Beberapa penulis sering memberikan nama yang rancu terhadap tokoh-tokohnya. Rancu dalam artian tidak jelas jenis kelamin dari tokoh yang dibuat. Masalah ini dalam Bahasa Inggris disebut unisex name.
Akan lebih parah lagi jika sang penulis tidak mampu mendeskripsikan karakter dan dialog khas jenis kelamin sehingga pembaca akan lebih sulit menebak jenis kelaminnya. Pembaca akan mengetahui jenis kelamin tokoh ketika sudah sampai beberapa halaman atau beberapa saat, sehingga dapat menimbulkan salah duga yang akan membuat pembaca menjadi bingung dan harus mengulang membaca untuk mendapatkan kisah yang pas.
Oleh karena itu, hindari penggunaan nama yang rancu jenis kelaminnya. Terutama jika hanya ditampilkan atau disebutkan nama depan atau nama panggilannya saja.
Di Indonesia memang jarang ditemuka dan digunakan nama yang rancu, tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk ada dan digunakan. Beberapa di antaranya: Dian (bisa lelaki, bisa juga perempuan), Eka (bisa lelaki, bisa juga perempuan), dll.
Berikut cara untuk menghindari penggunaan nama yang rancu:
1. Pilih nama yang mudah diingat
Berikan tokohmu nama yang mudah diingat oleh pembaca. Selain untuk menghindari nama yang rancu juga untuk memudahkan pembaca dalam memahami cerita.
2. Gunakan nama yang biasa digunakan
Gunakan nama yang sering digunakan atau nama-nama orang yang kamu kenal, pastikan kamu tidak pernah kebingungan dengan nama orang tersebut di saat kamu pertama mengenalnya.
3. Gunakan jenis bunga untuk nama perempuan
Pada umumnya penggunaan nama jenis bunga sering dipakai untuk nama anak perempuan karena bunga melambangkan keindahan dan keharuman. Sehingga pembaca akan langsung menyadari jika tokoh dalam cerita tersebut berjenis kelamin perempuan. Kan tidak mungkin kalau laki-laki dikasih nama Melati atau Mawar.
Baik, cukup sampai di sini ya materi hari ini. Semoga bermanfaat. ☺