Siang itu, Lim mengendarain motornya mengantar sang sepupu Seulgi, pulang ke rumahnya setelah bermain di bengkel milik Lim, bagitu sang sepupu turun, Lim memutar arah motor nya kembali ke bengkel.
"Lim" terdengar teriakan seorang perempuan memanggilnya sebelum Lim sempat menarik gas motor nya.
"Irene noona" jawab Lim menoleh ke sumber suara yang memanggilnya, Irene tersenyum lebar.
"Aku ikut sampai depan ya" pinta nya pada Lim.
"Okey" jawab Lim tak keberatan
Irene pun membonceng motor Lim sampai ke tempat tujuan nya, rumah Irene memang berhadapan dengan rumah Seulgi, itu lah kenapa Irene bisa langsung minta tumpangan pada Lim yang kebetulan lewat di depan rumah nya.
Pada suatu malam, Lim dan teman-teman nya sedang beristirahat disebuah minimarket, mereka baru saja pulang dari kegiatan touring nya, sambil bercanda, Lim dan kawan-kawan menghabiskan minuman nya di bangku yang disediakan oleh pemilik minimarket, sampai terdengar bunyi tembakan.
Dor!
"Jangan bergerak, kami polisi, semua harap tiarap ditanah" terdengar letusan pistol dan himbauan yang terdengar begitu kencang, membuat rombongan Lim terkejut, melempar botol minuman mereka dan tengkurap diatas lantai sambil mengangkat kedua tangan nya.
Lim melirik pemandangan di parkiran minimarket, meski hari sudah malam, tapi dia dapat melihat dengan jelas, siapa sosok yang dibawa oleh polisi itu dengan luka berdarah dipelipis kanan nya karena terkena pukulan gagang pistol dari polisi yang menangkapnya.
Ditempat lain
Kriinngg. . .
Ponsel Irene berdering, ditengah malam buta, dia langsung terjaga, lalu menggeser tombol hijau.
"Hallo"
"Kami dari kepolisian, apa benar ini nyonya Choi Irene, istri dari Choi Seung-hyun?" Tanya polisi serius
"Iya, itu saya" jawab Irene curiga, perasaan nya mulai tak tenang.
"Suami anda kami tahan, karena terlibat transaksi narkoba, harap nyonya bisa datang ke kantor kami" jelas sang petugas polisi
Duar
Jantung Irene terasa seperti disambar petir disiang hari mendengar kabar suami nya ditangkap polisi.
Ponsel Irene terjatuh, bersamaan dengan mengalirnya air mata dikedua pipinya, tubuh nya luruh diatas lantai, dia menangis sesenggukan sendiri malam itu, setengah jam kemudian Irene menghubungi sang adik ipar lewat ponsel nya.
"Seohyun-ahh, maaf mangganggumu malam ini, unnie ada keperluan mendadak, bisakah unnie minta tolong kamu untuk menjaga anak-anak dirumah?"
Irene mengirim pesan pada adik ipar nya.
"Ne unnie"
Balas Seohyun
Irene segera berganti baju, dan menggunakan mobil milik Seohyun, adik perempuan Choi Seung-hyun menuju ke kantor polisi tempat sang suami ditahan, mata sembab nya masih tampak terlihat jelas, bahwa dia habis menangis.
Dan terlihatlah sang suami sedang meringkuk dibalik jeruji besi bersama seorang pria pendek yang lebih muda dari Seung-hyun.
"Oppa" lirih Irene untuk menyadarkan suami nya, Seung-hyun terhenyak, dia segera membuka matanya, lalu berdiri dan mendekat pada sang istri.
"Irene-ahh" suara Seyng-hyun dipenuhi rasa penyesalan dalam menyebut nama sang istri.
Irene tak menjawab, dia hanya menunduk dan kembali pecah tangisnya melihat kondisi sang suami, andai dia tak berpegangan pada jeruji besi, mungkin tubuhnya sudah luruh ke lantai.
"Sayang, maafkan aku" sesal Seung-hyun menggenggam tangan sang istri dari dalam jeruji besi.
"Jangan menangis, hatiku sakit melihatnya" ucap Seung-hyun.
"Aku yang harus nya minta maaf pada oppa, sebagai istri aku kurang memperhatikan oppa, hingga mungkin oppa mencari pelarian pada barang laknat itu" isak Irene membuat Seung-hyun semakin diliputi perasaan bersalah.
