Di antara puluhan ribu anggota Komunitas Bisa Menulis, ada salah satu anggota yang sangat piawai membuat cerpen. Narasi, deskripsi, karakter yang bagus, dialognya kuat, nama tokohnya juga mengesankan. Akan tetapi, banyak cerita yang tidak mengandung sebuah pesan. Banyak yang mengagumi cerita tersebut, tetapi tidak mendapat hal berharga di luar cerita.
Apakah setiap cerita harus punya pesan? Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada penganut paham "I'art pour I'art" tentu saja bagi mereka pesan bukanlah hal yang penting. Dalam bahasa Inggris slogan ini diterjemahkan sebagai "art for art's sake" dan dalam bahasa Indonesia dipopulerkan dengan istilah "seni untuk seni".
Bagi saya, seni termasuk di dalamnya tulisan adalah bagian dari ibadah. Sebuah tulisan menjadi ibadah jika mengandung sebuah pesan. Pesan menjadi nilai lebih bagi sebuah tulisan. Ketika menulis sesuatu, saya ingin ada hal lebih yang didapat pembaca, bukan sekadar hiburan, tetapi juga ilmu, inspirasi, dan hal yang lain.
Kalau bisa menghibur sekaligus memberi pesan kebaikan dan mendapat pahala, kenapa tidak? Karena itu saya selalu memilih untuk menyelipkan pesan dalam setiap tulisan. Bahkan bangsa barat yang mengusung ide seni untuk seni, kini sering menyelipkan pesan dalam karya mereka.
Jika bangsa yang mengusung kebebasan seni saja kini justru menyelipkan pesan di dalam karyanya, kenapa kita tidak?