26. Mengalah

2.3K 258 31
                                    

"Tzuyu-ahh" Lim melompati sofa menuju tempat sang gadis berdiri mematung, dia bahkan mengabaikan pecahan kaca yang melukai kaki nya, karena terlalu panik dan khawatir pada Tzuyu.

Saat Lim mendekat dan hendak meraih tangan Tzuyu, sang gadis mengelak.

"Oppa bisa jelas kan. . . " Lim berusaha memberi pengertian.

"Oppa jahat, aku kecewa dengan oppa, kenapa oppa mengkhianati kepercayaanku, dan kenapa harus mommy, kenapa??!!" Teriak Tzuyu tak terima sambil memukuli dada Lim.

"Kenapa oppa, kenapa, oppa bisa mencari perempuan lain, tapi jangan mommy, ku mohon" tangis Tzuyu melemah, menjadi sesenggukan.

"Karena oppa mencintai mommy mu" lirih Lim, dibelakang nya Irene juga sudah tak mampu menahan air mata nya.

"Persetan dengan cinta, daddy dulu juga bilang mencintai mommy, tapi apa?" Teriak Tzuyu lagi, emosi kembali menghinggapinya.

"Pergi oppa, aku tak sudi melihat mu, dan jangan temui mommy ku lagi" usir Tzuyu yang perkataan nya terdengar begitu tajam.

Lim terdiam, dia menunduk, dunia nya terasa runtuh mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Tzuyu, gadis lugu yang biasa bermanja dengan nya, sekarang bahkan berani membentak, teriak dan mengusir nya.

Irene buru-buru menahan lengan kiri Lim, sambil terus menggeleng, dia tak ingin Lim keluar dari rumah nya.

Lim tersenyum paksa menatap sang kekasih yang menangis tanpa suara.

"Kamu pasti bisa tanpa ku, aku tahu kamu wanita kuat, masih ada anak-anak, berjuanglah demi mereka" pesan Lim dengan tangan kanan nya yang berada di tengkuk Irene.

"Selamat tinggal" lirih Lim melepas paksa tangan nya dari cengkeraman Irene, dan berjalan tergesa meninggalkan rumah Irene.

Luruh sudah tubuh Irene dan Tzuyu dilantai begitu Lim pergi, kedua nya menangis dengan rasa sakit yang sama di hati, Tzuyu yang merasa dikhianati, dan Irene yang terpaksa pisah dari pria yang dicintai nya.

Pagi nya

Erick sudah bersiap untuk ke sekolah, tapi dia bingung tak mendapati mommy dan noona nya pagi itu, dia hanya duduk sendirian di meja makan yang tak terhidang apa-apa untuk sarapan nya.

"Erick" kaget Seo yang kebetulan berkunjung pagi itu hanya sekedar ingin mampir sebentar.

"Kemana mommy?" tanya Seo khawatir, dia segera menyiapkan roti tawar dan susu untuk keponakan nya, karena hari sudah siang, Erick hanya menggedikan bahu nya.

"Noona?" Tanya Seo lagi, Erick menggeleng.

"Ayo aunty antar sekolah, makan sarapan mu di mobil saja ne" perintah Seo, dia mengantar Erick dengan pikiran kalut penasaran dengan yang terjadi di rumah unnie ipar nya.

Setelah mengantar Erick, Seo kembali ke rumah Irene, pertama yang dia tuju adalah kamar Tzuyu, dia makin cemas saat menemukan pecahan gelas dan ceceran darah milik Lim.

"Tzuyu-ahh" panggilnya khawatir

Ceklek

Kosong

Dia berjalan menuju ke kamar sang unnie dengan perasaan campur aduk.

"Unnie. . . Unnie. . . " teriak Seo sambil menggedor pintu, yang ternyata tak di kunci.

Deg

Seo membeku menatap punggung unnie nya yang terduduk diatas ranjang dan menghadap jendela, berlahan dia mendekat, makin terkejut melihat wajah pucat Irene dan tubuh nya yang mendingin.

"Unnie" panggil Seo nyaris berbisik, tangan nya menggenggam tangan unnie nya.

"Apa yang terjadi unnie?" Tanya Seo  yang mengambil tempat duduk disebelah Irene.

"Tzuyu mengetahui hubunganku dengan Lim" jawab Irene pelan, air matanya kembali menetes mengingat kejadian semalam, dia kemudian menceritakan semua nya pada Seo.

Dan semenjak kejadian itu, Lim dan Irene tak pernah bertemu lagi, karena Tzuyu yang melarang nya, tapi Erick masih bertemu Lim di tempat latihan, Erick diantar oleh Yoong, kadang Seo.

Berhari-hari Lim tak muncul di bengkel nya, hanya Sinb dan Mark pegawai baru Lim, semenjak menjadi sponsor untuk Erick, bengkel Lim memang menjadi semakin ramai.