"Tidak, ini bukan salah mu sayang, ini semua salahku, aku yang salah, tidak ada hubungan nya denganmu, ku mohon, jangan menyalahkan dirimu sendiri" melas Seung-hyun yang tanpa sadar cairan bening nya pun juga mulai membasahi kedua mata dan pipi nya.
Setelah berbincang dan mengatur rencana tentang upaya hukum yang harus mereka lakukan untuk membebaskan atau minimal mengurangi hukuman sang suami pun, Irene segera pamit pada Seung-hyun, rasanya begitu berat berpisah dari orang yang dicintai.
"Irene-ahh" panggil Seung-hyun saat sang istri hendak melangkah pergi.
"Ne oppa" jawab Irene kembali memutar tubuhnya menghadap sang suami.
"Aku mencintaimu" ujar Seung-hyun
"Aku juga mencintaimu oppa" jawab Irene tersenyum tipis sebelum meninggalkan sang suami.
Sesampai di rumah
Seohyun sudah menyambut Irene dan menyodorkan segelas air putih untuk kakak ipar nya itu.
"Huft" irene menghela nafas lelah dan menjatuhkan tubuhnya diatas sofa depan tv.
"Unnie, apa yang terjadi?" Tanya Seohyun khawatir, dia mengambil duduk di samping Irene yang wajahnya terlihat kelelahan.
"Seung-hyun oppa tertangkap tangan melakukan transaksi narkoba bersama teman nya" jelas Irene.
"A-apa?" Seohyun terhenyak, kaget mendengar penjelasan Irene.
"Selain itu, oppa juga merupakan pemakai" lanjut Irene.
"Astaga oppa" gumam Seohyun merutuki kakak laki-laki nya.
"Lalu langkah apa yang harus kita ambil unnie?" Tanya Seo lagi.
"Besok unnie akan mendatangin firma hukum milik pengacara Lee, dan meminta bantuan nya" terang Irene
"Aku temani ya unnie" pinta Seohyun, Irene tersenyum hangat untuk menenangkan ipar nya itu.
"Unnie bisa melakukan nya sendiri, cukup bantu unnie menjemput anak-anak sekolah, dan besok tolong antar unnie mengambil mobil oppa di depan minimarket" ucap Irene sambil menggenggam tangan kiri Seohyun.
"Ne unnie, sekarang istirahatlah" bujuk Seo dan Irene pun menurut, tanpa mereka sadari, Tzuyu menguping pembicaraan ibu dan bibi nya dari balik pintu kamar nya, tangan kanan nya mendekap kuat mulutnya agar isakan nya tak terdengar sampai keluar, kepalanya terus menggeleng seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut mommy nya.
Pagi nya
Wajah Tzuyu terlihat murung, Irene yang menyadari itu pun segera menaruh perhatian nya pada sang putri.
"Tzuyu-ahh, kamu sakit babby girl?" Tanya sang mommy
"Tidak momm, aku hanya kurang tidur saja" bohong sang putri
"Nanti Tzuyu berangkat dan pulang dengan Seo aunty ne" beritahu Irene.
"Kemana daddy?" Tanya Tzuyu memancing sang mommy.
"Daddy sibuk dengan pengiriman sepatu baru" bohong Irene setenang mungkin agar sang putri tak curiga, Tzuyu menggigit bibir bawah nya, sementara Irene melirik Seo, seolah meminta untuk merahasiakan semua nya dari sang putri, sedangkan Erick, bocah polos itu sibuk menikmati nasi goreng keju kesukaan nya dan mengabaikan pembicaraan para orang dewasa di hadapan nya.
Erick hanya menurut pada apa yang sudah diatur oleh mommy nya, dia masih terlalu kecil untuk mengeluh atau protes pada apa yang tidak seperti biasanya dan Irene harus pontang panting sendiri memperjuangkan nasib suami yang sangat di cintainya.
Kecewa sudah pasti, tapi mengingat bahwa Seung-hyun adalah ayah yang bertanggung jawab untuk anak-anaknya, Irene pun tak keberatan untuk berusaha mencari keringanan hukuman bagi sang suami.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragoste
AcakCinta yang sebenarnya selalu datang tanpa sengaja, tanpa rencana, dan tanpa dinyana, semua mengalir sewajarnya, sampai dia tiba-tiba datang, tanpa memandang pada siapa, kenapa, dan mengapa.