Sekarang, setiap minggu sore, Lim jadi memiliki kegiatan baru, sebagai pelatih untuk Erick, bocah itu nyaman dengan cara Lim mengajari nya, jadi membuat nya mudah memahami interuksi hyung nya, Lim tak menekan nya, jika sang bocah bilang lelah, dia akan memberinya waktu istirahat, dan kegiatan nya sangat di dukung oleh Irene, karena mereka melakukan nya di track lintasan yang memang khusus untuk motor trail, bukan taman, atau jalanan yang berbahaya.
Seo melirik pada Irene yang terus menatap pada Lim, pria itu sedang menikmati camilan dengan Erick di depan tv, sesekali Lim menggoda sang bocah dengan mengambil makanan nya, tapi Erick malah tertawa dan tak protes pada tingkah Lim.
"Ehem" Seo berdehem
"Hah" Irene salah tingkah merasa tertangkap basah oleh Seohyun.
Seo menatap penuh selidik pada Irene, yang ditatap pura-pura sibuk, dia pergi meninggalkan Seo dimeja makan.
"Unnie" panggil sang adik ipar
"Hm?" Jawab Irene yang sedang mencuci piring di wastafel, dia tak berani menatap Seo.
"Apa yang ku pikirkan tentang unnie dan Lim benar?" Tanya Seo hati-hati.
"Ti-tidak, kami tidak ada ada apa-apa Seohyun-ahh, perbedaan kami sangat jauh, baik dari umur atau pun status" jawab Irene panjang lebar, jawaban nya malah membuat Seo tersenyum.
"Padahal, bukan itu yang aku pikirkan dan ingin ketahui" jawab Seo terkikik mengejek.
"Yak!, kamu mengerjaiku" kesal Irene, Seo tertawa.
"Tertawalah sepuasmu dan lihat saja, aku akan membalas mu nanti" ancam Irene kesal, sambil berdiri menghadap Seo dan bersandar pada wastafel.
Tiba-tiba Lim masuk ke dapur, mengambil gelas dari kabinet yang menggantung diatas wastafel, dan itu membuat Irene seperti lupa bernafas, menatap tubuh yang lebih tinggi dari nya itu, dan mencium wangi maskulin yang menguar dari tubuh Lim, dia memejamkan kedua matanya menikmati apa yang tersuguh di depan nya.
Lim menuang air dingin dari kulkas, lalu membawanya kembali ke depan tv, melihat Irene yang merona, membuat Seo tak kuat lagi untuk menahan tawanya, pecah sudah dia terpingkal-pingkal, Irene yang malu pun marah, dia mengejar Soe yang terus meledek nya, sampai masuk ke kamar tamu tempat sang adik ipar menginap.
Bruk
Irene menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, nafas nya kembang kempis, dia senyum-senyum sendiri.
"Aku tidak keberatan unnie mencari pengganti Seung-hyun oppa, unnie memang butuh seorang pria untuk menjadi pegangan, membantu unnie mengasuh dan merawat anak-anak, semua manusia ditakdirkan untuk berpasang-pasangan" tutur Seo bijak, meski dia hanya adik ipar, dia tahu semua kesulitan yang dialami Irene setelah oppa nya masuk penjara.
"Unnie belum siap Seohyun-ahh" Irene mencoba menutupi perasaan nya pada Lim.
"Unnie hanya belum yakin, unnie tak bisa membohongi ku, tatapan unnie pada nya sudah cukup menjelaskan semua nya" tebak Seo.
"Tidak, dia pasti akan memilih yang lebih muda dan masih gadis" elak Irene
"Cinta bukan tentang itu unnie, tapi tentang apa yang dirasakan oleh hati, bukan tentang apa yang dilihat oleh mata" tutur Seo.
"Seohyun-ahh, usia dia 10 tahun lebih muda dari unnie, dan unnie ini janda, tak ada yang menarik dari unnie, biarkan unnie simpan sendiri rasa ini, unnie akan menikmatinya meski sakit" ungkapnya miris.
Seo mendekat, ikut merebahkan tubuh nya disamping Irene.
"Jangan menyerah, unnie belum mencoba nya, coba tunjukan perasaan unnie pada nya, tak perlu terlalu mencolok, lewat perhatian misal nya, dan lihat bagaimana reaksi Lim" tutur Seo mencoba memberi semangat pada unnie nya.
