Shafa membolak balikkan halaman demi halaman buku keperawatannya namun tidak dapat menemukan tulisan dengan tinta biru yang ia tulis di sebuah kertas yang ia selipkan di buku perawat tersebut. Ia mulai risau dan dicarinya kertas tersebut hingga kesudut kamarnya. Namun nihil.
"Ya Allah kemana kertas itu? Ceroboh banget kamu Shafa, atau jangan-jangan terjatuh saat di rumah sakit waktu itu?" Shafa sangat gelisah. Ia tak bisa membayangkan jika Raihan menemukan kertas tersebut dan membacanya.
"Hamba serahkan segala urusan hamba padamu Ya Allah. Semoga tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan."
Di lain tempat, Raihan merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit atap. Ia teringat sesuatu yang pernah sangat ingin ia ketahui. Di ambilnya kertas tersebut dari saku jaketnya. Raihan membuka kertas tersebut dan membacanya.'Kamu'
Maafkan aku yang telah melabuhkan hati ini padamu saat pertama kali kita bertemu.
Aku melabuhkan hati ini tanpa ada alasan apapun.
Semua rasa yang tersemat di hati ini adalah fitrah yang Allah berikan.
Tapi apakah rasa itu terbalaskan?
Aku tak tau Ya Allah, sampai kapan hamba akan terus diam sambil memandangnya dari kejauhan.
Ia terlalu jauh, hingga hamba tak sanggup untuk menggapainya.
Tapi tak ada rasa letih sedikitpun yang hamba rasakan untuk terus mendo'akannya.
Semoga engkau memberikan hidayah yang besar atas fitrah yang suci ini.
Kamu...Arhab Raihan Ardhani;)
🍁🍁Raihan membulatkan matanya saat membaca bagian akhir dari tulisan tersebut. Apakah ia tak salah lihat? Apakah ia tak salah baca? Shafa menyukainya? Sejak kapan? Pertama kali bertemu kapan?
Raihan sangat terkejut atas isi surat tersebut.'Kenapa tak pernah bilang Shafa?'
'Pantas saja jika bertemu aku malu terus..Dasar' batin Raihan.Raihan segera menyimpan kertas tersebut di dalam lemarinya. Ia tak ingin siapapun mengetahuinya.
Tok tok tok..
"Masuk.." ucap Raihan.
Pintu menampakkan sosok Aluna sambil membawa segelas susu cokelat kesukaannya."Ada yang ingin mama tanyakan." ucap Aluna yang tengah duduk di kasur samping Raihan. Raihan hanya mengernyitkan dahinya tanda ia ingin tahu apa pertanyaan yang akan ibunya tanyakan.
"Apakah kamu ada perasaan sama Shafa?" tanya Aluna dengan lembut. Raihan hanya diam tak bersuara.
"Jangan membohongi mama. Kamu adalah tipe cowok yang gak gampang nganterin cewek pulang mas. Shafa gadis yang baik."
Raihan menatap Aluna lalu memeluknya.
"Aku gak tahu ma, aku belum bisa menetapkan hatiku sama Shafa." ucap Raihan.
"Istirahatlah mas, serahkan semua urusan pada Allah dan berdoalah."
Raihan menatap Aluna. Ia teringat jika Shafa sangat memerlukan bantuannya.
"Ma, sebenarnya Shafa sedang kesulitan ekonomi. Ia tak mau Raihan bantu dengan materi. Katanya, jika aku ingin membantunya carikan saja pekerjaan untuknya."
Aluna mencoba berfikir, menimang perkataan Raihan. Lalu tersenyum simpul.
"Suruh Shafa kerja di rumah kita mas, Bik Asih kan mau pulang kampung. Jadi tidak ada asisten rumah tangga. Tenang saja soal gaji ibu akan memberinya kapanpun ia butuh. Kalau waktu kuliah juga kan bisa bareng mas. Mama gak memaksakan ia untuk kerja seperti asisten pada umumnya."
Raihan memikirkan perkataan ibunya. Apakah Shafa mau menjadi asisten rumah tangga?
Entahlah, nanti ia akan coba menanyakannya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [SELESAI]✔
RomanceTak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sepucuk kertas yang kutulis dengan torehan tinta sederhana mampu merubah kenyataan hidupku. Aku selalu dan akan selalu percaya akan takdir yang Allah gariskan untukku. Kuharap, esok nanti dirimu masih sama sepe...