Mengapa pendidikan pemustaka penting? Karena tidak semua pemustaka tahu apa yang ada di perpustakaan termasuk layanannya. Buku-buku perpustakaan bisa juga diakses melalui ponsel. Perpustakaan Nasional menyediakan aplikasi Ipusnas, di Kota Makassar ada e-Pustaka Kota Makassar, daerah lain juga ada aplikasinya. Semua dapat di-download di Playstore.
Pemustaka mungkin masih asing bagi Bapak/ Ibu. Istilah pemustaka menggantikan nama pengunjung/ pengguna perpustakaan. Padahal, perpustakaan itu gratis dan siapa pun bisa akses (khusus Perpustakaan Umum), sepuasnya membaca. Kecuali meminjam buku harus ada kartu anggota perpustakaannya. Kalau hanya membaca, ngadem, dan sejenisnya itu gratis.
Saya punya pengalaman menarik. Ada seorang bapak mondar-mandir di depan pintu masuk perpustakaan sambil clingak-clinguk (Bahasa Jawanya). Ada teman yang mencoba mendekati dan bertanya kepada bapak itu apa yang dia cari. Dia malah balik bertanya di dalam ada buku apa saja. Nah loh, mau masuk perpustakaan saja takut.
Pendidikan pemustaka seharusnya diperkenalkan sejak dini, mulai di perpustakaan SD, kalau perlu sejak TK. Mengapa? Supaya mereka besar tidak canggung lagi pada perpustakaan. Bagaimana mau menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua kalau kita sendiri takut masuk perpustakaan.
Buku-buku perpustakaan itu tertata dengan sistem baku yang dikelola secara profesional oleh Pustakawan seperti di Toko Buku/ Swalayan, dan sebagianya. Contoh, setiap rak di swalayan punya klasifikasi barang, di mana ditempatkan sabun, pakaian, minuman, dan lain-lain. Di perpustakaan juga begitu di mana buku sastra, sosial, dan lain-lain.
By: Tulus Wulan Juni, S.Sos