Dialog memiliki banyak fungsi dalam sebuah cerpen maupun novel, bahkan juga dalam karya non fiksi.
Dialog membuat tulisan lebih dinamis dan variatif, sehingga tidak monoton sekadar narasi saja. Sebenarnya masih banyak lagi fungsi lainnya terkait dialog. Namun, dialog harus berbobot. Pastikan dialog yang disertakan memang penting dan dibutuhkan dalam cerita.
Pada saat menulis dialog, maka lupakan PUEBI!
Dialog merupakan milik karakter. Jadi, kalau tokohnya adalah preman maka harus bicara menggunakan bahasa preman. Kalau tokohnya penjahat, maka dialognya pun tidak perlu memerhatikan PUEBI. Kalau yang bicara orang tidak berpendidikan maka dialognya juga harus sesuai kadar pendidikannya yang jelas tidak mengerti PUEBI. Masak iya orang-orang seperti mereka kalau bicara memerhatikan PUEBI. Apa pernah lihat? Enggak kan.
Nah, salah satu kelemahan penulis pemula ya ini, takut mengabaikan PUEBI. Ini berawal salah satunya karena di sekolah, murid-murid diwajibkan selalu mematuhi PUEBI. Bahkan dalam dialog penulisan karya fiksi seperti cerpen. Kebiasaan ini terbawa sehingga banyak penulisan pemula yang menulis dialog tidak seperti kenyataannya atau di dunia nyata. Hanya di dunia sinetron saja kita bisa melihat sesama preman ngobrol memakai kata saya dan kamu, sesuatu yang di dunia nyata nyaris tidak ditemukan.
Apabila ingin membuat dialog yang alami, maka penulis harus membuat dialog yang membumi, tidak harus melulu setia pada PUEBI.