Raihan berusaha untuk tidur tetapi sulit. Ia masih mengingat kejadian dimana Shafa membentaknya. Baru kali ini ia melihat Shafa seperti itu. Raihan membuka ponselnya dan melihat ada pesan masuk dari Fathia. Ia membuka pesan tersebut.Fathia
Han, lo gak lagi berantem kan sama Shafa?Raihan
Gak, kenapa?Sambil menunggu balasan Fathia ia menyalakan televisi LED-nya yang berukuran 35 inch dan menonton movie kesukaannya yang sedang tayang.
Fathia
Dari tadi di kampus nglamun terus, gue kira dia ada masalah sama lo. Ngakunya dia mikirin pamannya. Tapi gue gak percaya karena kondisi pamannya juga udah membaik.Raihan
Gue gak ada masalah sama dia.Raihan tak bisa konsen dengan tayangan televisi yang ada di depannya.
Fathia
Coba lo inget-inget lg deh han, siapa tau lo ada buat salah sama dia.Raihan mencerna kata-kata Fathia. Ia berfikir keras apa yang pernah ia lakukan hingga membuat Shafa seperti ini.
Raihan
Tapi gue ngerasa gak ada salah sama dia.Fathia
Ya syukurdeh kalo gitu."Perasaan gue gak pernah ada masalah sama Shafa" ucap Raihan dengan pelan. Namun ia berpikir se-positif mungkin. Ia akan bertanya besok padanya.
***
Setelah sholat isya', Shafa meringkuk dengan selimut di atas kasur mini sizenya. Ia sangat kedinginan dan juga er--lapar. Tapi kakinya menolak untuk menuju dapur lalu memasak.
Shafa membuka novel yang ia beli sebulan lalu yang belum sempat ia baca karena diburu oleh tugas kuliahnya. Ia membaca kata demi kata dari novel Tere Liye yang berjudul Pergi. Namun, tiba-tiba pusing melanda kepalanya. Ia meletakkan kembali novel tersebut ke dalam laci meja belajarnya dan kembali membaringkan dirinya untuk istirahat.
"Semoga esok hari akan lebih baik dari hari ini ya Allah." ucap Shafa dengan menutup matanya.
***
Shafa segera menuju ruang makan untuk menyiapkan sarapan. Perutnya sudah begitu lapar karena sejak kemarin malam tidak terisi. Ia sengaja membuat rendang kesukaan pamannya dengan menggunakan bumbu praktis yang telah ia beli kemarin.
"Paman, masakannya sudah siap." teriak Shafa dari arah ruang makan.
Shafa melihat pamannya yang menuju ke arahnya dengan wajah yang lebih segar. Ia bersyukur jika pamannya sembuh dengan cepat.
"Wah, kayaknya enak banget nih."
"Iya dong.. ini kan kesukaan paman."
Ilham hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua mulai menyantap makanan yang ada di depannya.
"Hari ini kamu rencana mau kemana nak?"
"Mungkin Shafa akan mengunjungi tempat penjualan bibit bunga yang Shafa ceritain kemarin paman."
Tepat sekali hari ini ia libur kuliah. Ia tidak akan diam di rumah sambil memikirkan sesuatu yang tidak menguntungkan. Sebisa mungkin ia menggunakam waktu dengan sebaik-baiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [SELESAI]✔
RomansaTak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sepucuk kertas yang kutulis dengan torehan tinta sederhana mampu merubah kenyataan hidupku. Aku selalu dan akan selalu percaya akan takdir yang Allah gariskan untukku. Kuharap, esok nanti dirimu masih sama sepe...