Cutest Cupid

34.2K 1.9K 12
                                    

CHAPTER 3

Prilly sudah menentukan rencana yang akan ia terapkan untuk misinya, membuat Ali jatuh cinta, meskipun ia bingung, tapi ia berusaha mencari tahu isi hati Ali yang sesungguhnya. "Plan A, satu, aku harus bisa deket sama Ali biar dia cerita tentang tipe cewe yang dia suka, dua, aku bakalan cari cewe-cewe yang jadi tipenya Ali di kampus, tiga, aku harus buat mereka bisa saling jatuh cinta, HAHAHA, gampang kan" ucapnya pada diri sendiri sambil menuliskan rencananya di buku diary miliknya, "Tapi kalau ga berhasil juga gimana ya?oke, Plan B, hihihihihi" ucapnya membayangkan hal licik yang akan ia lakukan pada Ali jika rencananya belum berhasil.

Hari ini Prilly hanya ada satu mata kuliah di pagi tadi, dan ternyata begitupun Ali, sehingga mereka kembali pulang bersama seperti kemarin. Prilly sempat mencari tahu tentang gadis yang kemarin bersama Ali, ternyata gadis itu mahasiswa fakultas sastra yang ternyata sudah lama mengejar Ali namun Ali selalu menolaknya, informasi dari teman sekelasnya yang sekarang menjadi akrab dengan Prilly, Griselda. Entah kenapa gadis itu meminta dipanggil Gritte saja, jadilah Prilly memanggilnya Itte. Penjelasan Itte tidak sesuai dengan apa yang dilihat Prilly kemarin, saat Ali keluar dari kelas bersama gadis itu padahal kelas kosong. "Apa Ali baru jadian ya sama dia?tapi kalau iya, berartikan Ali udah jatuh cinta, tapi kata ayah, cinta yang dimaksud bukan cinta yang semudah itu, aaaaahhhh, Ayaaahhhh, selalu deh main kode, ga ngertiiii" serunya kesal.

Tiba-tiba ia mendengar pintu kamarnya diketuk, ia berlari membuka pintu kamarnya dan mendapatkan tante Ully sudah berdiri di depan kamarnya. "Prilly sayang, maaf ya tante ganggu, tante mau bilang, sore ini tante harus dinas ke Semarang untuk 5 hari, dadakan banget, makanya tante cepet pulang nih, tante mau titip pesen sama kamu, tolong jaga Ali ya dan rumah , tante percaya sama kamu, kalau Ali ketus sama kamu sabar-sabar aja ya, dia cuma ketus dimulut ko, sebenernya anaknya baik " ucap tante Ully terburu-buru.

Prilly hanya bingung dan tak tahu harus berkata apa, "iya tante" jawabnya meringis. "Makasih ya sayang, oya, uang belanja ada di saku taplak kulkas, kalau butuh ambil aja, kalau kurang nanti kamu telepon tante biar tante transfer ya sayang" ucapnya mengusap wajah Prilly lalu beranjak turun ke lantai bawah, sudah ada Ali disana menunggunya dengan wajah datar seperti biasa. "Taxinya udah dateng Li?" Tanya tante Ully, Ali hanya menunjuk keluar, tante Ully meraih kepala putranya dan menciumnya penuh kasih, Prilly terharu melihat cinta yang tulus dari tante Ully meskipun ia hanya seorang ibu tiri. "Mama pergi ya sayang, baik-baik dirumah sama Prilly" ucap tante Ully berpamitan padanya dan juga melambaikan tangannya ke Prilly.

Ali menoleh ke arah Prilly saat pintu rumah tertutup dan taxi membawanya pergi. Prilly mendadak dilanda rasa canggung luar biasa, apalagi saat Ali berjalan mendekatinya dan berdiri di hadapannya saat ini, jantung Prilly berdebar kencang membayangkan apa yang akan dilakukan Ali padanya. "Bikinin makan malam" ucapnya singkat lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya membuat Prilly gondok setengah mati. "Sabar Prilly" ucapnya menghibur diri, menarik nafas dan mengembangkan senyumnya. "Mau dimasakin apa tuan besar?" Teriaknya pada Ali yang langsung menghentikan langkahnya menoleh ke arahnya, lalu kembali berjalan menuju kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Prilly. Prilly mengepalkan tangannya kesal, "Ya Tuhan, ada ya makhlukmu yang sifatnya seperti itu" gerutunya.

-----------------------

Ali melihat makanan yang ada di hadapannya, Prilly menangkupkan tangannya menunggu reaksi Ali atas masakannya, tapi ia tak mendapatkan komen apapun, Ali hanya memakan makanannya dengan tenang dan tanpa bicara sedikitpun. Prilly memanyunkan bibirnya dan ikutan makan bersama Ali. Seperti biasa, Ali hanya diam tanpa bicara, rasanya sulit sekali membuatnya bicara, Prilly mengingat-ingat hal-hal apa saja yang membuatnya bicara, dan itu hanya sedikit, mungkin jika ia memaksanya sedikit Ali akan terpaksa bicara.

"Oya Li, temen kamu yang namanya Arya itu satu kelas sama kamu?"tanya Prilly ragu tapi membuat Ali menghentikan makannya dan menatap dingin ke arahnya, Prilly menelan ludahnya , "ga usah dijawab Li kalau males ngomong, hehe" ucap Prilly lagi yang takut mata Ali keluar dari kelopaknya saat itu juga.

