CHAPTER 9
Pagi itu Prilly sudah menyibukkan diri di dapur, setelah semalaman tak bisa tidur, memikirkan kata-kata Ali, "Ya Tuhan, bagaimana ini, Ali menyatakan cinta padanya, padahal Ayahnya sudah berpesan jangan sampai manusia itu jatuh cinta padanya, Prilly tak mau jadi manusia, ia sangat mencintai kehidupan langit, dan tidak mungkin juga ia membawa Ali ke langit, kasian tante Ully yang hanya seorang diri di dunia ini" batin Prilly.
Ia mengetuk-ngetuk kepalanya merasa bodoh, "Kenapa juga ia punya perasaan yang sama dengan Ali, tapi apakah itu cinta?Prilly menggelengkan kepalanya menghilangkan pikirannya tentang perasaan mereka berdua. Manusia dan bidadari, apa benar bisa bersatu?pasti neneknya akan marah besar, dan ia akan mendapatkan hukuman lagi, jangan sampai Ali juga harus merasakan hukuman, ia tidak tahu apa-apa, "Aku yang salah, kenapa aku bisa terbawa suasana?aku kan makhluk langit, masa iya semudah itu terbawa nafsu, tidak mungkin, kecuali jika tubuhku menyesuaikan diri dengan manusia dan perdabannya, apa aku perlu tanya ke Ayah?tapi tidak, kalau sampai aku tanya tentang hal ini, ayah pasti curiga, Phirily, kau bodoh, menjalankan tugas semudah ini saja kau tidak bisa?"ucap Prilly gemas dengan dirinya sendiri.
"Phirily?" Terdengar suara Ali menyebut nama langitnya. Prilly terkejut bukan main hingga mangkuk ia pegang terjatuh, ya Tuhan, apa tadi Ali mendengar ucapannya?apa ia mendengarkan semuanya, jantung Prilly berdebar kencang dan ia hanya bisa mematung memandangi Ali yang duduk di anak tangga samping dapur.
Ali tidak mempedulikan pertanyaannya yang tidak mendapatkan jawaban dari Prilly. "Prill, sori kalo semalem gue bikin lo kaget, gue ga maksud apa-apa, mungkin terlalu terbawa suasana, lo jangan marah sama gue ya, kita masih temen kan?"tanya Ali mengalihkan pembicaraan, Prilly tersenyum lega, akhirnya Ali tidak mau nembahas soal pertanyaannya tadi, dan sekarang ia kembali normal sebagai Ali yang berteman dengannya, bukan Ali yang menyukainya.
"Eee iya, gapapa ko, aku juga minta maaf, semalem..." Prilly menggantungkan kata-katanya.
"Udah, ga usah dibahas, cepetan gih masaknya, gue laper nih" ucap Ali seperti memberikan perintah.
Prilly memutar bola matanya bingung, "Dasar monster" celetuknya pelan
"Apa lo bilang tadi?" Tanya Ali ketus berjalan ke arah Prilly, "eee, engga, engga ada" jawab Prilly ketakutan.
"Gue cium lagi nih" ancam Ali.
"Apa sih, masa ngancemnya gitu?" Tanya Prilly heran.
"Takut kan?" Tanya Ali berjalan semakin mendekat ke Prilly membuat Prilly memundurkan tubuhnya namun terhenti karena terpentok kitchen set, "Jangan maju lagi, kalo ga nanti aku..." , "Apa?" Tanya Ali makib dekat dan meletakkan tangannya di kitchen set membuat Prilly terkurung.
"Ali plisss..." rengek Prilly manja membuat Ali tertawa geli dan langsung mencubit hidungnya yang mancung. "Hahahhaahaha, Prill, Prill, lucu banget sih lo, baru digutin aja udah nyerah" ucap Ali berjalan menjauh dan duduk di kursi makan meminum jus yang dibuat Prilly pagi itu. Prilly memandang ke arahnya kesal, Ali benar-benar membuatnya kewalahan, jangan sampai ia membuat misi Prilly gagal. "Oya, gue mau jalan sama Maura, sori ga bisa ikutan di acara penyambutan" ucap Ali datar.
"Kamu bukan sengaja menghindar kan? Kalau bisa nanti pulang cepet, kasian tante Ully, pasti dia kangen sama kamu" balas Prilly memperingatkan Ali.
"Kalau gue ga mau?" ,
"Aku marah sama kamu" ,
"Gue ga janji" jawab Ali singkat memandang ke arah lain.
Prilly tak mau terlalu memaksanya, takut hubungan yang sudah terbina susah payah dengan makhluk ajaib itu rusak, Prilly menyiapkan makanan dan menyantap sarapannya bersama Ali. Kali ini Ali terlihat lebih terbuka, berkali-kali ia menggodanya dan tertawa melihat wajah Prilly yang gondok.
