Namjoon menginap. Ia hanya pulang ke asrama untuk berganti pakaian. Lusa.. ia akan keluar dari asrama itu dan memilih tinggal di flat Jimin untuk sementara. Malam ini dirinya berbaring di sebelah Jungkook. Si kecil masih terjaga, tangan dan kakinya tengah terangkat seolah tengah bermain bersama udara. Sementara Seokjin menepuk-nepuk begitu lembut perut Jungkook agar anaknya tertidur. Namjoon diam memerhatikan.
"Jam itu.. pemberian Ibumu."
"Hm?" Seokjin sedikit terkejut karena sedari tadi suasana kamarnya hening. "Kenapa?"
"Jam, yang sempat kau tanyakan, itu dari Ibumu."
"Dari Ibuku?" Namjoon mengangguk, menopang kepala dengan tangan kanannya. "Bagaimana bisa?"
Namjoon tersenyum, tangannya memainkan jemari kecil Jungkook. "Sebelum pulang ke Seoul. Aku menemui Ibumu. Dan Ibumu memakaikan ini untukku. Seperti Ibuku yang memakaikan gelang jimat untukmu." Kening Seokjin berkerut.
"Namjoon?"
"Ibumu sangat baik. Lihat tadi kan? Kuharap hubunganmu dan Ibumu dapat membaik. Besok kita berkumpul lagi. Dekati Ibumu Seokjin. Beliau sangat menyayangimu." Seokjin terdiam, ia menatap mata Jungkook yang sayu dan mulai terpejam.
"Aku tak menyangka Ibumu merasa sebersalah itu hingga berlutut di depanmu. Seokjin-ah, banyak yang menyayangimu dan Jungkook."
Seokjin menatap Namjoon dengan cepat. "Tapi tidak untuk Ayahku." Tangan Namjoon yang semula bermain dengan tangan Jungkook, kini beralih menggenggam jemari Seokjin.
"Dia menyayangimu. Tapi dengan caranya sendiri. Untuk sekarang kau tak perlu memikirkan itu. Pikirkanlah semua orang yang berada dekat denganmu. Aku contohnya-" Seokjin melirik lalu terkekeh, berbalas mengenggam tangan Namjoon.
"Namjoon-ah."
"Ya?"
"Jika nanti aku kembali takut pada Ayahku. Jika nanti Ayahku benar-benar kembali dengan egonya. Tolong ingatkan aku, bahwa aku memilimu, memiliki Ibu dan Hyungku, memiliki keluargamu dan memiliki Yoongi, Hoseok, Jimin dan Taehyung. Bahwa aku tidak sendirian."
Namjoon tersenyum. Ia menatap tangannya yang saling bertautan dengan tangan Seokjin. "Seokjin.."
"Hm?"
"Tolong sampaikan untuk calon suamimu nanti. Bahwa ia sangat beruntung memilikimu." Seokjin tersenyum, sedikit terkekeh lalu mengangguk mengiyakan.
.
.
.
Namjoon tak pernah menyangka jika hari ini akan terjadi dalam hidupnya. Seperti biasa, ia dan Seokjin juga Taehyung Jimin Hoseok akan naik mobil Yoongi. Namun kali ini, ada satu mobil lagi yang mengekor di belakang mereka. Mobil Seokjung penuh dengan keluarga Namjoon.
Namjoon tak pernah menyangka jika akan ada hari dimana, keluarganya dan keluarga Seokjin duduk dalam satu lingkaran meja makan.
Mereka memilih sebuah restoran yang masih berada di pusat Seoul. Dengan ukuran meja yang sangat besar, dan gurauan canda yang begitu terdengar. Meski berawal dengan sebuah kecanggungan dan kekakuan, semua mengalir begitu saja. Jungkook bahkan kini berada dalam gendongan Ayah Namjoon.
Sarang yang terus bermain dengan Jungkook, adik laki-lakinya yang tengah mengobrol bersama Hoseok dan Taehyung, Seokjung yang tengah mengobrol dengan Yoongi dan Jimin, dan Seokjin yang tengah mengobrol dengan Ibunya dan Ibu Namjoon.
Ini, nyata?
Namjoon tak pernah membayangkan atau memimpikan hal seperti ini. Ia tak pernah terbayangkan akan ada momen seperti ini dalam hidupnya. Beban yang selama ini menjeratnya seolah menguap begitu saja. Hari ini seolah terasa begitu normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Ours
FanfictionSiapa yang disalahkan? baik Seokjin maupun Namjoon keduanya bersalah. namun tak ada yang bisa mereka lakukan ketika mereka mendasari kata 'tak siap' dan dalam benak mereka, mereka membenci dunia, mungkinkah mereka akan bertahan hingga akhir? Namjin...