CHAPTER 4
Ali terbangun saat mendengar listrik menyala, ia melihat ke arah jam dinding diatas TV yang menunjukkan pukul 11.00 malam. Ia melihat Prilly yang tertidur di sampingnya, gadis itu terlihat sudah terlelap. Ali meniup lilin yang masih menyala, saat ia berdiri dan hendak menuju kamarnya, Ali merasa tak tega membiarkan gadis itu tertidur disana, setelah meyakinkan hatinya, akhirnya Ali memilih untuk memindahkan Prilly ke kamarnya dengan menggendongnya. Saat mendekatkan tubuhnya pada Prilly, Ali mencium aroma wangi dari tubuh Prilly yang membuat perasaan tenang, wangi ini sama seperti saat ia menikmati kue buatannya. Aroma yang memikat, rasanya baru kali ini ia mencium aroma seperti ini.
Ali mengangkat tubuhnya dan membawanya ke lantai atas, Ali memandangi wajah Prilly yang putih bersih, bibir pinknya yang tipis membuat Ali sedikit tergoda. Ia tersenyum simpul, membuka pintu kamar Prilly dan akhirnya merebahkannya di tempat tidurnya, tanpa sengaja pipi mereka bersentuhan dan membuat Prilly terbangun. Ali tak sempat melepaskan tubuh Prilly saat ia membuka matanya, "Aaarrrrggghh" teriak Prilly menjauhkan tangan Ali dari tubuhnya. "Kamu mau ngapain?" Seru Prilly ketakutan. Ali memicingkan matanya tajam lalu berdiri dan berjalan keluar dari kamar Prilly, "Daripada tidur sama nyamuk dibawah, mending lo tidur disini" ucapnya sebelum menutup pintu kamar Prilly.
Prilly terkejut mendengar ucapan Ali dan langsung merasa bersalah pada Ali yang ternyata berniat baik padanya. Prilly memutuskan untuk meminta maaf padanya, ia keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar Ali, karena tak mendapat jawaban dari Ali, ia langsung membuka kenop pintu yang ternyata tak dikunci. Prilly berteriak terkejut dan langsung menutup matanya saat melihat Ali sedang membuka bajunya. Ali menoleh ke arahnya dan menggelengkan kepalanya heran, ia mengenakan kaosnya lagi dan menghampiri Prilly yang masih menutup matanya dengan kedua tangannya.
"Ga usah bilang maaf ataupun terima kasih" u ap Ali singkat lalu menutup kembali pintu kamarnya. Prilly memasang wajah memelas, kali ini ia memutuskan untuk berkomunikasi dengan ayahnya di balkon seperti biasa.
Prilly menyibakkan sayap putihnya dengan megah. "Aaahhh, akhirnya aku bisa mengeluarkan sayap lagi, Ayaaaahhhh, aku rindu sekali, ayah dan ibu sedang apa disana?" Ucapnya pada orang tuanya di langit yang sudah tidak hujan lagi. "Anakku, apakah kau sudah mulai menjalankan misimu?" Tanya ayahnya balik. "Belum sepenuhnya terlaksana ayah, tapi langkah awal sudah aku jalankan, semoga tidak lama lagi aku bisa menyelesaikannya agar bisa kembali ke langit" ucapnya penuh semangat.
"Baiklah, semoga kau dapat menjalankan hukumanmu dengan baik" ucap ayahnya dan langsung memutus komunikasi mereka. Sebenarnya ada hal yang ingin Prilly tanyakan, tapi mengingat waktunya hanya sebentar, ia mengurungkan niatnya bertanya pada ayahnya. Prilly masih menikmati udara malam yang sejuk sambil mengibaskan sayapnya pelan. Tiba-tiba ia teringat dengan ekspresi Ali saat merebahkannya di tempat tidur, "terlalu dekat" gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya sumringah.
Prilly kembali harus menyembunyikan sayapnya saat Ali keluar dari kamarnya, kali ini ia memastikan tidak ada bulu yang terlepas dari sayapnya agar Ali tidak curiga. Ali tidak heran lagi melihat Prilly berdiri di balkon tengah malam. Ia melengos ke kamar mandi tanpa bicara, sikap dingin yang ditunjukannya membuat Prilly kehilangan harapan lagi untuk menjadi dekat dengan Ali.
"Mengapa Prilly selalu berdiri di balkon setiap hari di tengah malam?" Batin Ali penasaran.
-------------------------
Pagi itu, Prilly memilih menyibukkan diri merapikan rumah Ali. Pagi tadi ia sudah menyiapkan sarapan buat Ali, meskipun hanya pancake dan juga jus buah. Kali ini Prilly sedang menyirami tanaman yang ada di pekarangan rumah Ali. Ali memandanginga dari ruang makan sambil menikmati pancake buatannya, Ali mengakui kemampuan Prilly yang memang jago masak, "calon istri idaman". Ali buru-buru menghilangkan pikirannya yang baru saja memuji Prilly.
