Setiap novel yang difilmkan. Tidak mesti dari artis. Penulis biasa pun kayak aku atau kalian pasti bisa. Pokoknya berteman sama orang-orang di perfilman. Yah, tetapi harus rajin belajar dulu dan kuat mental. Mental harus kuat dan banyak mengalah.
Orang lain bilang karya kita jelek. Ya biarin saja. Pokoknya penting kita suka. Sebab, hidup cuma sekali. Jangan sampai mati, tetapi hidupnya ngikutin kata orang lain. Kecuali orang tua.
Novel kalau difilmkan biasanya dicari yang aktif berkarya. Jadi, jangan berhenti berkarya hanya karena kritikan pedas. Dengarin saja, tetapi nggak usah dikerjakan kalau kalian nggak suka.
Fokus dan perluas wawasan, berteman sama orang film, banyak belajar, dan berdoa. Novel yang difilmkan biasanya diambil yang banyak peminatnya. Cuma nggak mesti begitu, sih. Ada juga yang nggak bagus, tetapi difilmkan. Yah, itu selera produser. Mereka lebih paham strategi pasar perfilman. Logikanya, novel film harus best seller mencapai terjual 10 ribu eksemplar ke atas. Namun, Allah Mahabesar. Dialah yang menentukan, bukan produser.
Novel yang cuma laku 2 juga bisa difilmkan. Contohnya? Ya lihat saja nanti, tetapi harus sabar. Siap ditolak. Harus ditargetkan. Misalnya tahun ini, kalian harus ada jadwal sampai 10 tahun ke depan. Jadi, jangan berpikiran sekarang nulis, terus besok difilmkan. Hati hati, ini yang buat kita pensiun berkarya. Harus sabar. Siap ditolak. Ingat! Sabar. Anggap saja 12 tahun lagi baru berhasil.
By: Erby S.