Cutest Cupid

32.1K 1.8K 77
                                    

CHAPTER 16

Prilly memeluk Ali yang masih menggunakan jubah pasien di depan ruang operasi, sudah 4 jam berlalu sejak dimulai, operasi penyelamatan tante Ully belumlah selesai. Dokter tidak memberikan jaminan operasinya akan berhasil. Prilly terlihat terisak tak kuasa menahan tangisnya, "Tuhan, tolong berikan keajaibanMu"  ucapnya dalam hati.

Ali hanya terdiam memeluk Prilly, mencoba meneangkan Prilly dan juga hatinya yang taka kalah cemas dengan Prilly. Meskipun ia selalu bersikap dingin pada mamanya, dari dalam lubuk hatinya paling dalam ia baru menyadari betapa ia sangat menyayangi sosok ibu yang selalu bersamanya selama 12 tahun ini.

"Tuhan, ampuni Hamba yang sudah menyia-nyiakan waktu yang ada, jika ini kesempatan terakhirku berbakti padanya, ijinkan aku untuk menggantikan posisinya, jangan biarkan malaikatmu menjemputnya" ucap Ali dalam hati tanpa sadar tangisnya pecah, bertumpu pada tubuh kecil Prilly.

Arya dan Boim pertama kalinya melihat Ali terpuruk seperti ini, yang mereka tahu Ali yang ada dihadapannya adalah sosok paling tangguh dan paling tak terkalahkan. Tapi kali ini berbeda, Ali saat ini seperti seorang anak laki-laki yang sedang mengadu karena kehilangan mamanya.

Vanya berusaha menghibur Ali sedari tadi, tapi sepertinya semangat yang ia butuhkan hanya berasal dari Prilly, mungkin karena hubungan persaudaraan yang mereka miliki, hingga ia merasa memiliki seorang adik yang bisa berbagi kesedihan karena peristiwa yang dialami mama mereka.

"Nya, kamu ga cape?istirahat gih, ini udah jam 02.00 pagi" ucap Dimas penuh perhtian.

"Kenapa kamu tadi ada disana juga?" Tanya Vanya penasaran.

Dimas terdiam menatap lurus padanya, "Aku ngikutin kamu sama Ali" ucapnya tegas.

Vanya menghela nafasnya, "Dimas, bisa ga sih kamu tuh berhenti ngejar aku, aku tuh udah ga ada rasa sama kamu, kamu cuma buang-buang waktu kamu, dan itu ganggu aku banget, sumpah, saat ini aku lagi deket sama Ali, plis aku mohon, kamu udah janji sama aku, kamu tetep jadi temen aku, harusnya kamu dukung aku sama Ali" ucap Vanya perlahan.

"Nya, ga semudah itu, aku masih cinta kamu, aku ga kuat liat kamu sama cowo lain, apalagi Ali" sahut Dimas.

"Dimas, kayanya ga tepat kita ngomongin ini sekarang, Ali lagi berduka, dan aku ga mau kita nambah keribetan disini, oke?" Ucap Vanya beranjak dari duduknya dan menghapiri Ali, ia merangkul lengan Ali dan mencoba menghiburnya.

1 jam kemudian, lampu ruang operasi padam, dan tim dokter satu persatu keluar, salah satu dari mereka yang merupakan ketua langsung menghampiri Ali.

"Untuk saat ini, kondisi pasien masih kritis, jika bisa bertahan hingga 3 jam ke depan, sudah bisa dipastikan pasien melewati masa kritisnya, pasien untuk sementara waktu hanya bisa dikunjungi satu orang saja, dan itupun tidak boleh terlalu lama" ucap sang dokter lalu meninggalkan Ali.

"Terima kasih dok"

Ali segera masuk ke dalam ruang intensive tersebut, melihat alat-alat yang menempel di tubuh mamanya, Ali tak kuasa menahan air matanya, wanita tabah itu kini terbujur lemah. Ali duduk disamping bangsalnya, suara alat pendeteksi detak jantung yang lemah terdengar seperti musik konstan memenuhi ruangan itu.

Ali meraih tangan mamanya, baru kali ini ia menyentuh tangan wanita itu, mengusapnya lembut lalu menciumnya. Ali menangis tersedu, "Mah..." panggilnya lirih.

"Maafin Ali mah, maafin Ali, aku udah jahat sama mama, mama harus kuat, mama itu wanita yang tangguh yang pernah aku temuin, mama pasti bisa" ucapnya lirih.

Prilly berdiri bersandar ke dinding, menunggu Ali yang masih berada di dalam ruang intensive. Pikirannya teringat akan ucapan ayahnya, keputusan yang bijak apa yang dimaksud olehnya, bagaimanapun juga mabusua dan makhluk langit tidak akan pernah bisa bersatu. Jika ia ingin membawa Ali ke langit, Ali harus melewati berbagai sidang yang memuakkan itu, akan lebih sulit bagi hubungan mereka ketika Ali menjadi makhluk langit. Dan tidak mungkin Prilly tega membiarkan tante Ully sendirian di bumi.

Cutest CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang