Part 30 [revisi]

669 30 0
                                    

"jangan tinggalin gue.."

"i-iya gue gak akan tinggalin lo,"

Kemudian, Rizky perlahan mulai memejamkan matanya. Naura yang melihatnya, akhirnya bisa bernafas lega.

Jujur, sejak tadi perasaannya sudah tidak karuan. Panik, gugup, semua bercampur menjadi satu.

Kalian tau? Naura juga senang.

Ah, Naura jadi malu untuk mengatakannya. Lupakan saja.

Naura mengulum bibir nya untuk menahan senyum nya saat melihat wajah Rizky yang sangat tampan ketika tidur.

Sungguh, dia serius.

Tangan nya yang tidak di genggam oleh Rizky bergerak mengusap kepala Rizky dengan lembut.

Naura juga bingung, kenapa mereka tiba-tiba menjadi dekat? tidak, maksudnya, mereka kan baru saja baikan, tapi.. mereka terlihat--ah sulit sekali menjelaskannya. Ya.. begitulah.

Tanpa ia sadari, sejak tadi Reza hanya terdiam kaku di depan pintu kamar adiknya itu. Reza kemudian mengalihkan pandangannya, dia semakin sadar.. bahwa dia dan Naura memang tidak di takdir kan bersama.

Reza akan melupakan Naura, dan merelakan gadis itu bersama adik nya. Ya, dia mencoba untuk seperti itu, setidaknya.. dia sadar diri untuk tidak memaksa kehendaknya, untuk saat ini. Ah, atau untuk selamanya..

Rizky sudah tenang, cowok itu benar-benar sudah tertidur. Naura berusaha melepaskan genggaman tangan Rizky dengan hati-hati agar tidak membangunkan cowok itu.

"Cepat sembuh, gue janji akan kesini lagi, nanti ya.." lirih Naura, lalu setelah itu gadis cantik itu membalikkan badannya. Naura terkejut, benar.

Dia kaget ketika melihat Reza yang entah sejak kapan berdiri di sana.

"Za?" panggil Naura seraya berjalan menghampiri Reza, membuat cowok itu langsung beralih menatapnya.

"Eh, u-udah tidur Rizky nya?" tanya Reza yang terdengar seperti.. gugup.

"udah, gue mau balik sekarang aja ya," ucap Naura.

"Em.. gue anterin."

"Eh, gak usah.. gue pesen taksi aja,"

"Gue anterin Ra, gak usah buang-buang uang.." ucap Reza pelan.

"Mm.. Yaudah deh,"

***

Dalam perjalanan mereka di dalam mobil hanya ada keheningan, entah mengapa mereka merasa canggung. Tidak, sebenarnya hanya Reza yang merasa canggung, karena Naura terlihat biasa saja.

Gadis itu menikmati pemandangan di luar mobil yang mungkin terlihat lebih.. menarik daripada Reza. Ah, itu terdengar sedikit menyakitkan mungkin, untuk cowok yang kini sedang fokus menyetir mobil nya.

"Ra," panggil Reza.

Naura menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya.

"kenapa?"

Reza mengulum bibirnya sebelum memulai pembicaraan.

"Gue dukung lo sama Rizky, Ra. Semoga lo bahagia sama dia," ucap Reza dengan tenang.

Naura cukup tertegun beberapa saat, sampai akhirnya gadis itu tersenyum tipis.

"Iya, Makasih, Za. Lo itu orang yang baik, gue yakin lo akan dapatin cewek yang baik juga kaya lo," ucap nya membuat Reza terkekeh pelan.

"Semoga.."

***

Keesokan harinya, Naura baru saja turun dari mobil nya. Gadis itu berjalan memasuki area sekolah, rasanya dia rindu ketenangannya di sekolah pada masa-masa awal SMA.

Hari-hari Naura terasa sangat berat setelah bertemu dengan Rizky, Reza, dan beberapa masalah yang akhir-akhir ini cukup membuatnya pusing.

Sebentar lagi, ujian kenaikan kelas akan di laksanakan, Naura harus lebih fokus pada pelajaran sekolah, dan melupakan sejenak masalah nya.

Tadi pagi, sebelum berangkat ke sekolah Naura sempat bertukar pesan dengan Rizky. Katanya, cowok itu akan masuk ke sekolah hari ini, setelah beberapa hari absen.

Awalnya Naura melarang, karena Rizky belum benar-benar sembuh, tapi Rizky sangat keras kepala dan akhirnya Naura hanya pasrah.

Ngomong-ngomong.. mereka berdua semakin dekat, meskipun belum ada ikatan yang pasti, setiap malam mereka selalu chattingan, tak jarang juga mereka melakukan panggilan lewat telfon.

Ya.. sedekat itu.

Naura tersenyum lebar ketika melihat seorang cowok yang melambaikan tangan ke arah nya. Naura segera menghampiri cowok itu, sebenarnya dia cukup terkejut karena cowok itu datang lebih awal dari biasanya.

"Hai." sapa nya.

"Rizky, udah dateng aja lo,"

Rizky terkekeh, "kangen" ucap Rizky pelan.

Naura tertegun. "a-apasih.. gimana keadaan lo sekarang?" tanya Naura untuk mengalihkan pembicaraan.

"baik banget, apalagi setelah ngelihat lo," jawab Rizky.

"Ck, gak usah gombal!"

"Siapa sih yang gombal, orang ngomong serius juga,"

"udah ah, sana masuk kelas"

Rizky mengerucutkan bibirnya, seolah merajuk seperti anak kecil.

Menggemaskan.

"Kenapa lagi? jangan bilang lo mau bolos, gak ada bolos-bolosan! lo baru aja masuk, masa udah bolos aja sih," omel Naura.

"males ah, gurunya gak asik tau," ucap Rizky.

"Eh, gak boleh gitu. Gimana pun juga mereka guru yang udah ngajarin lo, harusnya lo makasih tau,"

"iya iya.."

"Ya udah sana masuk kelas, awas aja gak boleh bolos!" ancam Naura.

"Kalau gue bolos gimana?" tantang Rizky.

Naura mengangkat sebelah alisnya. "gue akan marah, gak mau ketemu lo lagi." ucap nya.

"jangan.."

"Oke oke, gue gak akan bolos," ucap Rizky membuat Naura tersenyum penuh kemenangan.

"Gitu dong, ayo masuk!"

***

"Gak kerasa ya bentar lagi udah mau naik kelas tiga aja," ucap Intan

"Hm.. iya, perasaan baru kemarin kita sekelas ya, ntar kalo kita beda kelas gimana?" tanya Raisa.

"Gak masalah, kan masih satu sekolah," jawab Kania.

"Ya iya, cuma bakalan beda aja gitu rasanya," ucap Raisa.

"Udah ah gak usah mellow gitu, mending kita berdoa semoga kita tetep satu kelas," sahut Naura.

"Amiin"

"Kalo seandainya kita gak sekelas, jangan lupain gue ya, kita bakal tetep sahabatan kan?" ucap Intan

"Iya dong, sampai kapan pun kita bakalan tetep jadi sahabat." ucap Naura lalu memeluk Intan.

"Aaa pengen peluk juga," ucap Kania lalu memeluk Naura dan Intan.

"gitu.. gue gak di ajak," gerutu Raisa sambil mengerucutkan bibirnya.

Naura terkekeh, "sini peluk" Naura merentangkan tangannya, lalu Raisa dengan cepat memeluk mereka bertiga dengan erat.

Sungguh, persahabatan yang sangat manis bukan?

Semoga mereka akan tetap bersama, selamanya. Ayo kita doakan.

***

To be continued!

My Badboy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang