He is ours

14.6K 1.1K 254
                                    

Halaman baru kehidupan Seokjin seolah dimulai ketika ia melihat sebuah tanda yang membuktikan ada sesuatu dalam perutnya. Ia takut pada dirinya sendiri, pada orang tuanya, pada teman-temannya juga pada Namjoon. Seokjin hanya duduk terdiam meremas lemas kaosnya. Ia tak dapat memejamkan mata, ia tak dapat menjerit, ia tak dapat mengatakan apapun, Seokjin sangat ketakutan.

Lalu ia mencoba memberanikan diri menghubungi Namjoon, meminta pria itu menemuinya dan ia mengatakan yang sejujurnya. Kala itu Seokjin bukan takut Namjoon akan meninggalkannya, bukan takut kalau Namjoon marah pada—Seokjin takut jika Namjoon juga tak dapat menyangkal semua ini. Artinya semua adalah kenyataan.

Tidak ada yang membahagiakan dalam minggu-minggu awal, perutnya sakit, rasanya mual, dan membuat Seokjin benci. Bagaimana bisa sesuatu yang tak ia inginkan hadir justru merepotkannya? Dari awal ia tak berharap sesuatu dari Namjoon selain pria itu diam tak mengatakan pada siapapun dan mau sedikit mendukungnya.

Seokjin merasa sendiri, ia merasa kesepian, Ken saat itu menjadi sosok penghiburnya, tentu, ia harus menghibur dirinya sendiri dengan memandang sosok yang ia sukai. Namun lambat laun Seokjin menyadari, ia tetap kesepian, dari awal ia sudah terluka dan tak mungkin ia bertambah melukai Ken dan membuat pria itu malu.

Seokjin pun tak ingin membuat Yoongi malu, ia tak ingin membuat Yoongi membenci dan menjauh darinya. Seokjin begitu kesepian lalu Namjoon perlahan menjauh. Ia semakin tak menyukai sesuatu yang ada dalam perutnya. Janin yang ada dalam perutnya sama sekali tak menemaninya justru membuat Seokjin kehilangan semuanya.

Namun perlahan-lahan Yoongi mengulurkan tangan, sahabat yang ia pikir akan meninggalkannya itu justru memeluknya hangat tanpa menanyakan apapun. Dan untuk pertama kalinya ada yang menyebut janin adalah malaikat untuknya. Sesuatu yang ia sembunyikan setengah mati itu membuat orang-orang mulai datang padanya.

Namjoon, pria itu menjadi sosok yang lebih dewasa ketika Namjoon kembali dari rumahnya. Merengkuh Seokjin hangat, menatap Seokjin lembut, mulai menatap pada perutnya, dan mulai berjuang dengan megenggam tangannya.

Hoseok adalah seseorang yang sama sekali tak pernah Seokjin sangka menjadi kekuatan untuk dirinya dan Namjoon. Ketika ia duduk di atas motor Hoseok, megenggam ice cream mint choco pesanan Hoseok dan memakannya perlahan, saat itu Seokjin ingin menangis kencang dan ia ingin turun. Ia memakan sesuatu yang tak ia sukai, ia duduk bersama Hoseok yang bisa saja membuat hidup Namjoon hancur, namun Seokjin harus tetap duduk diam. Dan jika ia kembali mengingat, pertemuannya dengan Hoseok adalah sebuah keajaiban.

Lalu ada Taehyung dan Jimin. Dua lelaki tampan yang tanpa tahu siapa Seokjin, mau menolongnya tanpa meminta apapun. Taehyung menatapnya garang namun penuh ketakutan, memaksanya untuk selalu berada disisinya—Taehyung mencoba melindunginya sekalipun mereka tak saling mengenali satu sama lain. Jika tanpa mereka, Seokjin tak tahu dimana ia akan duduk dengan tenang dan dapat mengelus perutnya.

Ketika Ayah dan Ibunya datang, Seokjin pikir semuanya akan berakhir termasuk bayi dalam perutnya. Ia melihat amarah Ayahnya dan kekecewaan dari raut lembut Ibunya. Sat itu Seokjin merasa bahwa dirinya adalah orang paling jahat di dunia ini. Karena kecerobohan dirinya, bayi dalam perutnya harus merasakan sesuatu yang menyakitkan.

Tak hanya raut kedua orang tuanya, tatapan kedua orang tua Namjoon juga membuat Seokjin ketakutan. Kedua orang tua Namjoon pun tak menerima bayi dan dirinya, Seokjin kembali merasakan bahwa ia benar-benar jahat. Ia yang menyebabkan bayi dalam perutnya menjadi sosok yang dibenci banyak orang.

Seokjin memang tak mengatakannya pada Namjoon. Tapi dulu ia benar-benar ketakutan jika bayi itu lahir. Banyak yang membencinya, banyak yang tak ingin kehadirannya, bahkan Seokjin pun takut ia tak dapat sekuat yang Namjoon kira.

He is OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang