"Oh Kim Seokjin kan?"
Setelah sadar dari keterkejutannya, Seokjin segera berbalik dengan panik, rasanya ia ingin segera menjatuhkan es krimnya dan berlari kencang.
"Eh tunggu, Seokjin?"
Sial sekali, dirinya tengah susah melangkah dengan cepat, "Hey Seokjin kenapa berlari?"
Jung Hoseok juga tak mengerti kenapa dirinya mengejar Seokjin dan kini dirinya berdiri memblokir langkah Seokjin. Jarak mereka begitu dekat, Seokjin bahkan memasang kembali maskernya sembari menunduk. Seokjin gugup luar biasa dan takut sekaligus.
"Seokjin, ini aku Jung-" Hoseok mencoba berkedip saat matanya turun kebawah tepat diperut Seokjin.
"Pergi Hoseok, dan jangan katakan pada siapapun kumohon,"Matanya sudah memanas, tangannya bergetar dengan kecil, tangan yang membawa beberapa keresek meremas sweaternya kuat. Takut, sungguh takut. Bahunya juga mulai bergetar, tiba-tiba rasa mual mengampiri perutnya. "H-hoseok k-umohon pergi."
"Hey Seokjin kenapa?" Hoseok berujar panik saat Seokjin justru menjatuhkan es krim dan mulai membungkuk kesakitan. "Seokjin astaga kenapa?"
Seokjin mencoba menggeleng. Ia sudah total menangis, rasa takut dan rasa nyeri menjadi satu. Perutnya melilit tidak karuan, seolah ada yang menarik perutnya, terasa begitu kencang. Kenapa ia menjadi seceroboh ini? "Astaga Seokjin kau kenapa?" Orang-orang yang melintasi mereka mulai memandang Hoseok dengan bingung, seolah Hoseok tengah melakukan kesalahan.
"Seokjin ayo duduk." Dengan lemah dan seolah tanpa sadar, Seokjin membiarkan Hoseok menuntunnya menuju tempat duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri. Setelah mendudukan Seokjin, Hoseok berjongkok tepat didepan Seokjin memandang Seokjin dengan khawatir.
"Seokjin apa yang sakit?"
Seokjin hanya menggeleng tersedu. Mendengar suara Hoseok justru membuatnya semakin ketakutan. "Aku tidak akan menyakitimu sungguh. Seokjin, kupanggilkan ambulans?"
"Ti-dak Hoseok, cukup tinggalkan aku saja,"
Hoseok mengerutkan kening. Ia kembali memandang perut Seokjin. "Tak akan, kau kesakitan. Atau mau kupanggilkan Namjoon?" Mendengar nama Namjoon, Seokin mulai menatap Hoseok lalu menggeleng dengan kuat. Hoseok menghela nafas bingung.
"Mau pulang? Kuantar? Aku membawa motor."
Seokjin tetap menggeleng dan itu semakin membingungkan Hoseok. Seokjin bukan orang seperti ini sebelumnya. Ia bahkan dapat melihat bahwa mata pria itu basah. "Kau takut padaku?"
Seokjin sempat terdiam terisak masih mencengkram sweaternya, lalu mengangguk dan sukses membuat Jung Hoseok terkejut. Hoseok juga ikut terdiam, ia mendadak menjadi bingung.
"Hey, kau itu teman Namjoon. Namjoon itu sahabatku, dan aku mengenalmu, aku tak mungkin menyakitimu Seokjin. Jangan takut padaku, kau bisa percaya padaku." Seokjin hanya diam. "Aku bersama Namjoon, mau kusuruh Namjoon mengantarmu pulang?" Seokjin kembali menggeleng dengan kuat.
"Oke kuantar oke? Kau nampak tidak sehat. Sungguh aku tak berniat jahat."
Seokjin tak menjawab namun air matanya masih menetes membasahi maskernya. "Kalau tidak percaya padaku aku panggil Namjoon loh." Hoseok bisa melihat lewat mata Seokjin yang bergetar panik. "Oke bisa jalan tidak atau mau kugendong nih?" Seokjin menatap Hoseok yang tersenyum.
"B-bisa."
"Oke sini kereseknya, kubantu berdiri, masih sakit?" Hoseok membantu Seokin berdiri dan menarik keresek Seokjin. "Tapi aku sudah pesan eskrim tadi. Aku bayar dulu ya. Sebentar." Seokjin berdiri mematung saat Hoseok justru berlari meninggalkannya dan kembali ke kedai eskrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Ours
FanfictionSiapa yang disalahkan? baik Seokjin maupun Namjoon keduanya bersalah. namun tak ada yang bisa mereka lakukan ketika mereka mendasari kata 'tak siap' dan dalam benak mereka, mereka membenci dunia, mungkinkah mereka akan bertahan hingga akhir? Namjin...