Assalaamu'alaikum, saudara-saudaraku :-). Hari ini kita belajar lagi, ya, :-). Kali ini materinya mengenai narasi atau deskripsi yang terlalu panjang. Sebelumnya jangan lupa berdoa dulu ya! :-)
Baik, langsung saja simak materinya di bawah ini! :-)
Tidak sedikit penulis, apalagi pemula, tidak tahu kapan harus memakai tanda koma dan kapan harus memakai tanda titik pada saat membuat narasi. Akibatnya, masih sering ditemukan kalimat yang harusnya dipisah dengan titik, eh ... ternyata malah disambung dengan kalimat lain menggunakan tanda koma.
Tidak jarang dari mereka menyambung satu kalimat dengan banyak kalimat lainnya hanya dipisah menggunakan tanda koma. Terkadang bisa 5 sampai 6 kalimat digabung tanpa ampun. Bahkan dalam 1 paragraf saja, ada yang sampai memakai 1 halaman penuh. Itu paragraf atau apaan :-)? Dijamin yang baca bakal bosen, malas baca, bahkan masih baca diawal-awal langsung dibuang tuh buku. Tidak mau ngelanjutin lagi bacanya.
Cara sederhananya saja, untuk melihat satu kalimat itu terlalu panjang atau tidak, baca kalimat tersebut dengan suara keras. Bukan dalam hati dan tanpa menarik napas sampai bertemu tanda titik. Kalau bacanya sampai ngos-ngosan, itu artinya kalimat tersebut kepanjangan.
Sebenarnya sih bukan masalah panjang atau pendeknya kalimat yang menentukan sebuah kalimat itu harus dipisah atau disambung. Soalnya, terkadang ada kalimat panjang yang boleh disambung dengan kalimat panjang lainnya. Terkadang juga ada kalimat pendek yang tidak boleh disambung dengan kalimat pendek lain.
Namun, kalau tetap mau dipaksakan dalam satu kalimat, bisa saja. Akan tetapi bukan dipisahkan dengan tanda koma saja, melainkan ditambah kata sambung. Misalnya:"Perjalanan dari Madura ke Malang kali ini begitu melelahkan, dan butiran keringat pun sesekali membasahi dahi hingga ke seluruh tubuhku."
Bagaimana saudara-saudaraku? Sudah paham kan sekarang? Kalau ada yang ingin ditanyakan atau menyanggah, silakan, ya! :-)
Semoga bermanfaat :-).
Wassalaamu'alaikum :-).