari dalam tas.

"Saya ingin mengundurkan diri dari perusahaan bapak." ucap Celin lalu menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Raka.

"Apa?! Tapi kenapa, Celin. Apa yang membuatmu ingin mengundurkan diri dari perusahaan ku.?"

"Mungkin ini terkesan tiba-tiba, tapi saya sudah memikirkan semuanya baik-baik, pak."

Raka menatap wajah Celin, ia merasa ada yang aneh. Semuanya baik-baik saja tapi Celin tiba-tiba ingin mengundurkan diri dari perusahannya. "Baiklah, jika itu memang keputusanmu. Walaupun sebenarnya aku tidak mengerti kenapa kamu ingin mengundurkan diri."

"Terima kasih atas pengertian yang bapak berikan, saya minta maaf jika pernah melakukan kesalahan selama bekerja disini."

"Terima kasih juga karena sudah pernah menjadi sekretaris yang sangat baik untukku." ucap Raka sambil tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit dulu, pak."

Celin juga berpamitan dengan teman-teman kerjanya di kantor.

***

Reynan tersenyum saat melihat Celin berjalan ke arahnya. Gadis itu memeluknya dengan erat.

"Maafkan aku karena sudah memintamu untuk mengundurkan diri."

"Aku lebih baik kehilangan pekerjaanku daripada kehilanganmu." balas Celin lalu menatap wajah tampan Reynan.

"Apa kamu mau menikah denganku?" Reynan mengeluarkan kotak yang di dalamnya berisi cincin.

"Dasar tidak romantis! Kamu melamarku di pinggir jalan seperti ini."

"Aku tahu, tapi aku tidak ingin menundanya lagi."

"Walaupun begitu aku tetap mau menikah denganmu." balas Celin.

Reynan tersenyum lalu memakaikan cincin berlian itu pada jari manis Celin. "Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu." Mereka saling berpelukan lalu mendengar suara tepuk tangan dari orang di sekitar mereka yang sejak tadi memperhatikan kedua orang itu. Celin menyembunyikan wajahnya di dada bidang Reynan.

"Tidak perlu malu seperti itu." ucap Reynan sambil terkekeh.



Stolen Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang