Ceklek
Lim mengambil foto Erick yang sedang beraksi dilintasan dengan motor trail nya.
Dia tertawa bangga pada kemampuan sang bocah yang semakin berkembang dan meningkat.
"Yeay" teriak Erick diatas podium mengangkat tropy juara satu nya dan mengacung-acungkan nya ke arah Lim.
"Suatu saat kamu akan mampu menakhlukan dunia boy" gumam Lim dalam hati.
Lim pun membawa Erick ke resto sang mommy.
"Ayo kita kejutkan mommy" ajak Lim, Erick mengangguk antusias.
Sesampai di resto, sang bocah berjalan gontai sambil menunjukan kepalanya, dia terlihat sedih menghampiri sang mommy di balik meja kasir.
"Momm" lirih Erick tak bersemangat, hati Irene berdenyut nyeri melihat ekspresi sang putra yang tak membawa pulang piala kemenangan, tapi dia tetap mengembangkan senyum nya pada Erick, seolah mengatakan "tidak apa-apa, masih ada hari esok".
Erick mematung di dekat sang mommy, berlahan mengeluarkan sesuatu dari balik punggung nya, dan memamerkan pada sang mommy sambil menyengir lebar tanpa dosa.
"Erick menggoda mommy" Irene segera mengejar putra nya yang lari ke ruang belakang yang memang dikhususkan untuk keluarga Irene bersantai, resto nya sudah jauh lebih luas dari sebelum nya.
"Ampun mommy" Erick terus terpingkal karena serangan Irene yang kesal dijahili oleh sang putra.
Setelah mandi, Irene menyiapkan mandu untuk Lim dan Erick yang sudah kelaparan, dengan perut kenyang mereka pun tertidur.
Dan Tzuyu sepertinya sudah lupa dengan perkataan Somi tempo hari, dia tak terganggu sama sekali dengan pendapat sahabatnya itu.
Dan dirumah malam itu, Erick merangkak ke pangkuan Lim dan melingkarkan lengan kanan nya ke leher Lim.
"Hyung, Erick ingin memperlihatkan piala ini pada daddy" kata sang bocah menatap benda di tangan kiri nya.
Lim melirik Irene yang menunduk menyembunyikan wajah sendu nya, Seo juga membuang tatapan nya keluar jendela.
"Minggu ini, Erick tidak ada jadwal tandingan, dan kita akan menemui daddy" jawab Lim.
"Benar kah hyung, janji?" Wajah Erick berubah sumringah, menatap penuh harap pada kedua mata Lim.
Tzuyu hanya diam di depan pintu kamar nya mendengar pembicaraan Lim dan Erick, dalam hati, dia marah dan kecewa pada daddy nya, dia kemudian membalik kan tubuh nya, dan kembali masuk ke dalam kamar nya, Irene beranjak ke kamar mandi untuk menghapus jejak air matanya, kemudian mengetok pintu kamar sang putri.
Ceklek
Irene membuka sendiri pintu kamar Tzuyu karena sang putri tak merespon ketukan nya.
"Jangan paksa Tzuyu untuk ikut bertemu daddy, aku tidak mau" tolaknya sebelum sang mommy sempat berkata apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragoste
De TodoCinta yang sebenarnya selalu datang tanpa sengaja, tanpa rencana, dan tanpa dinyana, semua mengalir sewajarnya, sampai dia tiba-tiba datang, tanpa memandang pada siapa, kenapa, dan mengapa.