CHAPTER 6
Prilly sibuk memasukkan beberapa bahan makanan ke troley belanjanya, setelah 3 hari ditinggal tante Ully, persediaan bahan makanannya pun habis, sore itu Prilly memutuskan belanja ke Supermarket yang terdekat dari rumah Ali. Ia berencana memasakkan makan malam spesial untuk Ali karena semalam ia sempat demam.
Ali keluar dari kamar karena merasa aneh dengan kesunyian rumahnya, meskipun ia hanya berdua dengan Prilly, tapi biasanya selalu saja ada yang dikerjakan gadis itu, tapi kali ini terasa terlalu sepi. Ali mencari keberadaan Prilly di seluruh sudut rumahnya, tapi Prilly tetap tak terlihat, ia keluar dari rumahnya, mungkin saja Prilly sedang sibuk dengan tanamannya, tapi ia juga tak menemukan gadis itu disana. Ali kembali ke dapur untuk mengambil minum, pandangannya terarah ke kertas yang ditempel di kulkas, "Li, aku ke supermarket bentar ya, bahan makanan habis semua" Prilly.
Ali akhirnya lega mengetahui keberadaan gadis itu. Ia memilih menunggunya di ruang TV, tak terasa sudah 1 jam lebih Prilly belum juga kembali, diluar langit sudah sangat mendung dan rintik hujan sudah mulai terlihat membasahi jalanan.
Prilly menunggu di depan supermarket, hujan sudah mulai deras, dan Prilly tidak membawa payung. "Bagaimana caranya aku pulang, sepertinya hujan ini akan berlangsung lama" ucapnya cemas.
Ali mulai terlihat cemas, ia mengambil handphonenya dan berniat menelepon Prilly, tapi ia lupa kalau ia tidak punya nomor gadis itu. "Shitt, gimana bisa gua ga punya nomor Prilly" gerutunya kesal.
Prilly meletakkan belanjaannya di lantai, tanganya mulai pegal karena belanjaan yang ternyata cukup banyak, ia mengusap lengannya agar hangat, hujan sore itu disertai amgin dingin yang membuatnya sedikit kedinginan. Prilly mengambil handphone flipnya, gantungan berbentuk cupid menggantung indah di handphone yang di dominasi warna pink itu, ia berusaha menghubungi nomor rumah Ali, tapi tak ada jawaban sama sekali. Prilly menutup handphonenya kecewa, Ali pasti tidur diatas dan tidak menyadari ketidakberadaan Prilly pikirnya. Ia hanya bisa menunggu hujan reda dan baru bisa pulang.
Ali berjalan ditengah derasnya hujan, jas hujan yang ia kenakan dan juga payung lebar yang pakai membuatnya terlindung dari hujan sore itu, Ali memutuskan untuk menjemput Prilly di supermarket. Entah apa yang menggerakan hatinya hingga ia bisa sepeduli ini terhadap orang lain. Atau karena gadis itu Prilly?
Prilly termenung menatap hujan yang jatuh ke aspal depan supermarket itu, tiba-tiba ia teringat akan pluit pemberian ayahnya, perlahan ia tiup pluit itu, "Ga kenal sama teknologi yang namanya Handphone ya?" Seru sebuah suara mengejutkan Prilly. Ia menoleh ke arah datangnya suara itu, pria berjas hujan berwarna biru dongker dengan payung berwarna hijau, "Ali?" Seru Prilly setelah berhasil melihat wajah pria itu.
Ali menghampiri Prilly dan memberikan jaket serta jas hujan yang sengaja ia bawa untuk Prilly kenakan. "Memangnya di pluit itu ada nomor gue ya?"sindir Ali. Prilly menahan senyumnya lalu menggunakan jaket dan jas hujan pemberian Ali. Jas ini pasti punya Ali, wanginya tak asing lagi, "hangat" ucap Prilly dalam hati, Ali membawakan satu kantong belanjaan Prilly dan berjalan bersama Prilly di bawah payung menuju ke rumahnya yang berjarak 1 km dari sana. Ali merangkul Prilly agar tetap berada di bawah naungan payungnya. Tanpa bicara dan tanpa suara, "Li?makasih ya udah mau jemput aku, kalau ga aku ga tau deh pulangnya gimana" ucap Prilly membuka pembicaraan. Tapi Ali tak menggubrisnya, "oya?kamu kan masih baru sembuh, emang udah kuat?"tanya Prilly perhatian. "Kalau ga kuat, ga mungkin gue nyampe disini" ucapnya datar, Prilly tersenyum kecut mendengar jawabannya.
Ali tiba-tiba menarik Prilly kepinghir saat ada mobil yang berkecapatan tinggi melewati kubangan di samping mereka dan tentu saja menyipratkan air ke mereka, "Woiiii, brengsek, bisa bawa mobil ga lo" teriak Ali pada mobil yang sudah jauh melaju meninggalkan mereka. Prilly menatap heran pada Ali yang masih memeluknya agar terlindung dari air. Ali langsung melepaskan pelukkannya saat sadar Prilly menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanfictionenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...