Beberapa hari kemudian
Seo dan Irene sedang menikmati teh hijau mereka sambil duduk di dekat jendela dan menatap ke arah bengkel Lim, yang mana terlihat si pemuda sedang memperbaiki beberapa motor dibantu oleh Sinb yang merangkap sebagai mekanik dan juga sahabat nya."Unnie tak yakin dia masih sendiri" gumam Irene.
"Unnie pernah melihat dia jalan dengan perempuan?" Tanya Seo, Irene menggeleng.
"Belum pernah" jawab nya.
"Tapi pernah, suatu hari ada wanita muda yang mencari nya" lanjut Irene.
"Lalu?" Tanya Seo
"Dia malah bersembunyi disini" jawab Irene terkekeh mengingat kejadian dimana Lim yang bersembunyi dari Krystal waktu itu, Seo menoleh pada Irene.
"Okey, fix, dia single unnie" putus Seo
"Yak!, mana bisa begitu, bisa saja mereka sedang bertengkar kan" debat Irene, mereka tak menyadari bahwa Lim sudah menyeberang jalan menuju ke resto kecil Irene.
"Lim" sapa Seo menatap sosok yang baru saja masuk, tubuh Irene menegang, dia tak berani menoleh pada Lim yang berlalu dibelakang nya.
"Hi Seo noona, aku lapar" sahut Lim yang langsung berjalan menuju pantry, menyalakan kompor dan siap-siap memasak ramen, Seo terus memperhatikan gerak-gerik Lim dari belakang.
"Lihat unnie, dia begitu nyaman ditempatmu, sekarang tinggal kita perhatikan, apa dia juga merasa nyaman dengan kehadiran unnie disekitar nya, bantu dia unnie" bujuk Seo menyenggol lengan Irene dengan siku nya, dia kemudian menghadap ke jendela lagi dan menikmati teh nya, awalnya Irene ragu, tapi dia kemudian menghampiri Lim yang berdiri di depan kompor.
"Duduklah, biar aku yang menyelesaikan nya" ujar Irene dingin, dia tak ingin perasaan nya terbaca oleh Lim dengan mudah, Seo tarkikik mendengar kekakuan sang unnie yang terlihat tengah menutupi sesuatu.
Irene menyiapkan kimchi, acar lobak, dan air minum untuk Lim sebagai pelengkap dan teman menikmati ramen nya, Seo menyusul dan duduk disamping Lim, Irene duduk dihadapan Lim.
"Lim" panggil Seo menopangkan dagunya menghadap Lim yang sedang makan.
"Hm?" Jawab Lim acuh
"Kamu punya kekasih?" tanya Seo, Lim menggeleng.
"Lalu wanita yang tempo hari mencari mu?" Lanjut Seo
"Oh, Krystal, dia bukan kekasih ku" jawab Lim lagi.
"Tapi dia menyukaimu?" Tebak Seo dan Lim mengangguk, Irene menatap intens pada Lim, dia hanya menjadi pendengar disana, dan tak berani ikut berkomentar.
"Kenapa kamu tak menyukainya, dia cantik, sexy dan masih muda" selidik Seo
"Aku tak suka pada perempuan posesif dan pengekang" jawab Lim cuek, dia masih fokus pada isi mangkuk di depan nya.
"Lalu, wanita seperti apa yang membuatmu tertarik?" Tanya Seo lagi, mereka sudah dekat dari kecil, jadi dia tak sungkan pada Lim untuk bertanya atau bertingkah seperti apa pun itu.
"Yang mandiri, perhatian dan penuh kasih sayang mungkin" jawab Lim juga tak yakin dengan ucapan nya.
"Apa pendapatmu tentang wanita yang lebih dewasa dan single parent?" Seo semakin berani mengorek kehidupan asmara Lim.
Dug
Irene menendang kaki Seo dibawah meja, karena kesal dengan pertanyaan nya yang semakin kurang ajar menurut Irene.
Pyasss. . .
Wajah Irene memucat karena Lim menatap datar padanya, sedangkan Seo sudah terpingkal-pingkal sampai memegangi perut nya.
"Mati aku" gumam Irene dalam hati karena ternyata dia salah menendang kaki Seo dan malah mengenai kaki Lim, rasanya dia ingin merobek mulut jahil adik ipar nya itu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragoste
RandomCinta yang sebenarnya selalu datang tanpa sengaja, tanpa rencana, dan tanpa dinyana, semua mengalir sewajarnya, sampai dia tiba-tiba datang, tanpa memandang pada siapa, kenapa, dan mengapa.