N [CRYING OVER YOU]

6K 478 61
                                    

"you don't mean to be a problem, you don't mean to cause me pain, you don't mean to do much."




Harus Ye Seul akui dirinya memang jahat. Karna sikapnya selama ini Ye Seul harus menerima atas apa yang ia lakukan. Dia yang memulai semuanya, dia juga yang membuat keputusan tersulit baginya. Sampai dimana Ye Seul memutuskan untuk pergi dari semuanya saat itu, ia benci. Ia benci pada dirinya sendiri karna untuk kesekian kalinya dialah yang harus mengalah. Ye Seul yang harus mundur meskipun itu terasa berat.

Semakin hari Ye Seul merasa kian lelah. Berjalan seorang diri, menyusuri jalan mencari titik terang dimana ia bisa mendapatkan ketenangan yang abadi disana. Namun nyatanya tidak semudah itu. Ada harga yang harus ia bayar untuk mendapatkannya, salah satunya Ye Seul harus merubah apa yang sudah melekat pada dirinya. Membuat semua orang membencinya, menjadikan dirinya alasan kesedihan orang lain, atau mungkin menjadi alasan kerinduan yang sengaja ia mainkan.

Ini bukan pasal siapa yang salah dan yang benar, siapa yang kalah dan yang menang, bukan pula siapa yang lemah dan siapa yang kuat. Tapi ini pasal mereka yang siap menerima apa yang telah tuhan rencanakan untuknya. Dan Ye Seul menerima saat bagaimana Tuhan memberikan anugrah terindah di hidupnya yang tentu akan ia jaga dengan sepenuh hati meskipun tanpa bantuan siapapun.

Selepas dari Cafe miliknya, Ye Seul memilih untuk langsung pulang. Ye Seul berjalan gontai memasuki rumahnya yang selalu sepi. Bibi Shin menghampirinya kala itu, menyambut kedatangan Ye Seul dengan ekspresi cemas saat melihat wajah Ye Seul yang pucat pasi berdiri diambang pintu.

"malam bi," ujarnya lemah, dengan senyum tipis namun terlihat seperti tengah menahan rasa sakit. Berjalan melewati bibi shin yang masih menatapnya risau, melepas jaket kebesarannya dan menaruhnya asal.

"wajahmu pucat Nak, kau baik-baik saja?" tanya bibi Shin khawatir, ia meraih lengan Ye Seul erat takut jika wanita cantik itu tiba-tiba saja tumbang dan terjatuh.

"hanya sedikit lelah saja bukan apa-apa," jawab Ye Seul sedikit tersenyum.

"Nona pasti melupakan obatnya lagi bukan?" selidik bibi Shin, paham akan kondisi Ye Seul saat ini. Untuk kedua kalinya Ye Seul tidak meminum obatnya. Biasanya setiap pagi Bibi Shin selalu menemukan Ye Seul yang sudah duduk santai di meja makan, melahap roti panggang buatannya lalu diakhiri dengan minum obat yang seakan menjadi rutinitasnya setiap pagi. Namun kali ini Bibi Shin tidak melihat hal itu, bahkan wanita paruh baya itu pun melihat bagaimana nasi goreng buatannya masih utuh tidak tersentuh sama sekali tadi oleh Ye Seul. Dan hal yang sama terjadi dimana bibi Shin selalu mendapati wajah pucat Ye Seul jika wanita itu mengabaikan obatnya.

Ye Seul menyengir, "tadi aku buru-buru, tidak sempat untuk meminumnya." Ye Seul mencari pembelaan. Bibi Shin menghela napas, ia sudah tahu hal itu sebenarnya. "tunggu disini, bibi akan ambilkan obatnya dulu." titahnya,wanita paruh baya itu mendudukkan ye Seul di sofa biasanya sementara ia berlalu kebelakang untuk mengambil obat dan segelas air hangat untuk Ye Seul.

Tak lama bibi Shin kembali, ia memberikan beberapa butir obat untuk Ye Seul minum. Tanpa menunggu, Ye Seul langsung menerimanya lalu menelannya kemudian disusul dengan meminum air hangat untuk menentralisir rasa pahit dari obat tersebut.

Sebenarnya tidak pahit sama sekali, hanya saja jika minum air hangat Ye Seul bisa lebih mudah untuk menelan obat tersebut.

Ye Seul memberikan kembali gelas tersebut pada bibi Shin, "terimakasih bi," bibi Shin hanya tersenyum, "sebaiknya Nona beristirahat saja, nanti bibi akan bawakan makanan ke kamar Nona." ucapnya.

"tapi aku ingin mandi dulu, bisa tolong bibi siapkan air hangat untukku?" pinta Ye Seul lembut.

Bibi Shin mengangguk sebagai jawaban.

AGAIN || MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang