CHAPTER 5
Harum manisnya waffle yang sedang dipanggang membangunkan Ali dari tidur nyenyaknya, di musim libur kuliah ini bangun lebih siang dari biasanya adalah menjadi hal paling menyenangkan untuk dilakukan. Ali mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba untuk tersadar, ia lihat jam dinding di kamarnya, masih pukul 07.30 tapi rasanya ia sudah tidak mengantuk. Ia meraih telepon genggamnya, ada 10 panggilan dari Vanya, gadis itu, sepertinya ia tak bosan mengejar-ngejar Ali meskipun ia sudah menjalankan syarat supaya ia berhenti mengejar Ali. Ali melemparkan Handphonenya ke kasur dan beranjak turun untuk sarapan.
Prilly sedang menyiapkan waffle yang ia buat di meja makan saat Ali datang ke ruang makan, ia berusaha bersikap senormal mungkin setelah kejadian semalam. "Hai Li, sarapannya udah siap nih, pagi ini aku buat waffle, kata tante, kamu suka waffle" ucapnya ceria. Ali duduk di kursi makan dengan tampang datarnya seperti biasa, Ali melirik ke arah Prilly yang bersikap santai seperti tidak terjadi apa-apa semalam. "Mari makannn" seeru Prilly lalu mereka mulai menyantap sarapannya.
Ali beranjak ke sofa dan menyalakan televisi setelah menyelesaikan sarapannya, Prilly memilih untuk sibuk dengan tanaman di pekarangan. Ali melihat Prilly yang sedang sibuk menanam tanaman baru dengan serius, mendadak ia mendapatkan ide untuk menjahilinya lagi. Ia berjalan perlahan menuju pekarangannya, dari kejauhan ia melemparkan dahan ke arah tengkuk Prilly hingga gadis itu terkejut dan berteriak "Aaaarrrgggghhhh", Prilly terlihat panik mengibas-ngibaskan bajunya, "Allliiiiiiiii, Aliiiiiii" teriaknya meminta bantuan, Ali pura-pura baru datang dan langsung menghampirinya, "Kenapa sih?" tanyanya pura-pura ketus.
"Tolong liatin, tadi kaya ada yang jatuh trus masuk ke baju aku" rengek Prilly manja. Ali mencoba membantunya mengeluarkan dahan kering yang ia lemparkan tadi, dan malah melemparkan cicak palsu dari karet ke tangan Prilly yang makin membuatnya histeris hingga terjatuh, "Iiiihhhhhhh" seru Prilly yang geli. "Hahahahahahhaha" Ali tertawa puas memegangi perutnya, Prilly langsung menghentikan tangisnya dan tersadar bahwa ia sudah dijahili Ali, ia mencoba menggerakkan cicak yang ternyata hanya mainan dari karet.
Prilly menatap tajam ke arah Ali yang masih saja menertawainya, ia langsung mengambil selang yang ada di sampingnya dan memutar keran untuk menyemprotkan air ke arah Ali, "Mandi dulu ya Pak, biar ga jahil lagi" ucap Prilly mengarahkan selang ke arah Ali sontak Ali langsung menghalangi air itu dengan tangannya, "Woi, Prill, basah" seru Ali yang mencoba meraih selang dari Prilly. "Hahahaha, bodo, siapa suruh rese" balas Prilly menghindari Ali yang hendak menangkapnya, "Arrrgggghhh, Ali, hahahha, iya ampun-ampun" teriak Prilly yang kali ini berhasil ditangkap Ali dan langsung disiram Ali. Prilly tak bisa menghindarinya, karena Ali menguncinya dalam peluknya sambil tertawa puas. Kali ini mereka sudah sama-sama basah, "Aliiiii, udahhhh" Prilly meronta karena Ali terus menyiraminya dengan air, tanpa sadar Prilly menelungkupkan wajahnya ke dada Ali menghindari air dari selang yang mengalir cukup deras.
Saat itu juga jantung Ali berdebar kencang, ia memperhatikan wajah panik Prilly yang berlidung di dadanya, semua ekspresi wajah Prilly yang bermacam-macam mulai terbayang di pikirannya, ia tersenyum manis lalu menghentikan aksinya, melemparkan selang ditangannya. Prilly perlahan menjauhkan tubuhnya dari Ali, lalu tiba-tiba menggigit lengan Ali dan berlari masuk ke rumah, "Awwww, woi, Prilly, awas lo ye" seru Ali kesakitan, Prilly menoleh ke arahnya dan menjulurkan lidahnya mengejek Ali.
-----------------------
"Gue duluan"
'Ga, aku duluan"
"Lo, kalo mandi lama"
"Kamu tuh yang lama, ihhh, minggirrr, aku duluan"
"Ga, gue duluan, lo mandi dikamar mandi bawah aja sono" ucap Ali yang berhasil masuk ke kamar mandi dan langsung mengunci pintunya, "Wlee, sono loh mandi di bawah" teriaknya dari dalam.
"Ihhhhh, Aliiiiiiiiiiii" teriak Prilly geram lalu terpaksa mandi di lantai bawah.
Prilly membenamkan tubuhnya di bathtub, bibirnya menyunggingkan senyum sumringah, mengingat kejahilan-kejahoilan Ali yang selalu membuatnya kesal, sikapnya yang tidak bisa ditebak membuat Prilly kewalahan menghadapinya. Tapi ia senang, Ali sudah mulai bisa berinteraksi dengannya, meskipun ia harus jadi korban kejahilannya terlebih dahulu. Ia berharap Ali bisa lebih terbuka dan mau bersahabat dengannya, akan lebih mudah membantunya jatuh cinta jika ia bisa lebih dekat dengan Prilly. Besok pagi, ia ingin mengajak Ali joging, siapa tahu ada wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta. Prilly tersenyum girang membayangkan rencananya besok.
