Tak ada yang bersuara setelah Namjoon menyebut nama Saeron. Jantung Namjoon tak dapat berdetak dengan kecepatan normal, seolah dapat meremukkan tulang rusuknya saat ini juga. Sementara Saeron yang diam di depannya membuatnya ingin tenggelam saat ini juga. Takut. Rasanya ia mendadak tuli, seolah dunia kini hanya berpijak pada Saeron, matanya tak bisa lepas dari wanita itu.
"Kau.. dengan siapa Namjoon? Boleh bic-"
"Oh Antonio, sudah membeli es krimnya?" Namjoon tersentak mendengar teriakan Hoseok, seolah tersadar ia mengalihkan mata dan melihat Hoseok tengah berjalan ke arahnya sementara Yoongi tertinggal di belakang sana. "Oh Namjoon sudah selesai? Eh Saeron?"
"Hoseok?"
Hoseok seolah terkejut lalu berdiri tepat di depan Seokjin, seolah tengah menutupi pria itu dari Saeron. Hoseok terus mencoba tersenyum dan melirik pada Namjoon yang masih menampakkan wajah begitu tegang. "Kalian sedang pergi bersama?" Saeron menoleh saat merasa seseorang berhenti di sampingnya. "Oh double date Namjoon?" Hoseok menelan ludahnya kasar, ikut merasa gugup seperti Namjoon. Sedangkan Yoongi yang baru saja bergabung mengerutkan kening.
"Siapa yang double date?" Tanya Yoongi dengan bingung.
"Ah tidak kami semua berteman, lagian mana mungkin aku sudah dapat yang lain sementara baru saja dicampakkan temanmu."
Saeron tersenyum, dan Hoseok menyadari itu bukanlah senyum yang biasa wanita itu tampakkan. Terasa berbeda. "Aku ingin berbicara sebentar dengan Namjoon, boleh?" Saeron sempat melongok agar dapat menatap seseorang di belakang Hoseok yang terus menunduk.
"O-oh." Namjoon sempat menoleh pada Hoseok seolah tengah meminta bantuan. "Ya tentu." Jawabnya lugas menyembunyikan rasa takutnya. Saeron mengangangguk dan mulai melangkah mencari tempat yang tak terlalu dekat dengan Hoseok.
"Oi Namjoon, aku, Fantiago dan Elano menunggu disini." Teriak Hoseok membalikkan badan menatap Namjoon yang berjalan dengan Saeron.
"Siapa wanita dan nama-nama yang kau sebutkan itu?"
"Itu Saeron, yang kemarin dekat dengan Namjoon. Dan nama-nama itu," Hoseok menyengir lebar menatap wajah Yoongi "Nama samaran untuk kalian biar Saeron tidak tahu. Wajah Seokjin kan tampan, takut banyak yang kenal."
"...kau ngomong apa si?"
Saat Hoseok dan Yoongi terus bergurau, Seokjin terus diam menunduk bahkan sudah tak menyentuh es krim nya lagi. Sedari tadi jantungnya juga membuat dirinya sulit bernafas. Kenapa es krim selalu menghadirkan kejutan tak terduga seperti ini?
Jujur, Kim Seokjin begitu ketakutan, semoga saja Namjoon baik-baik saja.
.
.
.
"S-saeron bagaimana kabarmu?" Mereka sudah berdiri tepat di depan sebuah toko roti yang terlihat begitu sepi. Namjoon terus menjilat bibir dan mencoba untuk tidak menatap langsung pada mata Saeron.
"Wah kau menanyakan hal itu disaat dirimu bahagia pergi bersama kekasihmu?"
"Kekasih?"
Saeron terkekeh sinis, "Kau pikir aku tak melihatnya? Aku melihatnya Namjoon. Bagaimana kalian saling berbicara. Jangan bilang kau hanya membuatku sebagai selingkuhanmu sementara itu adalah kekasihmu? Kau—"
"Astaga tidak."
"Namjoon-ah, kukira kau lelaki baik. Aku sangat menaruh hati padamu. Berfikir kau tidak seperti lelaki diluaran sana. Nyatanya? Kau memakai topengmu apik sekali Namjoon. Kau layak dipuji."
Ya, ia pemain topeng yang handal. Tapi bukan itu yang Namjoon inginkan.
"Kau benar-benar menyakitiku Namjoon." Kali ini Namjoon mengangkat wajahnya karena ia dapat mendengar suara bergetar Saeron. Dan benar, mata wanitu sudah memerah. "Aku selalu berpikir kenapa kau meninggalkanku. Aku selalu berpikir apakah kau bisa kembali? Aku selalu berpikir apa yang kurang dariku." Saeron tersedak karena kini ia menangis. "Itu.. menyakitiku Namjoon."
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Ours
FanfictionSiapa yang disalahkan? baik Seokjin maupun Namjoon keduanya bersalah. namun tak ada yang bisa mereka lakukan ketika mereka mendasari kata 'tak siap' dan dalam benak mereka, mereka membenci dunia, mungkinkah mereka akan bertahan hingga akhir? Namjin...