7. Tzuyu Marah

2K 237 101
                                    

Irene kembali mengunjungi sang suami, seminggu empat kali dia akan mendatangi Seung-hyun dan membawakan nya makanan.

"Irene-ahh" panggil Seung-hyun

"Ne oppa?" Jawab Irene

Seung-hyun menghela nafas sebelum melanjutkan ucapan nya.

"Kamu tak perlu sering-sering datang kesini, anak-anak juga butuh perhatianmu" lanjut Seung-hyun

"Aku kesini bukan berarti aku melupakan kewajibanku pada anak-anak kita oppa" jawab Irene

"Aku tahu, aku hanya tak ingin kamu kelelahan yeobo" Seung-hyun merasa miris melihat wajah lelah sang istri.

"Apa oppa tak senang aku datang kesini? Aku merindukanmu setiap saat oppa, dan untuk mengobatinya, aku harus menemui pemiliknya bukan?" Debat Irene, hati Seung-hyun menjerit antara bahagia, juga sedih membuat sang istri menjadi seperti ini.

"Ini semua salahku, biar aku yang menanggung nya sendiri, jangan sampai anak-anak ikut menanggung nya juga" lirih Seung-hyun

"Kamu bisa mengunjungi ku kapan saja, tapi tolong, utamakan anak-anak, hanya itu permintaanku" lanjut Seung-hyun lagi.

Tak ada pilihan lain untuk Irene, kecuali mengikuti ucapan Seung-hyun, dengan alasan, karena dia mencintai suami nya, jadi dia mengikuti setiap permintaan Seung-hyun.

Irene terlihat membolak balik koran dipangkuan nya, dia mencoba mencari lowongan pekerjaan, karena kebutuhan hidup terus berjalan, sementara dia otomatis tak memiliki sumber penghasilan setelah Seung-hyun ditahan.

"Unnie" seru Seo memasuki rumah oppa nya.

"Ne Seohyun-ahh" sahut Irene

Seo muncul dari pintu garasi sambil menenteng beberapa kantong belanjaan, dan seorang laki-laki tinggi kurus membawa kantong beras yang lumayan berat.

"Hah" Irene terkejut sambil mengerutkan kening nya.

"Unnie, kenalkan, dia Yoong kekasihku" jujur Seo terkikik malu-malu.

"Oh, kenalkan Irene, kakak ipar Seohyun" Irene memperkenalkan diri.

"Salam kenal noona" Yoong membungkuk menyapa unnie dari kekasihnya.

"Kalian kenapa harus repot-repot begini?" Irene merasa tak enak dengan pemberian Seohyun, meski dia memang sedang sangat membutuhkan nya, karena dua hari ini, dia dan anak-anak hanya makan bubur dan mie instant, bersediaan uang nya menipis, jadi dia harus memutar otak.

"Kami tidak merasa direpotkan unnie, ini untuk Erick dan Tzuyu" jawab Seo memeluk tubuh kecil Irene yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Noona adalah keluarga dari orang yang kucintai, jadi, aku juga menganggap noona adalah keluargaku sekarang" tutur Yoong membuat tangis haru Irene pecah.

Malam itu Tzuyu dan Erick makan dengan lahap karena sudah lebih dari seminggu mereka tak makan dengan menu selengkap ini, tapi masih ada satu yang mengganjal dihati Irene, yaitu Tzuyu masih mendiami nya semenjak kejadian Seohyun menghardiknya waktu itu.

Selesai makan malam, Irene mengajak Seohyun dan Yoong mengobrol di ruang tamu.

"Seohyun-ahh, unnie ingin menjual mobil milik Seung-hyun oppa, ada restoran kecil yang dijual di gang depan, unnie akan membeli nya dengan uang hasil penjualan mobil dan memulai usaha, unnie tak bisa terus berpangku tangan padamu" Irene menuturkan niat nya pada sang adik ipar.

"Unnie sudah pikir lagi dengan matang belum? Apakah tempatnya strategis atau tidak, kira-kira ada potensi dari target market yang unnie tuju tidak disana?" Tanya Seohyun yang tak ingin unnie nya salah melangkah.