Seharian itu, Ali hanya mengurung diri di kamarnya, Prilly yang merasa jenuh akhirnya memberanikan diri mengetuk kamar Ali. Kali ini Ali membukakan pintunya, ia hanya diam memandangi Prilly yang terlihat bingung harus berbuat apa. "Hhhhhai" ucapnya memecahkan kecanggungannya. "Aku bosan, jadi bingung mau ngapain" ucapnya memainkan jarinya panik. "Trus?urusannya sama gue?" Tanya Ali ketus menyandarkan tubuhnya ke bibir pintu lalu melipat tanganya di dada.
"Ga mau nemenin?" Rengeknya manja dan memelas. "O...gah...." jawab Ali dengan tatapan yang menyebalkan menurut Prilly. "Kalau gitu, aku aja ya yang nemenin kamu disini" ucap Prilly yang memaksa masuk ke kamar Ali tanpa sempat Ali cegah. Ali tersenyum jahil mendapatkan rencana baru untuk memjahili gadis itu.
Ali membalikkan tubuhnya pelan lalu menutup pintu kamarnya, kuncinya ia ambil dan dimasukkan ke dalam saku celananya. Prilly hang duduk di tempat tidur Ali terkejut melihat aksinya itu, jantungnya berdebar kencang lagi seperti kemarin, apalagi saat ini Ali berjalan ke arahnya sambil tersenyum centil. "Tenang Prill, kali ini lo ga boleh kalah sama permainannya, dia pasti ga akan berani macem-macem ke kamu seperti kata tante Ully" batinnya berseru.
Ia memasang tampang santainya, Ali sudah berada di hadapannya memandangnya lurus tanpa ekspresi. "Gila nih cewe, brani juga sama gue, bikin gue tambah penasaran aja" ucap Ali dalam hati.
Ia mendekatkan wajahnya untuk menggoda gadis itu agar ketakutan, tapi hingga jarak terdekat hidung mereka, Prilly tak bergeming sama sekali. Ali mencium aroma itu lagu, aroma yang membuatnya ketagihan, kali ini bukan hanya hidung mereka yang semakin dekat, tetapi bibir mereka pun sudah tinggal beberapa senti saja. Ali terhanyut dalam permainannya sendiri, ia ingin menikmati aroma itu lebih lama lagi? Tanpa terasa bibir mereka sudah bersentuhan, ada aliran listrik kecil yang menjalar ditubuh mereka, membuat dorongan kecil dari diri mereka keluar dan membuat tingkat kesadaran mereka hanya tersisa 10 persen.
Ali mulai memainkan bibirnya menjelajahi bibir lembut Prilly, perasaan yang aneh, yang baru pertama kali Prilly rasakan. Ia membalas ciuman Ali, merangkulkan lengannya ke leher Ali dan mulai menikmati keintiman yang tidak direncanakan itu. Ali menarik tubub Prilly ke atas dan merebhakannya di atas tempat tidurnya, semakin menekan bibirnya di bibir gadis itu, sesekali ia mendesah saat Prilly menggigit bibirnya pelan dengan gemas.
Saat Ali mulai menggunakan lidahnya dalam ciuman panas itu, tiba-tiba Prilly mendorongnya kuat hingga ia harus menjauh dari tubuh Prilly. Ali memandangi heran wajah Prilly yang terlihat panik. Ia menggelengkan kepalanya cemas, "kunci?" Tanya Prilly menjulurkan tangannya ke Ali.
Ali mengambil kuci yang tadi ia masukkan ke saku celananya. Prilly bergegas turun dari tempat tidur Ali dan segera keluar dari kamar itu menuji kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya dan bersandar di pintu. "Ga mungkin, ini ga boleh kaya gini, Prilly, apa yang kamu lakukan?" Ucapnya menyesal dan panik luar biasa. Prilly menggelengkan kepalanya setiap mengingat sentuhan bibir Ali di bibirnya tadi. "Inikah rasanya jadi manusia?" Ucapnya dalam hati.
Ali menatap ke langit-langit kamarnya, mengingat kembali kebodohan yang baru saja ia lakukan. "Lo terlalu terbawa suasana bro, bodoh" ucapnya menyalahkan dirinya sendiri. Tapi tiap ia memejamkan matanya, wajah gadis itu selalu menari-nari di pikirannya. Apalagi ciumannya tadi, baru kali ini ia begitu menikmati ciuman seorang wanita, hingga ia tak rela melepaskannya tadi. Ali terlarut dalam lamunnya hingga ia terlelap.
-----------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanfictionenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...