"There lived with the way you choose, at least you will not regret that your choice."
"Oppa..." lirih seorang wanita yang nampak duduk dengan lega di kursi depan penumpang. Di sebelahnya ada seorang pria tampan yang duduk dengan netra yang fokus pada jalanan.
"ada apa?" sahutnya singkat.
"terimakasih untuk yang tadi." ujar Ye Seul sedikit pelan.
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata apapun. Membuat Ye Seul yang melihatnya merasa bahwa pria itu tengah menahan kekesalan.
"Oppa marah padaku?" Ye Seul mengigit bibir bawahnya seraya menunggu jawaban pria di sampingnya.
Pria itu lantas menarik napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Sedikit menoleh pada Ye Seul yang masih setia menatapnya. "Aku tidak pernah bisa marah padamu Seul-ah."
Ya begitulah Seokjin. Pria yang kini tengah mengemudikan mobil mercedez miliknya di bawah langit jingga sore hari. Pria itu memang tidak pernah bisa sedikit pun marah pada Ye Seul, sekalipun wanita itu melakukan kesalahan yang fatal, Seokjin hanya bisa mengelus dada sembari berharap apa yang wanita itu lakukan memang yang terbaik untuknya.
"kalau begitu jangan diam seperti itu lagi." ancam Ye Seul.
Seokjin terkekeh pelan. "tidak lagi."
Keduanya larut dalam keheningan di mobil beraroma pinus itu. Hanya ada suara musik yang mengalun indah dari balik radio yang sengaja Seokjin nyalakan agar tidak terlalu senyap.
"Ye Seul..."
"hm?"
"boleh aku bertanya?"
"silahkan."
"apa kau sadar apa yang telah lakukan tadi?" tanya Seokjin mencoba mengingatkan kembali pada Ye Seul.
"haruskah kita membahas hal itu sekarang?" Ye Seul nampak tidak menyukai arah pembicaraan Seokjin saat ini.
"kau hanya perlu menjawabnya." desak Seokjin menuntut jawaban.
"ya aku sadar," jawab Ye Seul sedikit malas. "oh ayolah, lagipula itu hanya sebuah pelukan. Jangan di besar-besarkan."
Lantas pria yang saat ini memakai kacamata memalingkan wajahnya ke sisi lain. Seakan malas untuk berbicara lagi dengan lawan bicaranya.
Sementara Ye Seul yang menyadari perubahan raut wajah pada Seokjin di sebelahnya segera berbicara. "Biarkan kali aku melakukan apa yang harus kulakukan." terangnya.
Seokjin diam bergeming.
"Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya aku masih belum bisa menerima semuanya." kata Ye Seul diakhiri senyum getir.
Seokjin yang mendengarnya menoleh cepat, Terkejut lebih tepatnya. "Seul-ah..." lirihnya. "Jadi kau menyesal? Kau menyesali apa yang menjadi keputusanmu saat itu?"
"Aku tidak berkata bahwa aku menyesal, hanya saja....." Ye Seul menjeda ucapannya, membiarkan rongga paru-parunya terisi oleh udara. "Aku tidak bisa mengatakannya."
Ye Seul menatap Seokjin. "Jangan khawatir." Ucapnya ketika melihat ekspresi risau pada wajah Seokjin.
Seokjin membuang napas kasar. "Lalu, kenapa kau harus melakukan hal seperti tadi?" Tanya Seokjin hati-hati.
"Melakukan apa hm?" Ye Seul justru balik bertanya, seperti tengah menantang pria itu.
Seokjin menarik napas panjang. "Kau tentu masih ingat bukan jika Yoongi sudah---"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN || MYG
Fanfiction[COMPLETED] Lagi. Lagi. Dan lagi laki-laki itu membuat kesalahan. Kali ini tidak main-main, ia membiarkan wanita yang telah dengan tulus mencintainya pergi begitu saja. Bahkan hari terakhir dimana mereka bertemu ia masih sempat memberikan kesan b...