Ali berdiri dibawah shower kamar mandinya, ia tak bisa berhenti memikirkan wajah ketakutan Prilly yang selalu digodanya, berkali-kali juga ia mencoba menepiskan pikirannya, tak terasa sudah hampir 30 menit ia berada di dalam kamar mandi. Ali bergegas dan langsung masuk ke kamarnya.
----------------------
Malam itu Prilly bersemangat sekali memasak makan malam untukny dan Ali, setelah semua makanan diatur rapi di meja makan, Prilly bergegas naik memanggil Ali yang sejak makan siang tadi belum keluar dari kamarnya. Prilly mengetuk pintu kamar Ali, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya ia memberanikan diri membuka kenop pintunya perlahan, kamarnya gelap, ia sempat takut untuk masuk ke dalam, mengingat sikap Ali yang selalu menjahilinya, ia meraba dinding di samping pintu mencari tombol lampu kamar tersebut, dan saat berhasil menyalakan lampunya, Prilly melihat Ali terbaring di tempat tidurnya.
Ia menghampirinya dan berniat membangunkan Ali, "Li" ucapnya menggoncang lengan Ali, Prilly merasakan suhu panas dari kulit Ali, ia menyentuhnya sekali lagi dan memastikan Ali memang sedang demam. " Li?kamu sakit?ko ga bilang?tunggu sebentar ya" ucap Prilly bergegas mengambil kain dan baskom berisi air dingin lalu segera mengompres kening Ali yang terlihat masih memejamkan matanya. Prilly menyelimuti Ali agar ia bisa berkeringat dan demamnya turun.
Ali membuka matanya perlahan dan melihat Prilly duduk di tepi tempat tidurnya sambil menyeka keringatnya, "Udah bangun?kamu demam, makan ya?aku buatin" ucap Prilly lalu bergegas turun mengambilkan makanan untuk Ali tanpa menunggu jawaban dari Ali. Gadis itu, siapa sebenarnya dia, mengapa ia peduli padanya, dan mengapa Ali bisa lebih melunakkan sikap padanya.
Tak berapa lama, Prilly datang dengan nampan makanannya, ia membantu Ali duduk, "Aku suapin ya?" ucapnya mulai menyendokkan makanan ke mulut Ali secara perlahan setelah ia meniupnya agar dingin. Ali menuruti Prilly yang daritadi menyuapinya seperti anaknya, "Udah Pril, gua udah kenyang" ucap Ali menolak suapan Prilly yang sudah berkali-kali. "Tapi Li, kamu baru makan sedikit, sekali lagi ya, biar kuat dan cepet sembuh" ucap Prilly memaksa. "Gua bilang udah ya udah" ucap Ali tegas. "Sekali lagi sekali lagi, janji deh" paksa Prilly. "GUA BILANG UDAH" teriak Ali membentak, membuat Prilly kaget dan hampir menangis.
Ali merasa bersalah dan juga sedikit kesal secara bersamaan, "Gua paling ga suka dipaksa, jangan perlakukan gua kaya anak kecil, gua ga maksud marah sama lo, sorry" ucapnya memandang ke arah lain. "Baju kamu udah basah, kamu ganti baju dulu nih, biar ga masuk angin" ucap Prilly tak membalas permohonan maaf Ali. Kali ini Ali menuruti kata-kata Prilly, ia melepaskan kaos yang ia kenakan, Prilly sempat canggung melihat Ali shirtless seperti itu, "Sini kaosnya, malah bengong" ucap Ali menyadarkan Prilly. "Ya udah, kamu istirahat aja lagi, kalau bisa banyak minum air putihnya, itu udah aku taro di meja, kalau perlu apa-apa panggil aku aja" ucap Prilly sebelum akhirnya meninggalkan kamar Ali. Ali memandangi gadis itu hingga ia menutup pintu kamar Ali, ada perasaan bersalah yang menghinggapinya, rasanya ia terlalu keras pada gadis itu.
"Ayah, adakah sedikit cara yang bisa membantuku membuatnya mengenal cinta?rasanya sulit sekali untuk bisa berkomunikasi dengannya" ucap Prilly sambil menangis, milkshake yang dari tadi dipegangnya belum sempat ia minum. "Anakku, ayah tidak mungkin memberikanmu hukuman yang tidak bisa kau selesaikan, berusahalah lebih giat, waktu yang kuberikan sudah lebih dari cukup, percayalah kepada hatimu" ucap Ayahnya mengakhiri perbincangan mereka. Prilly menunduk dalam, ia mulai kehilangan kepercayaan dirinya, sulit sekali rasanya untuk mengerti Ali, bagaimana jika ia tidak berhasil, apa ia akan terdampar di bumi ini, sendirian dan akan melupakan ayah ibunya di langit.
"Ayyaahhhh, ibuuuu, aku rinduuu" isaknya di malam itu. Sayap putih dengan cahaya indah miliknya terlihat begitu megah menutupi tubuh kecilnya yang bergetar karena menangis.
---------------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
Cutest Cupid
Fanficenjadi anak seorang dewa cinta ternyata tak seenak yang dibayangkan manusia, Phirily satu-satunya putri dari dewa cinta Eros (Amor) dan istrinya Phsike harus mendapatkan hukuman karena sudah membuat ayahnya salah menembakkan anak panah pada salah sa...