(8)

10.3K 1.2K 457
                                    

Menit terus berganti, jarum jam terus berjalan melingkar, matahari mulai bersembunyi dan langit mulai berganti warna menjadi gelap. Namun bagi Kim Seokjin ia masih tetap duduk diatas ranjangnya, membiarkan seluruh ruangannya gelap, angin dingin semilir tetap masuk lewat jendela dan tirainya yang terbuka dan tubuh yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Bibir tebalnya ia gigit kecil-kecil, tatapannya kosong dan jemarinya mencubit-cubit kecil selimut yang menutupi kakinya. Seharusnya ia belajar malam ini, seharusnya ia sudah makan semenjak siang, seharusnya ia sudah mandi dan berganti pakaian, seharusnya ia sudah meminum susunya, seharusnya... ia sudah melupakan semua kejadian pahit yang menimpanya.

Namun sekalipun seminggu telah berlalu, ia masih merasa mendengar suara Namjoon, mendengar bahwa lelaki itu sudah tak mau lagi berjalan disampingnya, ia akan sendirian berbelanja, ia akan sendirian datang ke rumah sakit, ia menghadapi kenyataan bahwa ia sendirian saat ini. Namjoon memang datang beberapa kali menjenguknya, memberinya makan, nyatanya... Seokjin tetap sendiri.

Perutnya menjadi sedikit lebih besar dari minggu lalu, apakah tiap minggu perutnya membesar? Seokjin benci itu. Tapi ada saat-saat dimana dunia memberikan sedikit nafas pada Seokjin, jurusan Seokjin memberikan waktu empat hari sebagai hari tenang sebelum ujian berlangsung, selama empat hari pula, Seokjin tak pernah meninggalkan rumahnya. Ia melupakan belanjanya, ia melupakan masaknya, ia melupakan segalanya. Memilih memesan makanan yang sama selama empat hari, itupun hanya satu jenis makanan yang ia makan tiga kali dalam sehari. Ya, Seokjin tak seselera itu dalam makan sekarang. Tak hanya makan, ia bahkan tak berselera untuk membuka mata dan bernafas.

Terkadang perutnya memang terasa sedikit sakit, tapi tak ada yang Seokjin lakukan selain berbaring dan diam. Ia tak membutuhkan apapun, bahkan obat sekalipun. Berpikir, jika hal itu membuatnya mati, ia tak akan menyesal. Namun, Seokjin masih hidup hingga sekarang.

Sedari tadi yang terus ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar perutnya tertutup. Agar dirinya tak terlihat. Agar mata orang-orang tak memandangnya lagi. Dan bagaimana caranya terus menjauh dari Min Yoongi.

Maka keesokan hari yang Seokjin kenakan adalah pakaian besar nan tebal, meletakkan tas didepan dan berjalan begitu cepat. Tatapannya terus lurus seolah membelah jalanan, ia tak mau menanggapi tatapan orang, berangkat begitu pagi agar dirinya segera duduk dibangku ujian, lalu keluar paling akhir. Perutnya tidak terlalu terlihat, Seokjin mensyukuri itu meski badannya menjadi terlalu besar karena pakaian yang ia kenakan. Setidaknya, hal ini sudah berjalan dengan baik beberapa hari ini.

"Oke cukup berpura-pura membenciku, Seokjin." Seokjin terlonjak kaget hingga memundurkan badan saat mendadak Min Yoongi menampakkan wajah ketika ia hendak melangkah keluar dari ruang ujian.

"Yoon?" Cicitnya lalu menggigit bibir kecil.

"Katakan ada apa, jangan terus menghindariku sialan." Seokjin mengedarkan matanya menolak menatap Yoongi. Min Yoongi di depannya memang lebih kecil darinya, namun rasanya tatapan sahabatnya sangat mengintimidasinya dan Seokjin merasa kikuk. "Seminggu lebih sebelum ujian kau terus menghindariku, ah, kupikir kau memang ingin fokus belajar. Lalu empat hari selama masa tenang kau tidak menghubungiku, pesanku pun tidak kau balas. Dan sekarang? Katakan. Seokjin jangan diam saja ! Aku berbicara bahasa manusia ! Kau pasti paham, Demi Tuhan Kim Seokjin jawab aku!"

Bahu Seokjin terlonjak kaget, bentakan Yoongi sedikit bernada tinggi dan mendesis diakhir kalimat. Seokjin mencoba mengambil nafas mengeratkan tas dalam pelukannya. Yoongi kembali memeriksa seluruh pakaian Seokjin, memang beberapa minggu ini pakaian Seokjin sangat aneh, Yoongi ingin mengomentari hal itu namun Seokjin selalu menjauhinya.

"Oke jika tidak mau jawab, mungkin pertemanan kita sampai disini. Aku pergi."

Dan Kim Seokjin hanya berdiri menatap punggung Yoongi yang terus menjauh.

He is OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang