"you're the shine that rose again in my life, that second coming of my youthful dream, I don't know what this feeling is wheter this is all of dream."
"Appa!" pekik seorang anak laki-laki, mengundang seluruh pasang mata yang mendengarnya kala itu langsung mengalihkan pandangannya pada sosok anak laki-laki yang sedang berlari kecil dengan tas di punggungnya bergambar kartun Cars. Wajah bahagianya tercetak jelas disana, senyumnya kian lebar tatkala langkahnya semakin dekat pada seseorang yang baru muncul di pintu keluar bandara.
Tidak peduli suara milik sang ibu yang memperingatinya dari belakang agar tidak berlarian seperti itu, anak itu terus berlari. Sementara diseberang sana, lekaki yang di panggil Appa oleh sang anak laki-laki melihat hal itu. Sudut matanya berkerut menandakan bahwa dirinya tersenyum dari balik masker yang ia kenakan. Pria itu berjongkok di tengah-tengah pejalan kaki dengan kedua tangan yang direntangkan, membiarkan tas tenteng bergambar ular merah itu tergeletak di lantai.
Hingga akhirnya tubuh mungilnya langsung menghambur kedalam pelukan seorang lelaki dengan perawakan tinggi serta wajah yang terutup masker juga tudung jaket yang menutupi kepalanya.
Anak itu memeluk tubuh sang lelaki begitu erat, tangannya yang pendek melingkar lembut di sekitar leher sang pria dengan kepala yang bersandar di curuk leher sebelah kiri, menghirup aroma yang sudah lama tidak ia hirup.
Wangi.
"Sean sangat merindukan Seokjin Appa." gumam sang anak pelan, semakin kuat memeluk Seokjin disana, seakan menunjukkan bahwa dirinya memang sungguhan rindu. Mengendus aroma parfume disekitar leher Seokjin.
Acara pelukan itu berlangsung cukup lama, Sean tidak ingin lepas dari Seokjin. Anak itu terus menempel dan tidak ingin jauh dari pria itu setelah mereka bertemu saat ini. Wajar saja, mengingat Sean jarang sekali bertemu dengan Seokjin, dan bisa dihitung dengan jari berapa kali mereka bertemu dalam satu tahun ini.
Seokjin yang mendengarnya tersenyum hangat, di elusnya punggung anak laki-laki itu yang memakai jaket hitam dengan bulu-bulu putih di kerah lehernya.
"Appa juga sangat merindukan Sean," balas Seokjin, kali ini ia mencium pucuk kepala anak itu lembut. Menumpahkan segala kerinduannya yang membuncah tak tahan pada anak berumur 4 tahun yang semakin hari semakin tampan dan tentunya menggemaskan bagi Seokjin.
"ayo kita kesana!" ajak Seokjin, Sean mengangguk menurut. Seokjin langsung mengangkat dan menggendong anak itu. Menempatkan satu tangannya dibawah pantat Sean untuk menahan agar anak itu tidak jatuh, sementara tangan lainnya diletakkan di punggung Sean dan tak lupa membawa tas tentengnya disana.
"biar Sean bawakan." kata Sean melihat Seokjin yang kesusahan membawa tas hitamnya.
Seokjin mengulas senyum dibalik maskernya, "apa Sean kuat?"
Sean mengangguk mantap, "Sean selalu membantu mommy mengangkat mainan, jadi Sean sudah kuat." cerita Sean mengingat kembali saat dimana anak itu membantu sang Ibu membereskan mainannya yang sudah menumpuk seperti gunung di kamarnya dan memindahkannya ke gudang.
Seokjin terkekeh mendengarnya, anak itu benar-benar lucu saat bercerita. "baiklah, bawa dengan baik tas Appa hm?" Seokjin menyerahkan tas miliknya untuk dibawa oleh Sean.
"siap kapten!" serunya antusias, memeluk erat tas milik Seokjin kedalam dekapannya.
"dimana Mommy?" tanya Seokjin, matanya menyapu seluruh area tempat untuk menunggu.
Sean menunjuk sebuah kursi panjang dimana disana terlihat seorang perempuan yang tengah duduk dengan ponsel yang menempel di telinganya, seperti sedang berbicara pada seseorang melalui sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN || MYG
Fanfiction[COMPLETED] Lagi. Lagi. Dan lagi laki-laki itu membuat kesalahan. Kali ini tidak main-main, ia membiarkan wanita yang telah dengan tulus mencintainya pergi begitu saja. Bahkan hari terakhir dimana mereka bertemu ia masih sempat memberikan kesan b...