CHAPTER 17
Padat, satu kata yang paling tepat menggambarkan kondisi Jakarta pagi ini.
Ali terpaksa memarkirkan mobilnya di salah satu gedung terdekat disana, dan menggunakan ojek untuk bergegas sampai di galeri tempat ia bekerja saat ini. Pagi ini ia harus tiba di sana sebelum pukul 08.00 pagi, salah satu clientnya mengajak untuk bertemu membahas konsep dari rumah pribadinya. Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit akhirnya Ali tiba di depan galerinya.
Ia sedikit berlari menuju pintu masuk, tanpa sengaja ia menabrak seorang gadis.
"Aduhhhh" seru gadis itu terjatuh.
"Eh, sori, sori, gue buru-buru, lo gpp kan?" Tanya Ali merasa bersalah membantu gadis itu berdiri.
"Iya gpp, lain kali hati-hati ya mas" ucapnya tanpa marah sedikitpun lalu pergi meninggalkan Ali yang terpana melihatnya.
Gadis itu sempat menoleh kebelakang lagi, memandang ke arah Ali dan akhirnya keluar dari galeri.
"Kenapa berasa kenal ya sama cewe itu?familiar banget mukanya, apa artis ya?atau mukanya emang pasaran. Geblek, gue kan buru-buru, shit" ucap Ali lalu berlari masuk ke ruang meeting yang ada dalam galeri tersebut.
------------------------
"Nyet, ngapain lo?" Tanya Ali menepuk pundak Boim sahabatnya itu saat makan siang di kantin dekat tempat mereka bekerja.
"Lo tau ga Li, nih anak kerjaannya baca horoskop mulu di majalah cewe, geli gue" celetuk Arya yang sedang makan bakso di hadapan Boim.
Setelah lulus dari perguruan tinggi 2 tahun lalu, mereka bertiga diterima bekerja di tempat yang sama. Ali masih sama seperti dulu, jomblo dan tak ada niat untuk mendekati seorang gadis, Boim masih jomblo namun ia tetap mengejar Gritte cewe tomboy yang membuatnya penasaran dan Arya tak disangka berpacaran dengan Vanya.
Setelah ditolak untuk kesekian kalinya oleh Ali, Vanya memilih untuk mundur dan pada kesempatan itu Arya yang memang sudah menyukainya sejak awal mengenalnya membrranikan diri mendekatinya, dan setelah berjuang selama 1 tahun, akhirnya Vanya pun luluh.
"Ngapain lo baca horoskop?" Tanya Ali penasaran.
"Eh bro, kalau kita mau deketin cewe, kita tuh harus tau sifat-sifatnya dulu, trus dia cocok ga sama lo, nah lo bisa tau itu ya dari horoskop" ucap Boim tak merasa malu sama sekali.
"Lo percaya begituan?" Tanya Ali menyindir.
"Percaya aja, soalnya yang bikin ini bukan sembarangan nebak, dia psikolog yang juga disebut cupid, karna dia bisa bantu orang-orang yang mau jadian, ramalan dia tuh tepat, jarang ada yang meleset" ucap Boim meyakinkan sahabatsahabatnya itu.
"Otak lo sedeng, masih aja percaya begituan di jaman yang modern kaya gini" ucap Arya.
"Ya udah, kalau lo ga percaya juga terserah lo, yang pasti gue mau minta bantuan nih cewe buat ngasih tips-tips buat gue dapetin Gtitte" ucap Boim penuh kagum membayangkan wajah manis Gritte.
"Lo mau kirim surat ke dia?" Canda Ali.
"Engga Li, tapi gue mau samperin dia, katanya dia selalu open house buat orang-orang yang butuh bantuan dia, ga cuma dalam masalah percintaan, tapi bisa masalah kerjaan atau keluarga" ucap Boim yang membuat Ali malah penasaran.
"Masa sih? Maksud lo, dia buka praktek psikolog gitu?"tanya Ali lagi.
"Iye, gue punya ko alamat rumahnya" ucap Boim sambil mengeluarkan kertas dari dompetnya.
"Nih, jalan mahoni 2, no. 2, Kebayoran baru, Jakarta Selatan" ejanya membaca kertas ditangannya.
Ali menarik cepat kertas ditangan Boim, "Nyet, lo dapet darimana nih alamat?" Tanyanya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanfictionenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...