Irene gelisah, sang pemilik rindu tak pernah terlihat dibengkelnya, tak masalah tak bisa memeluknya, bagi Irene, dengan melihat Lim dan memastikan dia baik-baik saja sudah cukup untuk mengobati kerinduan nya, tapi nyatanya, berbulan-bulan Lim tak terlihat.

Raga Irene bagai tak berjiwa, dia hanya akan berbicara seperlu nya, lain jika dengan Erick dan Tzuyu, tapi, anak-anak itu tidak bisa melihat kekosongan dan kehampaan yang terlihat jelas di kedua mata Irene.

Seulgi menepuk-nepuk bahu Lim, menguatkan sang sepupu yang hampir menangis melihat perubahan Irene yang jauh lebih kurus dan banyak melamun sekarang, Irene tak tahu, Lim sang pemilik hati tengah mengawasinya, karena sangat merindukan pemilik hati nya, Lim meminta tolong pada sang sepupu untuk menemani nya menguntit Irene, tapi yang dia lihat, malah membuat hati nya semakin sakit, Lim memperhatikan gerak gerik Irene yang menutup resto nya malam itu, sang wanita tak tahu, pemuda tercinta nya berada dalam sebuah mobil yang sedang mengawasinya dari seberang jalan, sampai mobil Yoong datang untuk menjemput raga yang nampak sangat rapuh itu.

"Kamu masih tak ingin memperjuangkan nya Lim?" Tanya Seulgi begitu mobil Yoong berlalu dan menghilang.

Lim membuang tatapan nya ke depan, lalu menarik nafas dalam-dalam.

"Untuk apa aku merasakan kebahagiaan diatas penderitaan anak-anak nya Seul? Bagi ku, kebahagiaan Erick dan Tzuyu adalah segalanya, jika tanpa ku mereka bahagia, aku rela mengalah meski aku juga tersiksa" jawab Lim bijak.

"Hanya Tzuyu yang menentang nya bukan, coba dekati dia, yakinkan dia jika perasaanmu pada mommy nya tak main-main" bujuk Seulgi, dia juga miris melihat sepupu nya yang berubah jadi pemurung.

Mendapat suntikan semangat, Lim pun akhirnya memutuskan untuk menemui Tzuyu di kampus nya, dia duduk diatas motor nya menunggu sang gadis keluar.

"Tzuyu-ahh" teriak Lim, dia melompat dari jok motor nya dan berlari menghampiri sang gadis.

"Ayo Somi-ahh" Tzuyu menarik cepat tangan sahabatnya untuk berlari menghindari kejaran Lim, tapi dia tak menyerah, dia masih berusaha untuk menemui Tzuyu meski selalu berakhir dengan kegagalan.

"Tzuyu-ahh, aku tak tahu apa yang terjadi denganmu dan Lim oppa, tapi aku tak tega melihat usaha nya untuk menemui mu, kalian dulu begitu akrab, kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?" Tanya Somi pada sahabatnya saat mereka sedang berada di kantin kampus.

"Kamu benar Somi-ahh, mommy dan Lim oppa, mereka berkencan" beritahu Tzuyu menjatuhkan kepalanya diatas meja kantin, mulut Somi menganga tak percaya dengan pengakuan Tzuyu, pikiran nya blank.

"Lalu apa salah nya?" Tanya nya lagi setelah sadar dari keterkejutan nya.

"Aku tak ingin mommy kembali menelan kekecewaan seperti yang daddy lakukan pada nya, belum lagi usia mereka terpaut jauh, aku tidak percaya ada cinta diantara jarak itu" alasan Tzuyu.

"Jika cinta sudah berbicara, jarak itu tak ada artinya, itu hanya sekumpulan angka yang tidak berarti apa-apa, tidak adil rasanya jika kamu menganggap cinta mereka tidak tulus hanya karena jarak, bukan kah akan sangat menyenangkan memiliki papa baru seperti Lim oppa, dia yang begitu dekat dengan mu dan Erick, aku bahkan iri dengan keakraban kalian, sangat jarang seorang ayah tiri mau berbaur dengan anak tirinya apalagi anaknya sudah seusiamu" ujar Somi.

"Diamlah Somi-ahh, aku pusing mendengar kata-kata mu" ucap Tzuyu menutup kedua kuping nya malas.

"Terserah, jika kamu tak merestui  Lim oppa, biar ku kenalkan dengan unnie ku saja" kelakar Somi.

"Kalau Krystal unnie mau, kenapa tidak" jawab Tzuyu masih belum merubah posisi nya, mereka tidak tahu jika selama ini Krystal dan Lim sudah saling mengenal.

#TBC

DragosteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang