Lim menepati janji nya, keesokan hari nya dia mampir ke rumah Irene, Erick dan Tzuyu sudah di meja makan untuk menikmati sarapan nya.
"Oppa/hyung" sapa anak-anak pada Lim yang menyusul mereka ke meja makan.
"Selamat pagi semua nya, siap ke sekolah?" Tanya Lim menyapa anak-anak Irene, mereka mengangguk, karena mulut nya sibuk mengunyah, Lim yang memang kadang seperti anak-anak pun dengan acuh nya mengambil dua lembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat, padahal sebelum berangkat tadi mama Dara sudah membuatkan nya sarapan.
Mulut sibuk mengunyah, tangan sibuk menuang susu coklat ke dalam gelas nya, melihat tingkah Lim yang seperti di rumahnya sendiri itu, membuat Irene senang, berarti Lim nyaman di rumah nya.
"Momm, Erick berangkat dengan Lim hyung ya?" Ijin Erick pada sang ibu ibu.
"Sayang, Lim hyung mau bekerja, Erick jangan merepotkan nya" jawab Irene tak enak, sang bocah memanyunkan bibir nya, Lim ter kekeh melihat reaksi sang bocah yang kaki kanan nya masih berbalut gips itu.
"Begini saja, noona berangkat dengan Tzuyu, aku dengan Erick, nanti noona tunggu di depan sekolah Erick ne" intruksi Lim, wajah Erick berubah memohon, tak tega pada sang putra, Irene pun menyetujui nya.
Setelah memakaikan jaket tebal pada Erick, dan memasangkan helm nya, Lim mengendarai motornya dengan kecepatan pelan karena memboncengkan bocah laki-laki dibelakang nya.
Sesampai di sekolah sang bocah, Irene sudah menunggu nya di depan pintu gerbang, Lim memarkirkan motor nya diluar, kemudian menggendong Erick di depan, membawanya masuk ke sekolah, Irene bertemu wali kelas Erick dan menjelaskan semua nya, meminta ijin untuk sang putra yang tidak bisa mengikuti semua kegiatan belajar karena kondisi kaki nya, dan Lim mendudukan sang bocah di bangku ruang kelas nya, para sahabat Erick pun mengerumuni nya.
"Tolong jaga Erick ne" pesan Lim
"Ne hyung" jawab mereka
"Erick baik-baik di kelas, belajar yang rajin, mommy pergi dulu" pamit Irene mencium kening anak lelaki nya.
Lim pun memboncengkan Irene meninggalkan sekolah Erick, sang wanita memeluk erat pinggang Lim dan menyandarkan kepala nya di punggung Lim sambil memejamkan kedua matanya, merasakan kedamaian meski jantung nya berdecak cepat.
Lim menurunkan Irene di pasar dekat tempat mereka bekerja, karena Irene harus belanja terlebih dahulu untuk kebutuhan resto kecil nya.
"Trima kasih Lim" ucap Irene dengan pipi merona nya, Lim hanya tersenyum tak menyadari itu.
Lim menyeberang jalan menuju ke resto Irene begitu dia melihat sang wanita sudah datang dari pasar, Lim merebut bawaan Irene yang kemudian membuka kunci pintu resto nya.
"Sejak kapan kamu menjadi sangat perhatian dengan keluarga Irene noona?" Tanya Sinb curiga saat Lim sudah kembali dari resto Irene.
"Aku hanya tak tega melihat dia kerepotan sendiri Mbih" jujur Lim
"Bukan karena kamu mulai menaruh hati pada sang janda?" Tanya Mbih lagi yang tak percaya dengan jawaban Lim.
"Tidak" jawab Lim terkekeh sambil menggelengkan kepala nya.
"Awas ya kalau kamu nanti lama-lama suka sama Irene noona, kamu harus menaikan gaji ku 50%" tantang Sinb
"Yak, mana bisa begitu" protes Lim
"Berani tidak?" Ucap Sinb lagi.
"25%, deal?" Tawar Lim.
"Deal" jawab Sinb yakin, kemudian menjabat tangan Lim yang yakin tak akan kalah karena dia memang tak memiliki rasa apa-apa pada Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragoste
RandomCinta yang sebenarnya selalu datang tanpa sengaja, tanpa rencana, dan tanpa dinyana, semua mengalir sewajarnya, sampai dia tiba-tiba datang, tanpa memandang pada siapa, kenapa, dan mengapa.