---------------------------
Prilly memasang hiasan yang kemarin ia beli untuk menyambut kedatangan tante Ully malam ini. Prilly berdiri diatas kursi kayu agar bisa mencapai dinding untuk menempelkan hiasannya. "Prill, gue berangkat ya" seru Ali yang baru turun dari lantai atas. "Ok Li, sukses ya" balas Prilly memberi semangat lalu kembali fokus pada hiasannya.
BRUKKKK....
"Aaawwwwwwwww" teriak Prilly yang membuat Ali berlari masuk ke dalam rumah lagi.
"Kenapa Prill?" Tanyanya saat melihat Prilly sudah terduduk di lantai sambil meringis kesakitan.
"Aku tadi oleng trus kursinya jadi miring, jatoh deh" ucapnya memegangi pergelangan kakinya yang sepertinya terkilir, Ali membantu Prilly berdiri dan hendak membawanya berjalan duduk di sofa, tapi Prilly meringis kesakitan hingga akhirnya Ali harus menggendongnya dan meletakkannya di sofa.
"Sini gue liat kaki lo" ucap Ali meluruskan kaki Prilly dan mulai memijiti pergelangan kakinya peelahan.
"Awww Li, sakit, sakit, pelan, pelann" ringis Prilly menahan tangisnya.
"Iya sabar, tahan bentar ya, biar ga bengkak" ucap Ali menenangkan Prilly.
"Sakittt" rengek Prilly pelan.
"Kita ke dokter ya?"tanya Ali lembut karena khawatir akan terjadi apa-apa pada kaki Prilly.
"Aku takuttt" ucapnya yang mulai menangis.
Ali merasa iba melihat gadis itu, "ya udah, gue pijit sedikit ya, tahan bentar aja, bakalan sedikit sakit, nih gigit sapu tangan gue aja" ucap Ali memberikan sapu tangannya dan mulai memijit kaki Prilly perlahan,sesekali terdengar suara rintihan Prilly yang menahan sakitnya.
"Udah enakkan?coba digerakkin" pinta Ali.
Prilly menurutinya dan mencoba menggerakkan kakinya, "Udah mendingan, makasih ya Li, kamu pergi aja, kasian Maura pasti udah nungguin" ucap Prilly.
Ali memandangi Prilly lalu mengambil handphonenya, dan terlihat menghubungi seseorang. "Halo, Maura?maaf ya, hari ini kayanya batal lagi, mendadak gue harus jemput nyokap baru pulang dari Semarang, gapapa kan?lain kali aja?oke, bye" Ali menutup teleponnya.
"Li?ko dibatalin?aku gapapa ko, beneran" ucap Prilly merasa bersalah.
Ali meliriknya lalu melepaskan jaket yang sudah ia kenakan, menyandarkan kepalanya ke sofa dan memejamkan matanya.
"Mungkin emang gue ga jodoh sama Maura" ucap Ali santai.
"Dan itu selalu gara-gara aku" sahut Prilly lagi. Ali membenarkan posisi duduknya dan menatap ke arah Prilly yang berada di sampingnya.
"Jangan-jangan lo sengaja ya?biar gue ga pergi dan gue tetep disini?"goda Ali dengan tampang jahilnya.
"Ya ga lah, apaan sih, masa sampe segitunya, ge er banget deh kamu" jawab Prilly ketus.
"Jujur aja deh, lo suka kan sama gue?"goda Ali lagi.
"Ihhh, apaan sih?"
"Tuh kan, mukanya merah kaya kepiting rebus, cieeeee" goda Ali makin jadi, membuat Prilly salah tingkah dan akhirnya memukulinya dengan bantal kursi yang ada disitu.
"Reseeeeee" serunya gemas.
"Hahahahahaha, ada yang salting" canda Ali yang hanya bisa tertawa puas.
Akhirnya Ali membantu Prilly menyelesaikan dekorasinya, dengan sentuhan Ali sebagai calon arsitek ternyata membuat ruang tengah itu begitu meriah. Meskipun Ali terkadang menggerutu karena kebawelan Prilly, tapi hasil akhirnya sangat memuaskan.
"Thanks ya Li" ucap Prilly tulus memberikan senyum termanisnya.
"Sama-sama" jawab Ali singkat.
"Aku suka banget nih dekorasinya, makasih ya" ucap Prilly lagi lalu mencium pipi Ali sebagai ucapan terima kasih.
Ali terkejut memandangi Prilly yang terlihat biasa saja setelah menciumnya dan hanya memandangi dekorasi Ali hingga matanya berbinar-binar.
"Heh, ga minta ijin, sini gantian"
"ALIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII" teriak Prilly mendorong muka Ali menjauh.
"Hahahahhahahahahaha, bener kan lo suka sama gue, hahhahahaha"
BUUUKKKKK
Prilly menimpuk wajah Ali dengan bantal.
-----------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanfictionenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...