"Arya Wibowo, putra tunggal konglomerat di Jakarta, peringkat dua dibawah gue, belum pernah pacaran sama cewe, dan seorang gay" ucap Ali cepat yamg berhasil membuat Prilly menganga dengan mata yang sepertinya harus ditampung  karena hampir lari dari peraduannya. Ali tersenyum kecut, lalu menyudahi makannya, kali ini ia tidak langsung naik ke atas melainkan duduk manis sambil menonton TV di ruang tengah yang berdekatan dengan dapur rumah itu. Prilly mendadak kehilangan nafsu makannya dan langsung membereskan piring makannya dan segera mencucinya.

Sesekali ia menatap ke arah Ali yang sedang konsen menonton film komedi tanpa tertawa. "Aku rasa urat tawanya udah putus, kasian banget ga pernah ngerasain ketawa" gumam Prilly sambil mencuci piringnya. "Gue denger" sahut Ali masih fokus pada TV, "ups" ringis Prilly merasa bodoh. Setelah selesai mencuci piring, Prilly mencoba berusaha mengakrabkan dirinya dengan Ali, ia duduk di sofa disamping Ali, meliriknya dengan ujung matanya, mulutnya yang biasa bawel mendadak kelu saat bersama Ali, tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar hingga lampu di daerah itu padam seketika. "Aarrrggghhhh" teriak Prilly yang langsung memeluk Ali reflek.

"Thorrrrr, bisakah kau bersantai sejenak menghantamkan  palu mu itu, kau pikir enak mendengar suaranya yang seperti perut monster yang lapar?" Teriak Prilly menunjuk ke atas langit, Ali tertegun heran beberapa detik hingga akhirnya tawanya lepas. "Hahahahhahahahahhahahaha" Ali tertawa hingga tak bisa berhenti, kelakuan Prilly tadi mengalahkan film komedi terlucu yang pernah ia tonton.

Kini giliran Prilly yang bingung melihat Ali tertawa terpingkal-pingkal memegangi perutnya, tapi akhirnya ia tersenyum, "Hei, kamu bisa ketawa juga ya ternyata, dan aku suka tawa kamu, bikin kamu kliatan ganteng banget" ucap Prilly polos yang tanpa sadar memuji Ali. Perlahan Ali menghentikan tawanya, menatap ke arah Prilly, "awas naksir" ucapnya singkat lalu beranjak dari sofa meninggalkan Prilly di kegelapan, "Hei, kamu mau kemana?" Tanya Prilly yang mendadak takut di tengah kegelapan.

"Ambil Lilin, gardu listriknya pasti bermasalah gara-gara hujan deras, jadi malam ini kita cuma bisa pake lilin" ucapnya menanggapi Prilly. Prilly tersenyum melihat kemajuan sikap Ali padanya, Ali menghilang di kegelapan, sepertinya ia sudah tahu letak lilin biasa disimpan dirumah ini. Prilly sempat panik menunggu Ali yang sudah 15 menit tidak muncul juga, "Aliiii?lilinnya udah dapet belum?ko lama sih?"teriaknya manja. Prilly mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya, tapi ia tidak bisa melihat apa-apa. "Aliii, itu kamu kan?" Tanyanya yang kali terdengar ketakutan.

Tiba-tiba Prilly melihat sebuah cahaya yang langsung menampakkan tampang seram, "Baaaaaaa",  "Aaaaaaaaarrrrrrghhhhh" teriak Prilly ketakutan menutupi wajahnya dengan bantal kursi yang ada disitu. "Hahahahahhahahahahahaha" Prilly mendengar suara tawa, suara yang ia baru dengar 15 menit lalu. "Aliiiii, iiihhhhhh, nyebelin banget sihhh" serunya melempar Ali dengan bantal ditangannya, hingga senter ditangannya hampir terjatuh.

"Hahahhahahaha" Ali masih tertawa, kali ini ia mengambil posisi duduk di samping Prilly lagi dan menyalakan lilin cair di dalam gelas kecil dan meletakkannya di meja di hadapan mereka. Ali menghempaskan tubuhnya di sandaran sofa, menatapi api kecil dari lilin tersebut. Prilly menatapnya heran, kali ini tatapan Ali begitu sendu dan teduh, Ali yang ini bukan monster yang biasa Prilly lihat, tapi kelinci putih bertelinga pink yang imut-imut, tiba-tiba jantung Prilly berdebar kencang saat melihat senyum tipis Ali, ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, berharap jantungnya bisa berdetak normal lagi.

"Nape lo?masih marah?ya elah, becanda Prill, biar rame aja" ucap Ali menyentuh singkat dagu Prilly, makin membuatnya berdebar-debar. "Heh?beneran nih?"tanya Ali yang ternyata takut juga bila Prilly benar-benar marah karena kejahilannya. Prilly mengambil bantal kursi disampingnya lalu menepuk-nepuk tubuh Ali untuk menghilangkan canggungnya. "Terus aja jahilin aku" serunya terus menyerang Ali, Ali menyingkirkan bantal dari tangan Prilly dan menarik tubuhnya mendekat hingga jarak wajahnya hanya beberapa senti saja. "Muka lo yang ekspresif itu enak buat dijahilin" ucap Ali memainkan hidungnya ke hidung Prilly, lalu melepaskan genggamannya perlahan dan memejamkan matanya bersandar ke sofa.

Prilly masih tersenyum heran memandangi Ali, sikapnya benar-benar tak bisa ditebak. Prilly mengikuti Ali merebahkan kepalanya disandaran sofa menikmati suara rintik hujan yang turun hingga mereka terlelap.

-----------------------------

Cutest CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang