"Waaa udaranya sangat segar. Iyakan sayang?" Seru Seokjin bahagia, mencium kening Jungkook sekilas saat mereka berjalan mendekati mobil Yoongi.
Akhirnya ia bisa pulang.
Entah apa yang terjadi, entah apa yang semua orang lakukan, entah apa nantinya, Seokjin tak ingin tahu, yang ia pikirkan saat ini, hanya pulang, membawa Jungkook, menjauh dari keluarganya dan bersama Namjoon.
"Seokjin-ah, biar aku yang gendong Jungkook, Jimin Taehyung bantu Seokjin naik ke mobil." Yoongi menghentikan kursi roda Seokjin, Namjoon menarik Jungkook dari dekapan Seokjin, sementara Taehyung dan Jimin membantu Seokjin untuk masuk ke dalam mobil.
"Hyung jika lelah, nanti biar aku yang memangku Jungkook di mobil."
"Halah, itu maumu." Jimin merengut mendengar suara Hoseok, ia memanyunkan bibir lalu masuk ke mobil disusul Taehyung. Mereka duduk dibarisan paling belakang, berbeda, tak ada gerutu, karena bagi Jimin dan Taehyung bangku paling belakang lumayan bagus, mereka bisa melongok kapanpun untuk melihat Jungkook.
Mobil Yoongi mulai melaju, Seokjin tak dapat melunturkan senyum, pandangannya terus menembus kaca jendela mobil. Jika minggu lalu ia datang dengan rasa begitu berat, rasa takut yang hebat dan sejuta kekhawatiran, kini ia pergi dengan perasaan begitu ringan, kebahagiaan, dan Jungkook.
Seokjin dapat membawa pulang Jungkook.
Disebelahnya, tangan kanan Namjoon tengah mengelus rambut Jungkook, bayi itu tengah tertidur. Terkadang Jungkook akan bergerak dengan sendirinya, dengan bibir bergerak, tangan yang meninju kecil ke udara, Namjoon tak dapat menahan rasa gemasnya. Terlebih kini si bayi memakai sarung tangan berwana biru muda, baju berwarna putih dan beanie lembut berwarna biru muda juga.
"Oh—Namjoon-ah, kau punya jam tangan baru?" Seokjin yang sedari tadi memperhatikan Namjoon, menyadari kekasihnya memakai jam tangan yang tak pernah Seokjin lihat sebelumnya.
"Oh ini—dari seseorang." Ucap Namjoon dengan senyuman, alis Seokjin terangkat merasa penasaran.
"Dari siapa?"
Namjoon masih menampilkan senyumnya. "Nanti akan kuceritakan, sekarang kau istrahat dulu, perjalanan kita masih jauh." Untuk saat ini, biarlah Seokjin bahagia dengan keadaan yang ada. Namjoon tak berniat menyembunyikan tentang Ibu Seokjin, ia pasti akan menceritakannya, tapi nanti, disaat yang tepat. Dimana Seokjin akan siap menerima semua yang terjadi. Namjoon hanya ingin melihat kebahagiaan Seokjin lebih lama.
Satu jam setengah kemudian mereka berhenti di area istirahat, Namjoon menitipkan Jungkook pada Taehyung karena dirinya harus ke toilet. Memangku Jungkook dalam waktu yang lama juga sangat melelahkan. Terlebih ia harus membuat Jungkook merasa nyaman.
.
Mereka sampai di Seoul ketika hari menjelang sore, bahkan Namjoon sempat membeli beberapa makanan untuk Seokjin makan nanti malam. "Aku langsung pulang saja, mengantar Yoongi. Dia sangat lelah dan sepertinya ingin langsung istirahat."
"Lalu kau bagaimana Hoseok?"
"Motorku ada di rumah Yoongi, tenang saja. Kalian istirahatlah. Hey Jungkook, lain kali kita main, anakku yang lucu – aduh." Hoseok melirik sebal pada Namjoon yang baru saja menjitak tempurung kepalanya. "Aku pulang dulu." Ucapnya dengan nada sedikit kesal.
"Hoseok memang kalau ngomong suka sekata-kata, sebal." Seokjin hanya terkekeh melihat wajah Namjoon yang memekuk, berjalan dengan sedikit menghentakan kakinya. Seperti anak kecil, lupakah Namjoon kalau saat ini ia sudah menjadi seorang Ayah?
"Aku menaruh Jungkook di kamar dulu." Nyatanya, Jimin dan Taehyung mengekori, saat Seokjin meletakkan Jungkook di atas ranjang, kedua pemuda itu segera menempatkan diri di kedua sisi Jungkook. Memandang Jungkook dengan penuh takjub. Seokjin membiarkan itu dan memilih keluar menemui Namjoon yang kini tengah berdiri membereskan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Ours
FanfictionSiapa yang disalahkan? baik Seokjin maupun Namjoon keduanya bersalah. namun tak ada yang bisa mereka lakukan ketika mereka mendasari kata 'tak siap' dan dalam benak mereka, mereka membenci dunia, mungkinkah mereka akan bertahan hingga akhir? Namjin...