CHAPTER 23B
3 tahun yang lalu....
"Prilllllyyyyyyyyyyyyyyyyyy" Ali menangis histeris saat Prilly berubah menjadi cahaya berwarna pink dan naik ke atas.
"Jangan pergi Prill, jangan tinggalin aku, saat ini aku butuh kamu, jangan pergiiii" serunya tersedu.
Ia bersandar lemas ke dinding balkonnya, seketika kesepian hebat melanda dirinya.Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mencegah kepergian gadis yang sangat ia cintai itu.
"Kenapa kita harus ketemu Prill?kenapa aku harus jatuh cinta sama kamu, kenapa kamu bukan manusia" ucapnya kecewa memegangi kepalanya dengan kedua tangannya bersandar ke lututnya."Kamu ga tau Prill, aku cinta banget sama kamu, hal yang belum sempat aku ucapkan ke kamu, aku sayang sama kamu Prill, aku harus gimana supaya kamu kembali, apa kita ga bisa ketemu lagi barang semenit aja, bahkan kamu ga kasih tau aku gimana caranya berkomunikasi sama kamu, gimana kalau aku kangen sama kamu Prill, apa aku mati aja biar bisa ketemu kamu di surga?Prilly.... Prilly...." ucapnya pilu tak mampu menahan rasa sedihnya.
Ali tertegun saat mendengar Handphonenya berdering, panggilan masuk dari Arya.
"Halo Ya" jawab Ali
"Apa?nyokap gue sekarat, ga mungkin Ya, tadi dia baik-baik aja?oke gue kesana sekarang" ucapnya panik lalu bergegas menuju rumah sakit tempat mamanya dirawat.Ali melajukan mobilnya cepat, perasaannya kacau, pikirannya terbagi antara mamanya dan Prilly, sesekali ia memukul stirnya kesal.
"Kenapa kamu harus pergi disaat aku butuh kamu Prill, kenapa?"Ali kembali menangis.
Sesampainya di rumah sakit ia segera berlari menuju ruang ICU.
"Im, Ya, nyokap gue kenapa lagi?kenapa dia dibawa ke ICU lagi?" Ucap Ali panik.
"Li, tadi kondisi tante Ully ngedrop lagi, ga tau kenapa, tapi kata dokter terjadi perdarahan lagi, dan jantungnya tiba-tiba melemah"ucap Arya menjelaskan.Ali melihat ke dalam ruang yang tertutup pintu dengan kaca ditengahnya, ia bisa melihat kepanikan di dalam ruangan tersebut, alat pendeteksi jantung menunjukan aktivitas yang lemah, mamanya terkulai diam tak sadarkan diri, salah satu dokter mulai menyiapkan alat-alat medis, suster membersihkan darah yang keluar dari bekas operasi mamanya, dan tiba-tiba, alat berbentuk monitor tersebut menunjukkan garis lurus yang panjang. Dokter mulai menyalakan alat kejut dan juga melakukan CPR.
Tak ada tanda pergerakan pada monitor tersebut, Ali terdiam kaku melihat semua kejadian di depan matanya itu. Arya dan Boim merangkulnya erat memberi support pada sahabatnya itu.
Berkali-kali dokter melakukan pertolongan menggunakan alat kejut dan kembali melakukkan CPR, hingga akhirnya mereka menyerah dan memanggil Ali untuk masuk ke dalam ruangan tersebut."Inalilahiwainalilahirojiun"seru Arya dan Boim berbarengan.
Ali terdiam tak mampu bergerak, ia hanya memandangi wajah ibunya yang sudah memucat, air matanya mengalir deras, tapi bibirnya kelu. Arya dan Boim pun ikut menangis. Ali berjalan perlahan menghampiri jasad ibunya dan berhenti di sampingnya.
Ia menggenggam tangannya yang masih belum kaku, menciumnya berkali-kali, lalu tangisnya pun pecah. Tangisan yang membuat semua orang yang ada disana tak kuasa melihatnya hingga mereka ikut meneteskan air mata."Maaaaaaa, jangan pergi, jangan tinggalin Ali ma, Ali janji akan jadi anak yang baik dan ga akan jahat lagi sama mama, tapi mama harus bangun, nanti Ali sama siapa ma?mama,,,mama,, mama bangun" ucapnya tersedu mengguncangkan tubuh mamanya.
"Ma, plis ma, denger Ali ma, kita bakal piknik kaya dulu mama ajak Ali, trus makan bareng, mama inget kan?bangun ma?nanti siapa yang masak sarapan buat Ali, siapa yang bukain pintu kalau Ali pulang?mama..mama..Ali mohon ma, jangan tinggalin Ali sendirian...." serunya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanfictionenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...