"Dijalan Mangnidan-Gil, kamu tahukan Seohyun-ahh?" Irene malah balik bertanya

"Yang dikiri jalan itu bukan unnie?" Yakin Seohyun, Irene mengangguk.

"Aku setuju unnie, tempat itu sangat ramai, kapan unnie akan bernegosiasi dengan pemilik lama tempat itu?" Sekarang Seo lah yang malah lebih antusias dengan keputusan unnie nya.

"Besok, unnie tak ingin kalah cepat dengan orang lain" jawab Irene.

"Lebih cepat memang lebih baik unnie, dan untuk masalah dengan Tzuyu, apa unnie sudah berbaikan dengan nya?" Tanya Seohyun hati-hati, Irene menggeleng.

"Sabar unnie, semua pasti akan menemukan jalan keluarnya" hibur Seo, Irene pun tersenyum paksa.

Seo dan Yoong pamit pulang, dan hati Irene kembali diserang rasa sepi, dia melirik ke bawah pintu sang putri yang memperlihatkan sedikit cahaya, yang artinya, sang pemilik kamar belum lah tertidur.

Tok

Tok

Tok

Irene mengetok pintu kamar.

Ceklek

Tzuyu membuka nya dan membiarkan sang mommy berdiri diambang pintu, dia kembali ke meja belajar nya dan melanjutkan belajar.

"Tzuyu-ahh, mommy minta maaf jika memang mommy punya salah" ucap Irene diambang pintu, Tzuyu bergeming, dia tetap membisu tak menjawab ucapan sang mommy.

"Sayang, tolong jangan siksa mommy" mohon Irene memelas, dan Tzuyu tetap diam, merasa diabaikan, emosi Irene memuncak.

"Tzuyu jawab mommy" teriaknya pada sang putri

"Apa?" Tzuyu balas berteriak.

"Jangan abaikan mommy!" Irene masih dengan nada tingginya.

"Siapa yang mengabaikan siapa disini?" Tzuyu juga masih berteriak

"Sampai kapan mommy akan menutupi kebenaran yang terjadi pada daddy, apa mommy memikirkan perasaan Tzuyu yang setiap hari harus menelan kebohongan yang mommy ciptakan, Tzuyu sudah cukup dewasa untuk bisa mengerti pada apa yang menimpa keluarga kita momm, Tzuyu hanya ingin mommy membagi sedikit beban yang mommy tanggung pada ku, aku sudah besar mommy, aku sudah cukup kuat untuk menjadi pegangan mommy" teriak Tzuyu mengeluarkan semua emosi yang dia pendam selama ini, tangis nya pecah, menangis meraung dilantai kamarnya, dia kecewa pada sang mommy yang enggan bercerita padanya padahal dia merasa sudah cukup umur untuk memahami tentang permasalahan orang dewasa, Irene terdiam, hatinya terhenyak mengetahui bahwa ternyata, dia tak bisa menyembunyikan sebuah rahasia pada sang putri, dia segera berjalan  mendekati Tzuyu, dan merengkuh tubuh sang putri dalam pelukan nya.

"Maafkan mommy, maafkan mommy" hanya itu kata-kata yang terus Irene ucapkan pada sang putri, dia ikut menangis.

"Mommy" suara Erick memanggil Irene dari ambang pintu kamar noona nya, dia terbangun karena suara teriakan mommy dan kakak perempuan nya.

Irene memberi isyarat tangan agar Erick mendekat, sang bocah pun mendekat, ikut memeluk mommy dan noona nya yang belum bisa menghentikan tangis nya.

"Kalian sumber kekuatan mommy, maafkan mommy jika belum mampu membahagiakan kalian, tapi mommy janji, secepatnya, semua akan kembali seperti semula" ucap Irene sambil memeluk kedua buah hatinya.

"Dan untuk mu Tzuyu, bantu mommy ne" pinta Irene pada sang putri, Tzuyu hanya mengangguk dipelukan Irene sambil sesenggukan.

Malam itupun ketiganya tidur di kamar Tzuyu dengan posisi Erick ditengah-tengah mommy dan noona nya.

#TBC

DragosteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang