Narasi atau Deskripsi Harus Konsisten - Sastra Indonesia Org

347 24 0
                                    

Selamat pagi, semua :-). Siapa hari ini yang gak puasa hayooo? Hehehe. Kalau yang nonmuslim, wajar gak puasa :-).

Baik, hari ini kita belajar lagi, ya, :-). Materi yang kita bahas hari ini adalah mengenai narasi atau deskripsi yang tidak konsisten. Yuk, sebelum memulai, saya persilakan untuk berdoa terlebih dahulu menurut keyakinan masing-masih. Setelah itu, mari kita mulai pelajaran hari ini! :-)

Sebagai penulis, kamu bebas memilih gaya narasi yang diinginkan. Mau gaya puitis/ nyastra, ala pujangga, gaya anak muda, gaul, atau apa saja, yang penting harus konsisten dengan pilihannya itu. Intinya bebas, sesuai dengan keinginan penulis atau pasar/ pembaca yang dituju atau dijadikan target.

Konsisten dalam sebuah karya tulis itu penting. Kalau mau bahasa puitis, ya puitis saja sekalian. Kalau mau menggunakan bahasa gaul narasinya, ya gaul saja sekalian. Jangan dicampur-campur kayak tahu campur, hehe.

Dalam satu cerpen, cerbung, ataupun novel, penulis boleh mengubah gaya dialognya, tergantung karakter tokoh yang berdialog. Namun berbeda kalau dalam narasi atau deskripsi. Kalau dalam narasi tentu harus konsisten gaya penulisannya.

Berbeda juga kalau dalam antologi yang terdiri dari beberapa penulis. Karena kemungkinan variasi terbuka. Karena kalau dalam buku bersama, setiap tulisan bisa berdiri sendiri.

Bagaimana pemirsa? Eh, kok pemirsa, hehe. Bagaimana teman-teman? Sudah paham kan sekarang?

Kalau ada yang ingin bertanya ataupun menyanggah, silakan, ya! :-)

Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah menyimak :-).

TIPS MENULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang